Share

Part 5.1 - Home Sweet Home

Aвтор: Mrs.Juno
last update Последнее обновление: 2021-04-22 13:48:15

Beberapa minggu kemudian ...

“Hei Kap, jadi kau ambil cuti liburan natalmu?”

Walter, sang anak buah berlari menyapa saat melihat Daxon berjalan keluar dari ruang kantor administrasi pangkalan tempat mereka bertugas. Daxon menyikut perut bawahan yang sudah dianggap sebagai temannya itu karena sebenarnya mereka hampir seumuran dan sangat dekat.

“Bagaimana dengan kau? Tidak natal bersama keluarga?” tanya Daxon yang sudah merangkul bahu pria yang kalah tinggi dengannya itu.

Walter hanya mengendikkan bahu, menjawab, “Tahun ini giliranku yang standby. Mungkin aku pulang setelah tahun baru.”

Poor you. Itu artinya wanitamu harus menunggu lebih lama, bukan?”

“Aku tidak punya kekasih lagi, bila kau ingin tahu.”

Why?”

“Dia memutuskanku karena tidak bisa selalu bersamanya.”

Daxon menepuk bahu Walter menyabarkan. “Begitulah akhir kisah cinta seorang marinir. Selalu ditinggal. Kuharap akan ada wanita hebat yang menunggumu disana. Lelaki hebat seperti kita pantas mendapatkan sosok wanita-wanita tangguh yang tak mudah menyerah dengan situasi, dan yang lebih penting lagi .…” Daxon menjeda ucapannya, kemudian berbisik di telinga Walter.

Shit!” Walter menjauhkan telinganya dan mendorong dada Daxon agar berjarak. “Dasar Kapten mesum!”

Tawa Daxon menggelegar di sepanjang lorong, dengan santai ia lalu meneruskan langkah kakinya keluar sembari melambaikan tangan tanpa berbalik melihat Walter yang masih terperangah di tempat.

“Sampai Jumpa, Walter. Merry christmas and happy new year!” seru Daxon.

“Kau juga, Kap. Selamat bersenang-senang dengan wanitamu juga!” seru Walter seraya melambai, dan jawaban Daxon hanyalah acungan dua jempol tinggi-tinggi.

***

Setelah menempuh jarak kurang lebih lima jam dari Honolulu ke New York menggunakan jalur udara, akhirnya tibalah Daxon ke kediaman keluarganya yang berada di kota big apple itu.

Hawa dingin langsung menerpa dirinya begitu tadi sampai dan menginjakkan kaki di bandara. Tidak seperti di Hawaii yang selalu hangat menyapa, kota tempat dirinya lahir itu selalu membuat dirinya tak suka dengan hawa di sana.

Selain terlalu metropolitan, pantai disana tidak sebagus di Hawaii.  Orang - orangnya juga tidak ramah. Daxon lebih suka tinggal di tempat dengan iklim tropis. Namun, kini ia ada alasan untuk menyukai New York; seorang wanita bermata biru dengan rambut pirang telah menyita perhatiannya beberapa minggu belakangan ini.

Ya, siapa lagi bila bukan si anak sang laksamana, Alexia Oceana D'Ryan. Nama yang cantik, bukan? Sama seperti orangnya.

Namun, mengenai nama belakang wanita itu … jujur saja Daxon masih agak sedikit ngeri dengan siapa wanita yang dikencaninya saat ini. Daxon tak pernah tahu jika pak tua itu memiliki putri yang begitu cantik. Yang dia tahu selama ini tentang pria itu adalah sahabat sang ayah sesama militer. 

Dasar pria tua licik! Tidak baik menyimpan mutiara berharga sendirian. Aku akan merebutnya jika dia tak ingin  memberikannya! tekad Daxon dalam hati.

