Jessie terbangun saat mendapati sebuah lengan memeluknya dari belakang. Bahkan sebuah telapak tangan menangkup dan mengusap lembut permukaan perutnya. Jessie bangkit seketika dan mendapati Steve berada di atas ranjang yang sama dengan dirinya.
“Steve? apa yang kau lakukan di sini?” tanyanya tak percaya. Jessie tidak percaya Steve berada di sisinya saat ini. dari mana lelaki itu tahu bahwa ia pulang ke Pennington? Apa Frank yang memberitahu? Apa ayahnya yang menghubungi Steve?
“Hai. Aku tidur.” Jawab Steve sembari mengucek matanya seperti anak kecil.
“Maksudku, darimana kau tahu aku berada di sini?”
“Kembalilah, dan mari kita tidur lagi.” Ajak Steve. Steve ingin menikmati kebersamaannya dengan Jessie, ia tidak ingin membahas tentang masalah mereka terlebih dahulu.
“Tidak. Katakan, kenapa kau berada di sini?” Jessie masih kukuh degan pendiriannya.
Akhirnya, Steve menarik lengan Jessie
“Tidak mungkin.” Kali ini giliran Steve yang menggelengkan kepalanya.“Aku emosi saat Donna berkata bahwa dia perempuan yang istimewa dimatamu, karena itu kau tidak ingin menyentuhnya sebelum kalian menikah. Maka dari itu, aku marah, aku ingin kau menyamakan posisi kami. Tapi saat kau pergi, aku tak bisa tidur memikirkanmu. Bagaimana jika kau benar-benar menidurinya? Bagaimana jika kalian benar-benar seintim itu? Aku benar-benar tak dapat berpikir dengan tenang.”“Jess.”“Tidak, Steve. dan tadi siang aku melihat dia datang ke kantormu, kalian tampak sangat dekat dan intim. Menurutmu, apa yang harus kulakukan? Aku sudah melihat akhir hubungan kita. Karena itulah aku pergi.”Secepat kilat Steve meraih tubuh Jessie kemudian memeluk erat tubuh istrinya tersebut. “Dasar bodoh. Seharusnya kau membahas dulu hal itu denganku.”“Aku tidak ingin membahasnya karena aku takut mendengar sesuatu y
Jessie dan Steve sarapan dengan sesekali tersenyum satu sama lain. Sesekali menggoda hingga keduanya tidak sadar jika sepasang mata sedang mengawasi mereka dan tersenyum geli melihat kekelakuan keduanya.“Menggelikan sekali.” Akhirnya Frank tak kuasa berkomentar dengan apa yang ia lihat sejak tadi.Steve dan Jessie saling pandang, lalu keduanya tersenyum, menertawakan apa yang dikatakan Frank. “Kau hanya belum mengalaminya, Frank.” Steve yang menjawab.“Well, kau sudah seperti George saja. Semalaman dia menasehatiku, membuat telingaku panas karena mendengarkan tentang macam-macam wanita yang patut kunikahi versinya. Yang benar saja. Aku tak akan menikah.”“Kau sudah berjanji padaku, Frank.” George yang mendengarnya akhirnya menyahut. Lelaki paruh baya itu sedang sibuk membuat sesuatu di dapurnya.“Berjanji untuk memberikan keturunan, bukan menikah, Dad.”“Kau ta
Jessica masih meremas kedua belah tangannya ketika ia sampai di halaman sebuah rumah. Rumah besar milik keluarga Morgan. Tetangga sekaligus teman dekat dari keluarganya. Ya, malam ini keluarga Morgan memang sedang mengadakan pesta kecil untuk merayakan keberhasilan Emily Morgan –putri bungsu keluarga Morgan, menyandang gelar sebagai Dokter spesialis kandungan. Dan pastinya, malam ini, Jessie akan bertemu dengan lelaki itu. Siapa lagi jika bukan Steven Morgan. Putera pertama keluarga Morgan.Sebenarnya, Jessie tidak ada masalah apapun dengan lelaki itu. Bahkan bisa dibilang, hubungan Jessie dengan Steve adalah hubungan yang sangat unik. Keduanya menjalin pertemanan yang sangat kental bahkan hingga kini, ketika usia mereka sudah tidak remaja lagi.Jessie menjadi seorang designer terkenal di New York, sedangkan Steve menjadi fotografer yang sukses. Keduanya sering bertemu dan menghabiskan waktu bersama di Apartmen masing-masing, karena mereka memang tinggal dalam sa
Tiga bulan sebelumnya….Kriiiiiingggggggggggggg Suara jam weker yang berisik itu membuat Steve bangun seketika. Ingin sekali ia mengumpat keras karena merasa jika belum saatnya ia bangun. Tapi ketika sebuah jemari menjewer telinganya, ia baru sadar jika kini dirinya tidak sedang berada di dalam apartemennya sendiri.“Hei, bangung, dasar pemalas!” seruan itu membangunkannya. Bahkan si pemilik suara tidak tanggung-tanggung menjewernya membuat Steve mengerang kesakitan.“Jess, apa yang kau lakukan? Sial! Kau membuat pagiku sangat buruk.”“Mr. Morgan, kau pun membuat hariku sangat buruk.” Jessie berkacak pinggang. “Apa kau lupa jika semalam kau datang kemari dalam keadaan mabuk? Lalu memuntahkan isi dalam perutmu diatas karpetku? Dan apa kau juga lupa jika saat ini kau sedang telanjang bulat di atas ranjangku? Bangun dan angkat bokongmu dari tempat tidurku.” ucap
