Malam ini Savana tampak kesepian karena ditinggal Aksa keluar kota, setelah mengunci semua pintu Savana segera masuk kedalam kamarnya, namun ia merasa sangat bosan akhirnya ia membuka pintu balkon kamarnya sambil membawa secangkir teh hangat dengan beberapa biskuit di piring.
Savana segera duduk dan menyimpan semua makanannya di meja lalu ia menatap kearah gedung - gedung pencakar langit yang ada di Jakarta, gedung yang sangat tinggi dan indah itu membuat Savana merasa bahagia ketika melihatnya.
Kesepian dan keheningan didalam rumahanya membuat Savana kembali terpikirkan atas segala sesuatu yang terjadi dalam hidupnya, Savana menghela nafasnya lalu meminum secangkir teh hangat yang ada dihadapannya setelah itu baru ia memasukkan biskuit kedalam mulutnya.
"Pasti Mas Aksa seneng banget kalau aku kasih tahu kalau aku lagi hamil," batin Savana dalam hatinya sambil mengunyah biskuit didalam mulutnya.
Savana juga terlihat sedang mengelus perutnya sambil terseny
Pagi ini Maura tampak menikmati sarapan pagi bersama kedua orang tuanya, Papah Rangga dan juga Mama Maia, suasana yang jauh lebih hangat dibandingkan ketika Savana masih berada di rumah ini karena ketika Savana sudah tidak ada di rumah ini Mama Maia jadi jauh lebih bersemangat menyiapkan sarapan pagi untuk anak dan suaminya.Entah mengapa hingga saat ini rasa benci Mama Maia kepada Savana sangat sulit untuk dihindari dan dihilangkan padahal Papah Rangga sendiri sudah mencoba menengahi keduanya namun Mama Maia sama sekali tidak mau mengakui dan menganggap Savana sebagai anaknya.Memang sangat sulit untuk Mama Maia memperbaiki hubungannya dengan Savana karena ia sendiri sangat sakit hati dengan perselingkuhan Papah Rangga dua puluh lima tahun yang lalu dengan ibu kandung Savana, luka yang menggores di lubuk hati Mama Maia sangat sulit untuk dihilangkan apalagi saat ia melihat wajah Savana."Sudah cukup Mah," ucap Maura yang melihat Mama Maia memasukan banyak nasi
Sementara itu Erik merasa sangat bahagia setelah menerima telepon dari Savana. "Kira - kira Savana mau ngapain ya ngajak gue ketemu," batin Erik dalam hatinya. "Tapi itu enggak penting ngapain dia ngajakin gue ketemuan di rumahnya lagi," batin Erik sambil terus tersenyum simpul saking bahagianya mendapatkan telepon dari wanita yang sangat dicintai olehnya. Melihat adiknya yang terus tersenyum bahagia pun membuat Xabiru meledek adiknya itu ia mengatakan jika adiknya sudah tidak waras karena terus tersenyum sendirian, namun Erik mengabaikan ucapan sang Kakak yang mengatakan dirinya sudah tidak waras, karena sekarang hatinya begitu sangat bahagia setelah mendapatkan telepon dari Savana. "Gue harus cepetan siap - siap buat ketemu sama Savana nih," batin Erik sambil tersenyum manis hingga membuat Xabiru merasa heran dengan sikap adiknya itu. BRAKKKK Erik dan Xabiru pun kompak menoleh kearah belakang ia penasaran dengan suara itu."Suara apa itu?
"iya gue enggak akan kemana - mana hari ini gue mau jagain Mama," sahut Xabiru. "Gue mau pergi keluar sebentar boleh kan?" tanya Erik pada Xabiru. "Boleh tapi Lo mau pergi kemana?" tanya Xabiru yang tampak penasaran dengan adiknya yang sudah berdandan rapih dan keren. Sebenarnya Xabiru sudah paham dengan sikap Erik yang tampaknya akan bertemu dengan kekasihnya. "Gue juga tahu pasti si Erik mau ketemu pacarnya, meski Mama lagi sakit gue izinkan dia buat pergi lagian kasihan juga kemarin - kemarin kan dia tampak murung karena ditinggal nikah sama ceweknya," batin Xabiru dalam hatinya sambil menatap kearah Erik. "Ada deh," sahut Erik sambil tersenyum kearah Xabiru. Setalah Erik pergi tiba - tiba asisten rumah tangganya berbicara kepada Xabiru jika Mama Yunita memanggil nama Erik. "Mas biru, Mas Erik kemana?" tanya salah satu asisten rumah tangga di rumah mewah mili