Justru yang mengherankan, dari berjuta wanita di dunia ini ... mengapa harus Lexy yang menyandang nama keluarga mengerikan itu?! Demi Tuhan juga, mengapa si laksamana menyeramkan itu bisa memiliki putri yang sangat cantik dan seksi seperti Lexy-nya? Ya! Lexy-nya! Daxon tidak ingin kalah dengan D'Ryan senior itu. Bila perlu, dia akan merubah nama belakang Lexy dan memasukkan di kartu keluarganya!

Astaga! Daxon bahkan mulai gila hanya dengan memikirkan wanita itu. Bayangan akan rencana masa depannya yang dulu masih abu-abu kini sudah terlihat terang, jelas dan transparan! 

Sejak kejadian di rumah pohon saat itu, Daxon merasa hubungannya dengan Lexy semakin dekat. Dia sadar, bila dirinya tak pernah segencar ini dengan seorang wanita sebelumnya. Lexy berbeda. Dari awal pertemuannya saja, Daxon merasa dirinya terhubung dengan wanita seksi itu. Walaupun saat itu dirinya tak tahu siapa nama Lexy, tapi hatinya seakan lebih tahu bagaimana memanggil nama si cantik itu.

Cinta? Ya! Cinta pada pandangan pertama lebih tepatnya.

Sial! Seorang Dalmore jatuh cinta! Bahkan Daxon tertawa miris mendapati dirinya yang tengah kasmaran saat itu di kamarnya sembari bertelepon-ria dengan Lexy yang jauh di New York. Katakanlah mereka berhubungan jarak jauh beberapa lamanya. Walaupun status keduanya belum jelas sampai saat ini. Namun, mereka saling jujur mengatakan tertarik satu sama lain. Dan mereka tidak ambil pusing dengan kisah cinta klasik ala orang biasa. Kisah mereka unik dan rasa nyaman di atas segalanya. 

Sekarang wanita itu berada di kota yang sama dengannya. Menunggu kedatangannya dan ingin bertemu dengannya.

[Can't wait to see you again, Dalmore.]

Daxon menyimpulkan senyumnya tatkala melihat isi pesan yang baru saja masuk ke ponselnya saat dia memencet bel rumahnya. Sebuah gambar berkirim pun masuk menampilkan sosok cantik yang dia rindukan selama ini sedang memakai kemeja putih kebesaran di atas ranjang.

You're so hot, Baby girl,” puji Daxon sambil membalas isi pesan dengan senyuman yang tak pernah luntur dari bibirnya. Satu khas dari seorang Daxon; pria itu sering meletakkan lidahnya ke sudut bibir. Hal yang tidak bisa diubahnya sedari kecil. Membuat tampangnya kadang terlihat remeh dan menyebalkan seperti anak-anak.

Tak sadar bila seorang wanita paruh baya yang masih terlihat cantik sedang memerhatikan tingkahnya yang absurd, Daxon sibuk terkikik sendiri layaknya pria yang sedang kasmaran.

“Senang dengan isi pesanmu, Letnan Daxon Seth Rainer?”

Daxon mengangguk fokus dengan layar ponselnya.

“Siapa dia?”

“Entahlah. Partner in crime, maybe?”

“Oh, ya? Apa seorang pria atau ….”

Of, course wanita, mo—

Wajah Daxon perlahan bergerak menghadap lawan bicaranya. Senyum kaku lalu ia berikan, kemudian mengantongi ponselnya salah tingkah. Sedangkan sang ibu hanya menggelengkan kepalanya dengan kedua tangan bersedekap di dada, dan sang adik— Angeline, gadis cilik berumur sembilan tahun itu terkikik geli dengan boneka kelinci di pelukannya.

Hi, girls! I'm home,” ucap Daxon gagap. Tak lupa senyuman aneh yang terpasang di wajahnya sembari menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.

“Daxie, kau aneh,” tunjuk Angeline, “buang senyummu itu dan segeralah masuk! Udara  di luar sangat dingin. Ayo! Raven sudah membuatkan kita makanan lezat.”

Oh, benar. Raven telah tiba lebih dulu dari Daxon. Bahkan sehari sebelum kedatangannya. Dia selalu kalah start dari sang kakak.

