LOGIN[Ke ruang dosen terlebih dahulu sebelum kamu masuk kelas]Kanaya mengernyit heran saat tiba-tiba mendapatkan pesan tersebut dari Liam. “Kak Liam suruh ke ruang dosen dulu kenapa ya?”Yang membuatnya heran Liam tidak ada pembahasan lagi tentang kenapa dirinya diminta untuk datang terlebih dahulu ke ruang dosen, seperti misalnya diminta ambilkan berkas atau buku karena tertinggal.Kanaya membalas pesan tersebut dan menanyakan kenapa dirinya diminta untuk kesana, namun tidak kunjung mendapatkan balasan dan justru hanya centang satu menandakan belum dibaca sama sekali.“Ra, kamu duluan aja ya. ini tiba-tiba disuruh pak Liam ke ruang dosen dulu sebentar.” ucap Kanaya menyimpan ponselnya ke dalam tas. “Cie… ada yang mau kangen-kangenan dulu nih kayanya.” goda Naira dengan senyum menyebalkan bagi Kanaya.Kanaya mendengus kesal. “Nggak ada kaya gitu ya, inget ini masih rahasia. Udah buruan nanti aku yang telat dihukum lagi,”Naira kembali menggoda sahabatnya tersebut, “Nggak apa paling dihuk
Seperti mendapatkan sebuah jackpot, Kanaya langsung minum ice americano tersebut tanpa berpikir panjang, namun beberapa detik kemudian dia membulatkan kedua matanya dan tersedak.“Tunggu ini minuman bekas kak Liam, secara nggak langsung berarti ini kita ciuman dong?” Kanaya refleks memegang bibirnya dan menatap gelas minuman di tangannya.Kanaya menggelengkan kepalanya. “Euy…bodo amat. nggak apa-apa nggak secara langsung ini.”Kanaya meminum kembali ice americano tersebut seraya berjalan kembali masuk ke dalam melanjutkan perjalanannya menuju lift untuk sampai di ruangan rawat nenek Riana.****“Yeay bener ya?” Naira kegirangan menangkupkan kedua jemari tanganya, karena akan ditraktir makan di kantin kali ini oleh Kanaya.“Hmm... makanya buruan ayo!” ajak Kanaya langsung berdiri dari tempat duduk bersiap untuk pergi.Naira bergegas merapikan barang bawaannya masuk ke dalam tas, dia langsung menggandeng lengan Kanaya sepanjang jalan menuju kantin.Suasana kantin belum terlalu ramai kar
Kanaya mendengus kesal, namun pada akhirnya dia mengikuti langkah Liam menuju minimarket. Saat berjalan menuju minimarket Kanaya merasa ada beberapa yang memperhatikannya, namun dia mencoba untuk acuh, mungkin saja mereka melihat ke arah lain atau bisa saja yang mereka lihat adalah Liam karena dia salah satu dokter di rumah sakit tersebut. Begitu masuk ke dalam Minimarket Kanaya langsung sibuk memilih snack yang diinginkannya, sedangkan Liam berada di depan etalase yang memajang beberapa jenis minuman, dari yang bersoda hingga kopi dalam kemasan botol dan kaleng.“Jangan ambil itu!” ucap Liam dengan tegas saat Kanaya hendak memilih ice americano.Kanaya mengerucutkan bibirnya kesal, perlahan menarik kembali tangannya yang hendak mengambil minuman yang diinginkannya. “Tapi saya pengen banget minum ice americano kak.” dengan nada memohon.“Nanti kamu tidak bisa tidur malam ini kalau minum itu, lebih minum saja yang ini.” Liam memberikan susu UHT kemasan kotak rasa strawberry berukuran
Pintu lift rumah sakit terbuka perlahan, Kanaya dan yang lainnya bergegas keluar melanjutkan perjalanannya masing-masing.Kanaya kali ini berencana untuk membeli beberapa makanan dan minuman di lantai bawah rumah sakit, dia memutuskan hari ini akan menginap menemani nenek karena kebetulan besok adalah hari libur kuliah, langkah Kanaya perlahan menuntunnya menuju minimarket yang tersedia tidak jauh dari pintu Lift tadi“Naya.” Kanaya berhenti sejenak, mencari orang yang memanggil namanya, atau sekedar memastikan yang dipanggil dirinya atau orang lain.“Kak Sean kenapa masih ada disini?” tanya Kanaya mengernyit heran, dia mengira Sean dan neneknya sudah pulang dari rumah sakit dari lama dan mengira hanya melakukan pemeriksaan biasa.Kanaya sebenarnya tidak ingin berbasa-basi, namun apa boleh buat pria itu sudah memanggil dan menghampirinya lebih dulu tanpa bisa menghindar sama sekali.Pria tersebut bergegas sedikit berlari untuk cepat sampai di hadapan Kanaya. “Nenek harus dirawat untu
Wajah sang nenek langsung sumringah melihat cucu dan cucu menantunya datang. “Akhirnya kalian sampai juga, cepat…cepat kemari.”Kanaya dan Liam perlahan masuk dan menghampiri nenek Riana, Kanaya cukup gugup namun mencoba untuk tetap tenang. Nenek Riana yang sebelumnya sedang berbaring kini merubah posisinya menjadi bersandar dibantu Vanya ibunya Liam.“Nek bagaimana kondisinya sekarang, sudah agak enakan?” tanya Kanaya seraya menyimpan barang bawaannya di meja samping tempat tidur.“Dari awal nenek baik-baik saja hanya mengeluh tidak enak perut, tapi ibu mertuamu langsung membawa nenek ke rumah sakit.” gerutu Riana memandang kearah Vanya sedikit kesal.Vanya hanya bisa menghela nafas dan memutar kedua matanya. “Ibu ini, bagaimana Vanya tidak langsung bawa ke rumah sakit. Saat datang ke kamar kondisi ibu lagi guling-guling ditempat tidur sambil megangin perut, ya jelas Vanya panik.”“Sudah yang penting nenek sudah baik-baik saja sekarang.”“Ibu selalu seperti itu, Kanaya ibu harap kam
Tubuh Kanaya seketika menegang saat Sean dan neneknya perlahan datang menghampirinya sebelum masuk ke dalam rumah sakit.“Kenapa harus bertemu di waktu yang tidak tepat seperti ini,”gumam Kanaya pelan sedikit cemas.Kanaya mencoba untuk tenang meski jantungnya kini berpacu lebih cepat, hal yang ditakutkan Liam melihat keduanya. Sebenarnya tidak masalah dan dirinya bisa saja jujur kepada Liam, namun dirinya bingung harus bilang dari mana dahulu.Awalnya setelah menjenguk nenek, dia berencana ingin bicara secara langsung kepada Liam tentang meminta izin untuk masih bisa bekerja part time.Kalau membahas tentang keduanya lebih dulu bagaimana dia bisa bicara, Kanaya takut malah tidak diizinkan nantinya.Meski mungkin saja diizinkan, tapi masalahnya dia akan bekerja part time di Bardine hospital. Kalau sampai ada yang tahu bagaimana? Selain di kampus Liam ternyata populer juga di Bardine hospital terlihat banyak yang menyapa saat berpapasan mau itu sesama dokter maupun perawat bahkan ada