Pukul 10.00di sebuah perusahaan besar di Jakarta, hampir semua ruangan para karyawan sepi dan tanpa suara apapun hanya terdengar suara gesekan pena dan juga kursi yang sesekali bergeser karena para penghuni perusahaan besar itu sedang berkonsentrasi dengan pekerjaannya. Tetapi berbeda di salah satu ruangan tengah, disana terdengar suara dengkuran halus dari seorang karyawan yang tengah menempelkan pipinya di atas meja kerjanya. Hingga beberapa saat kemudian ada salah seorang karyawan yang masuk keruangan tempatnya bekerja dengan suara gelisah. "Randi ... Randiii ... Randiiiii ...." ujar karyawan tersebut sambil menggoyangkan tubuh Randi yang sedang tertidur pulas diatas meja kerjanya. "Duh tunggu ... Tunggu sebentar saja, tunggu lima menit lagi gue capek banget nih," sahut Randi yang masih memejamkan matanya sambil menyenderkan kepalanya diatas meja kerjanya. "Randi cepetan bangun kalau tidak Pa
"Aduh, aku harus chat Maura karena kayaknya aku bakal pulang sore," batin Savana dalam hatinya sambil mengeluarkan handphone dari saku blazer yang dipakainya.Savana pun mengirimkan pesan kepada Maura jika ia bisa ketemu dengannya ketika sore hari karena ada meeting mendadak. Savana pun segera menyimpan kembali handphone miliknya setelah mengirimkan pesan kepada Maura.Savana kembali fokus pada laptop miliknya dan sedang menunggu Pak Denis untuk masuk keruangan meeting, sesekali Savana juga mengobrol dengan pelan bersama dengan Randi dan juga Aldi, dua partner kerjanya.Mereka mengobrol masalah pekerjaan yang mereka alami dari mulai mengatasi permasalahan itu sampai mencegah munculnya permasalahan itu kembali.***Sementara itu Erik sudah selesai membelikan bunga untuk Savana, bunga cantik berwarna merah muda dan juga berwarna putih itu sangat indah dan juga cantik, Erik juga san
Sementara itu Maura juga sedang dalam perjalanan menuju rumah mewah Savana dan juga Aksa namun sepertinya Maura tidak membuka handphone miliknya jadinya ia tidak mengetahui pesan terbaru yang di sampaikan oleh Savana kepada dirinya.Didalam mobil yang dikendarainya pikiran Maura sudah melayang kemana - mana hatinya begitu pedih karena takut Erik tetap tidak mau mengakui bayi yang sedang dikandungnya. "Gimana kalau Erik tetep enggak mau mengakui anak yang ada didalam perut gue," batin Maura dalam hatinya.Maura memang menyesali perbuatannya ketika ia tidur bersama dengan Erik, ia merasa dirinya begitu ceroboh dan egois, tapi semua itu lantaran sakit hati yang ia alami akibat terjadinya pernikahan Savana dan juga Aksa. Maura memang sangat terluka saat menyaksikan pernikahan Aksa dan juga Savana.Maura begitu menyesali perbuatannya karena ia tidak berpikir kedepannya pada saat itu, ia merasa dirinya begitu bodoh karen
Mama Maia terlihat bergetar sambil menitikkan air matanya ketika memegang selembar kertas yang menyatakan jika Maura tengah mengandung, hatinya begitu rapuh karena merasa telah gagal menjadi seorang ibu. "Kamu hamil oleh siapa Nak," gumam Mama Maia sambil terus menitikkan air matanya.Didalam kamar putri tercintanya Mama Maia terus menitikkan air matanya, ia tidak menyangka jika Maura melakukan hal itu. "Mama enggak nyangka kamu seperti ini Maura," lirih Mama Maia sambil mengusap air mata yang jatuh dipipinya.Mama Maia begitu terpukul atas perbuatan Maura yang telah membuat dirinya merasa kecewa namun sayangnya dirinya tidak bisa marah kepada Maura karena dirinya sangat mencintai putri kesayangannya itu dan ia tidak ingin membuat putri kesayangannya mejadi lebih depresi jika Mama sama Papahnya ikut membenci dirinya."Sayang, Maura. Mama sangat kecewa sama kamu Nak, tapi Mama juga enggak bisa berbuat apa - apa, Mama juga enggak bisa marah karena Mama sanga
Savana sendiri sekarang baru saja keluar dari ruangan meeting bersama dengan teman - teman kantornya. "Ternyata meeting sekarang cuma sebentar," ucap Savana pada Randi dan juga Aldi."Tau tuh si Aldi kalau tahu gini gue mending lanjutin tidur," gumam Randi yang sepertinya masih kesal dengan Aldi yang membangunkan dirinya untuk persiapan meeting."Lah? Kok Lo jadi nyalahin gue! Mana gue tahu Lo bilang langsung aja sama Pak Denis," sahut Aldi yang kesal dengan apa yang diucapkan oleh Randi.Sementara itu Savana tersenyum ketika mendengarkan Randi dan juga Aldi yang selalu ribut ketika bertemu. "Udah - udah kalian itu kayak anak kecil aja setiap ketemu pasti ribut," ucap Savana sambil menatap kearah Randi dan juga Aldi.Mereka pun kembali keruangan mereka masing - masing, setelah sampai di ruangannya Savana segera duduk di kursi lalu menundukkan kepalanya dan melihat kearah jam tangan yang sedang dipaka