Tubuh Daxon tertarik masuk saat sang adik membawanya dengan terburu-buru ke dapur. Meninggalkan sang ibu yang belum sama sekali dipeluknya setelah sekian lama.

“Mom, help! gadis kecilmu menculikku.”

Sang ibu hanya tersenyum memandangi kedua anaknya yang masih bertingkah kekanakan saat bersama. 

Sekarang semuanya sudah lengkap. Kedua putra kebanggaan keluarga Rainer sudah pulang. Berkumpul bersama untuk merayakan natal tahun ini. Walaupun tanpa sang ayah yang telah tiada, tetapi Emily yakin bila sang mendiang suami -Lincoln Seth Rainer- selalu bersama mereka.

Sebelum Emily menutup pintunya, seorang tukang pos datang memanggilnya untuk memberikan sebuah paket.

“Tolong tanda tangani disini, Ma'am,” tunjuk tukang pos pada selembar kertas. Dan kemudian paket besar itu diterima Emily dengan susah payah.

Thank you.

Sesaat Emily memandang heran pada paket besar itu, lalu menemukan sebuah nama tak asing di atasnya. Senyumnya tersungging mengingat sosok sahabat mendiang suami. Orang itu tak pernah lupa tiap tahunnya memberi hadiah untuk mereka. Namun sayang tak pernah berkunjung lagi pasca kematian Lincoln. 

From Dereck Halbert D'Ryan. 

Merry Christmas and Happy New Year.

**

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Sleep with the Admiral's Daughter   Extra Part

    Extra part Kehebohan di kediaman D'Ryan di Hawaii membuat suasana tengah malam sangat berisik. Suara gaduh langkah kaki Daxon terdengar seolah sedang terjadi perang dunia kedua. Bagaimana tidak? Daxon seketika terkena serangan panik saat dikabari mertuanya -Elizabeth- untuk segera pulang dari pangkalan agar membawa istrinya ke rumah sakit. Kehamilan Lexy yang sudah genap akan usia kandungan untuknya melahirkan, membuat si ibu mengalami kontraksi cukup kuat saat ini. Tentunya Dereck juga mengalami serangan panik yang sama dengan Daxon. Memaksa untuk ikut dalam perjalanan menuju rumah sakit membuat Daxon menyetir seperti orang gila di tengah gelapnya jalan yang sepi. "Dalmore cepat sedikit! Aku tak mau melahirkan di dalam mobil!" erang Lexy di tengah rintihan rasa mulas di perutnya sambil memegangi perut itu

  • Sleep with the Admiral's Daughter   Epilogue

    Setelah mendapat pujian dari Dereck di depan seluruh timnya. Daxon juga mendapatkan sebuah peringatan mengerikan dari si penguasa lautan Hawaii tersebut. Masih terbayang dalam benaknya saat ini. Dereck yang secara tiba-tiba memberikan pelukan dan tepukan kuat di punggungnya itu, membisikkan sebuah peringatan keras. Bukan sebuah nada perintah. Melainkan ancaman dari seorang ayah yang memintanya untuk melakukan tanggung jawab serius pada putri kecilnya yang ternoda, akibat kelancangan Daxon yang berani menghamili sang putri. “Kuakui kau telah sukses dalam karir marinir, tetapi restuku ... masih belum kau dapatkan!” Seiring dengan pelukan Dereck yang terlepas, seketika itu juga Daxon membeku di tempatnya. Sementara Dereck kembali memasang wajah biasa, terlebih saat seorang bawahan mereka memint

  • Sleep with the Admiral's Daughter   THE END

    _The end_Setelah kepergian Hakuri, Raven kembali mengulang kegiatan melepas borgolnya. Beruntung dirinya sempat menyembunyikan kuncinya tepat sebelum komplotan Hakuri tiba di ruangan tersebut. Kini dengan tergesa Raven mengintai dari celah yang ada di pintu, ia memicingkan matanya untuk melihat dengan jelas keadaan di luar. Keadaan langit kembali menggelap dan tak terlihat ada penjaga di manapun.“Great! Ini kesempatanku, ” ujar Raven.Raven menatap ke sekeliling ruangan yang minim penerangan. Ia mencari benda yang bisa mendongkrak pintu yang terkunci dari luar. Beberapa perkakas ditemukan dalam tumpukan benda tak berguna lainnya. Ia menemukan linggis panjang lalu tersenyum dengan wajah penuh harap.

