"Lagi - lagi yang ditanayain sama cowok - cowok tampan itu Savana," batin Maura dalam hatinya.
"Gue enggak tahu Savana ada atau enggak," ketus Maura sambil mengerutkan keningnya.
Erik mengakat aslinya. "Lo jangan bohong ya!" ancam Erik.
Maura semakin kesal ketika Erik terus menanyakan keberadaan Savana. "Gue enggak tahu! Udah sini ada yang mau Lo titip enggak buat Savana?" tanya Maura ketika ia melihat ada satu bucket bunga yang sangat cantik didalam mobil sport milik Erik.
Erik terdiam sejenak sebelum akhirnya ia mau menitipkan bucket bunga untuk Savana. "Yaudah nih gue titip bunga ini buat Savana," ujar Erik sambil mengambil satu bucket bunga yang sangat cantik itu dari dalam mobilnya.
"Sini!" ketus Maura sambil merampas bucket bunga itu dari tangan Erik.
"Awas Lo kalau bunga itu enggak sampai ditangan Savana!" seru Erik sambil menjulurkan jari telunjuknya dihadapan wajah Maura.
"Iya! Lo enggak usah bawel, cuman bunga murahan kayak
Sekarang adalah hari weekend dan saat ini matahari mulai mencapai puncak keperkasaannya. Bias sinarnya menembus jendela - jendela rumah dengan yang begitu memancar ke area kulit.Menebarkan keengganan pada setiap orang untuk sekedar melangkahkan kaki mereka untuk keluar rumah, mengusik kenyamanan pada mereka yang masih terbalut dalam selimut untuk segera bangun dan beranjak dari singgasana peraduan malam.Namun pemandangan itu tidak terlihat sedikitpun didalam kamar perempuan cantik ini. Perempuan dengan rambut hitam sedikit bergelombang, kulit putih mulus seputih salju, dan bibir tipis merah merona seperti buah ceri nampak masih terbuai dalam mimpi di atas tempat tidurnya.Nampaknya ia sangat kelelahan dengan semua pekerjaannya hingga ia tertidur hingga siang hari."Savana!" Suara wanita yang begitu menggelegar terdengar dari luar kamar perempuan cantik ini. Teriakan yang selalu berhasil membuat perempuan cantik ini terbangun dari buaian mimpinya.&
"Ada apa ini Tante? Kok Tante kasar sama Savana?" tanya Aksa sambil mengerutkan keningnya dan menatap mata Mama Maia."Mau kemana kamu Savana? Kamu itu ada tugas nyuci dari Mama!" bentak Mama Maia sambil mengerutkan keningnya."T-tapi Mah aku udah selesai nyuci semua baju - bajunya kok," lirih Savana.Mama Maia terlihat tidak terima Savana jalan berduaan dengan Aksa, laki - laki yang sangat di dambakan oleh Maura, anak kesayangannya."Aku mau minta izin sama Tante aku mau ngajak Savana keluar," ucap Aksa sambil menatap wajah Mama Maia."Enggak! Enggak boleh! Savana masih banyak pekerjaan rumah yang harus kamu selesaikan!" bentak Mama Maia."Tapi tadi aku udah minta izin lewat telpon sama Om Rangga untuk mengajak Savana keluar dan ia mengizinkannya," sanggah Aksa yang mampu membuat Mama Maia terdiam.Aksa segera membawa Savana untuk masuk kedalam mobil mewahnya dan Mama Maia pun tidak dapat berbuat apa - apa karena suaminya telah mengi
Maura menangis terisak saat ia turun dari mobil mewahnya, ia langsung masuk kedalam rumahnya dan segera berlari memasuki kamarnya, Mama Maia pun yang merasa heran dengan sikap putri kesayangannya."Maura kenapa ya?" batin Mama Maia dalam hatinya."Aku samperin aja ke kamarnya atau jangan ya?" gumam Mama Maia sambil mengerutkan keningnya.Sementara itu Maura langsung menutup rapat pintu kamarnya lalu ia segera membaringkan tubuhnya dan menutupi wajahnya menggunakan bantal, hatinya begitu sakit saat melihat Aksa bermesraan bersama Savana.Maura terus menangis ia membanting semua barang - barang yang ada di kamarnya, semua barang yang ada di kamarnya menjadi pelampiasan amarah Maura."Jahat!" teriak Maura sambil membanting vas bunga yang terpajang di kamarnya.Arrrgggghhhh!Maura berteriak histeris ia benar - benar tidak dapat mengontrol emosinya, hatinya begitu pedih. "Savana Lo jahat! Gue benci sama Lo!" teriak Maura dengan