Emosinya tak dapat ia kontrol. Steve melayangkan pukulannya lagi dan lagi pada wajah Henry. Sungguh, Steve sebenarnya tak mengerti apa yang terjadi dengannya. Ia hanya tidak bisa membayangkan ketika Jessie akan melepas kehormatannya dengan laki-laki bajingan ini. Padahal Steve sadar, jika itu bukanlah urusannya.Jessie sudah dewasa, jadi ia tidak bisa melarang Jessie untuk tidak melakukan hal tersebut.Saat Steve tak juga berhenti memukuli wajah Henry, pada saat bersamaan pintu dibuka dan menampilkan Jessie yang baru kembali dari apartmen Steve dengan membawa baju ganti untuk lelaki itu.Jessie sempat terkejut dengan apa yang terjadi. Ia melihat Henry terkapar diatas lantai dengan Steve yang berada di atasnya dan memukuli Henry berkali-kali. Jessie memekikkan nama Steve dan segera berlari menuju ke arah dua orang lelaki tersebut.“Steve! Apa yang sudah kau lakukan?” Jessie menarik tubuh Steve agar lelaki itu bangkit meninggalkan Henry yang sud
Jessie tidak bisa menghilangkan degup jantungnya yang semakin menggila. Masalahnya, hari ini ia sudah memutuskan untuk melepas kehormatannya dengan Henry, lelaki yang ia cintai. Disisi lain, ia merasa takut jika Henry akan kecewa dengan dirinya yang tak tahu apapun tentang seks.Jessie mencoba menenangkan diri dengan meminum anggur yang tadi memang dibawakan Henry untuk mereka. Saat ini, keduanya sedang menonton film bersama di ruang tengah apartmen Jessie. Tak ada suara diantara mereka. Henry tampak menikmati jalannya film yang sedang mereka putar, sedangkan Jessie tampak sedang berusaha mengendalikan dirinya agar tak tampak salah tingkah.“Sepertinya, kau sedang tidak nyaman.” Ucap Henry kemudian.“Maaf, aku hanya tidak bisa mengendalikan degup jantungku.” Jawab Jessie dengan jujur.Henry tertawa lebar. Jemarinya terulur mengusap lembut puncak kepala Jessie. “Kalau kau belum siap, aku tidak akan memaksa.”&ldqu
“Kau hanya perlu bilang jika kau butuh minum, maka aku akan mengajakmu berpesta dengan wanita-wanita tadi.” Ucap Steve saat ia sudah mempersilahkan Jessie duduk di bar kecilnya dan menuangkan minuman beralkohol untuk Jessie.“Kau gila? Aku tidak akan mau berpesta dengan kalian. Apalagi sampai melihat kalian telanjang satu sama lain.”“Itu keterlaluan, Jess. Aku tidak mungkin telanjang di hadapanmu.”“Tapi kau melakukannya kemarin.” Jessie menjawab cepat sembari menenggak minuman yang dituangkan Steve hingga tandas.“Wow, wow, wow, Hei, apa yang terjadi denganmu, gadis biara? Kau tak pernah minum sampai seperti ini.”“Aku benar-benar butuh minum, Steve.” Ucap Jessie lagi kali ini yang sudah menuangkan minuman kembali pada gelasnya. Secepat kilat, Steve menghalangi Jessie hingga mata Jessie menatap ke arah lelaki itu.“Apa kau sudah gila? Apa yang terjadi denganmu?&r
Pagi sialan yang sangat canggung.Sebenarnya, Jessie ingin sekali pergi dari meninggalkan kamar Steve saat lelaki itu masih tidur pulas. Tapi nyatanya, lelaki itu seakan tak membiarkan dirinya pergi karena ketika Jessie bergerak, Steve seakan mengeratkan pelukannya pada tubuh telanjang Jessie.Kini, Jessie merasa terjebak dalam suasana sialan yang tak pernah ia rasakan sebelumnya. Ia merasa sangat canggung saat berhadapan dengan Steve. Bayang-bayang panas kejadian semalam membuatnya tak dapat berkutik. Tapi kenapa Steve seakan tak canggung sedikitpun?Saat ini, Steve sedang sibuk membuat sesuatu di dapurnya. Lelaki itu bahkan tak malu bertelanjang dada di hadapannya.Malu? Ayolah Jess, bukankah kau tahu bahwa temanmu itu memang tak punya malu? Kau saja yang terlalu terbawa suasana.Jessie sempat berpamitan pulang tadi, tapi Steve memaksa dirinya untuk sarapan bersama sebelum pergi. Karena Steve begitu santai, maka Jessie tak bisa menolak d