  • Sleep with the Admiral's Daughter   Part 30.2 - Raven is Saved

    Part 30.2 - Raven is savedMiami, Florida.Raven menggeram kesal untuk kesekian kalinya. Entah sudah berapa lama dirinya di sekap dan selalu disuntikkan obat tidur saat ia memberontak ingin melepaskan diri dari sana.Bangunan gudang yang dikelilingi tumpukan badan truk pengiriman barang itu, tampak asing bagi Raven yang sudah lama berada di perairan Hawaii. Dia tak bisa mendeskripsikan di mana dirinya saat ini, karena hanya itu yang sempat dilihat Raven saat sekali percobaannya melarikan diri berujung kesia-siaan. Kini bukan hanya tangannya yang diborgol dengan rantai, kakinya juga mengalami nasib sama.Namun, para mafia itu tak tahu jika Raven adalah kapten yang begitu akrab dengan rantai kapal. Walau menggunakan benda tersebut, dirinya memiliki banyak cara untuk lepas dari jeratan rantai, a

  • Sleep with the Admiral's Daughter   Part 30.1 - The Real

    "Daxon, tolong aku …" Raven merangkak tak berdaya sambil memegang kaki adiknya. Pria gagah itu berlumur darah hingga pada bagian wajahnya. "Aku tertembak." DORRR! __ Daxon terbangun dari tidurnya ia memegangi dadanya dan meraba seluruh tubuh sambil mengecek kondisinya saat ini. Dengan napas terengah dan butiran bening yang mengucur di pelipisnya, Daxon menatap sekitar. Seluruh pasukan tengah bersiap untuk ke luar dari pesawat. Dengan nyawa yang masih setengah sadar, ia memutar memorinya pada bayangan yang baru saja terjadi dan terasa sangat panjang itu. Apa aku hanya bermimpi? “Hei, Kap. sudah bangun dari mimpimu?” sapa Diego. Menepuk punggung kaptennya yang masih terlihat bingung. “Kau terlihat gusar dan tersenyum di dalam tidurmu, apa kau bermimpi buruk lalu berakhir bahagia?” Kali ini Walter menyahut dengan sedikit ejekan, sambil menurunkan peralatannya. Daxon yang masih merasa aneh, tak

  • Sleep with the Admiral's Daughter   Part 29 | D-Day - Happily Ever After

    Tibalah waktu yang ditunggu. Waktu dimana dua hati akan saling menyatu di hadapan Tuhan. Tepat disaat senja, ketika matahari menenggelamkan dirinya di ufuk barat. Bersamaan dengan bayang bulan sebagai saksi, dan lautan luas ikut melingkupi— sebagai pertanda jika cinta keduanya tak terselam sedalam samudera, serta langit jingga adalah simbol dari kasih tiada tara karena mencakup semesta.Sungguh suatu momen yang akan selalu dikenang keduanya di hari tua kelak. Dimana mereka berharap sampai akhir hayat nanti keduanya akan terus berdampingan, karena mereka percaya; apa yang sudah dipersatukan oleh Tuhan, maka tak boleh dirusak oleh manusia, kecuali maut yang memisahkan dan campur tangan Yang Maha Esa tentunya.Apalagi pernikahan dua insan ini diadakan di sebuah kapal khusus angkatan militer laut. Di dekorasi sedemikian rupa hingga tampak ada perayaan suka cita di atasnya. Terutama di bagian dek paling atas kapal. Sebuah altar di ujung menghadap lautan luas sudah dib

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status