Ternyata yang datang bukanlah Savana melainkan Papah Rangga. "Ternyata yang datang bukan anak pembawa sial itu tapi ayahnya," batin Mama Maia dalam hatinya.Papah Rangga langsung menyapa dan memberikan senyuman manisnya kepada istri tercintanya berbeda dengan Mama Maia yang terlihat cemberut dan menunjukkan muka masamnya."Hai sayang, kamu lagi ngapain diluar," sapa Papah Rangga sambil tersenyum manis menatap wajah cantik Mama Maia."E-enggak Pah aku diluar karena bosen didalam rumah terus," sanggah Mama Maia yang terlihat gugup dihadapan suaminya.Papah Rangga langsung percaya saja dengan omongan istrinya meski hatinya yakin jika ada yang disembunyikan oleh istrinya tersebut, namun Papah Rangga hanya tersenyum lalu segera pergi masuk kedalam rumahnya."Yasudah Papah masuk duluan ya Mah," ujar Papah Rangga yang sepertinya sangat lelah dengan aktivitasnya hari ini."Iya," sahut Mama Maia.Mama Maia mencoba untuk diam dan tidak memberit
Mama Maia mendorong Savana hingga ia jatuh tersungkur dihadapannya. "Rasain!" bentak Mama Maia."Mah kenapa Mama bawa aku ke gudang ini Mah! Mah kalau aku salah aku minta maaf sama Mama tapi tolong Mah jangan perlakukan aku seperti ini! Aku mohon sama Mama," lirih Savana sambil mencoba meraih pergelangan kaki Mama Maia.Savana mencoba memegang pergelangan kaki Mama Maia, Savana memohon ampun kepada Mama Maia. "Mah aku mohon Mah, mohon maafkan aku kalau aku punya salah sama Mama," rintih Savana yang berharap jika Mama Maia memaafkannya.Hiksss ... Hiksss ... Hiksss ....Savana terus menangis sesenggukan ia benar - benar takut jika nanti Mama Maia benar - benar mengurungnya di gudang yang sudah sangat kotor dan tidak terurus itu. "Mah," rintih Savana dengan wajah memelas."Savana!" bentak Mama Maia.Savana langsung mengarahkan pandangannya, ia langsung menatap wajah Mama Maia yang terlihat memerah mengisyaratkan jika Mama Maia bena
Pagi ini Maura terbangun dari tempat tidurnya dengan jantung yang berdetak kencang, hatinya begitu degdegan ketika ia mengingat kejadian tadi malam, kejadian yang membuat ia benar - benar merasa menjadi wanita bodoh.Maura terus memikirkan kejadian tadi malam saat ia dan juga Erik melakukan hubungan terlarang, Maura benar - benar merasa bodoh. "Entah betapa bodohnya gue yang mau diajak oleh Erik melakukan sesuatu yang sangat tidak pantas," gumam Maura dengan bibir pucat nya.Ia kembali mengingat saat malam itu ia dan Erik merasa dikhianati oleh pasangannya, mereka merasa sakit hati oleh pasangannya.Maura kembali mengingat saat dirinya bersama Erik melakukan sesuatu yang cukup fatal. "Bagaimana jika gue hamil," batin Maura."Gue enggak mau jadi ibu dulu!" batin Maura yang merasa dirinya belum siap untuk menjadi seorang ibu."Gimana reaksi Mama sama Papah saat nanti gue hamil?" ba
Sementara itu Savana hanya dapat menangis terisak di kamarnya hatinya begitu pedih. Kepalanya pusing badannya juga terasa lemas. Seharusnya sekarang dia bahagia karena tiga hari lagi pernikahannya bersama Aksa akan segera dilaksanakan.Tok ... Tok ... Tok ....Suara ketukan pintu terdengar dari balik pintu kamar Savana.Masuk! Perintah Savana dengan nada lemah dan tidak bersemangat.Ternyata yang mengetuk pintu kamarnya adalah asisten rumah tangga di rumahnya. "Ini Mbak saya buatkan sarapan pagi untuk Mbak," ujar Bi Ina"Iya Makasih ya Bi," sahut Savana dengan lemah."Mbak kenapa? Mbak Savana sakit?" tanya Bi Ina yang merasa khawatir dengan kondisi Savana.Savana tersenyum menatap wajah Bibi yang ada dihadapannya. "Enggak usah Bi aku hanya pusing biasa," sahut Savana pelan."Yaudah Bi Ina keluar dulu ya buat ambil obat untuk Mbak Savana," ujar Bi Ina."Iya Bi makasih," sahut Savana sambil tersenyum.Bi Ina segera pe
"Gimana Dok?" tanya Maura dengan wajah pucatnya setelah melihat Dokter cantik itu telah memeriksa dirinya.Dokter itu tersenyum manis. "Mbak enggak kenapa - kenapa kok," ujar Dokter cantik itu dengan senyuman manis yang menghiasi wajahnya.Maura menghela nafasnya dan tersenyum manis. "Syukurlah," batin Maura dalam hatinya."Selamat Mbak, sekarang Mbak hamil, sebentar lagi Mbak akan menjadi seorang ibu," ucap Dokter cantik itu."Saya turut berbahagia, saya permisi dulu ya Mbak," ujar Dokter cantik itu.Setelah dokter cantik itu pergi Maura langsung lemas seketika, ia langsung pergi meninggalkan tempat itu dengan keadaan hati yang hancur, Maura segera masuk kedalam mobilnya.Didalam mobilnya Maura terus menangis ia tidak mempercayai semua ini, ternyata apa yang ia pikirkan menjadi kenyataan ia hamil anak dari Erik. "Ternyata apa yang gue takutkan sekarang menjadi kenyataan," batin Maura dalam hatinya.Maura menatap kearah perutnya