Share

Chapter 9

Savana menggeliat ketika membuka matanya, tubuhnya terasa lumayan sakit, matanya sembab karena ia sering menangis akhir-akhir ini. Savana terlihat sedang memijat keningnya karena kepalanya terasa pusing. Savana duduk di atas ranjangnya. "Aduh! Kepala aku pusing banget," gumam Savana sambil terus memijat keningnya.

Savana melihat kearah jarum jam yang terpasang cantik di kamar mewahnya, sekarang sudah menunjukkan pukul 07.15. Waktu dimana biasanya ia sudah bersiap - siap untuk pergi ke kantor. "Aku udah kesiangan," lirih Savana.

Savana mencoba berdiri dan mencoba mengambil obat pereda pusing yang ada di laci mejanya. Savana berjalan perlahan menghampiri meja itu, untungnya didalam kamarnya masih tersedia satu gelas air putih, meski tidak banyak namun itu cukup untuk ia minum ketika memakan obatnya. Setelah memakan obat, Savana dengan perlahan berjalan kearah kamar mandi yang ada didalam kamarnya untuk bersih - bersih dan bersiap pergi ke kantor. 

Savana memasuki ruang kamar mandi mewahnya itu dengan perlahan, ia segera membaringkan tubuhnya di atas bathtub yang sudah terisi air hangat. Savana mulai membaluri tubuhnya menggunakan sabun yang dapat mengeluarkan busa - busa yang sangat harum dan lembut. Sesekali Savana memikirkan kejadian kemarin yang membuat jantungnya terus berdetak kencang. Savana mencoba memejamkan matanya ia berharap agar semua beban yang ada di pikirannya bisa menghilang untuk sementara.

Setelah merasa sudah bersih Savana segera membilas seluruh tubuhnya, lalu ia bangun dari bathtub putih itu. Savana terlihat melangkahkan kakinya untuk pergi meninggalkan kamar mandi itu. Setelah selesai mandi Savana segera membuka walk in closet mewah miliknya. Seperti biasanya Savana selalu tampil sederhana dengan menggunakan setelan blazer berwarna hitam.

Savana duduk dan menatap kearah cermin, kali ini ia sedikit berdandan agar matanya yang sembab sedikit tertutupi. Savana memoleskan lipstik berwarna merah muda dibibir tipisnya, tidak lupa ia juga melentikkan bulu matanya menggunakan maskara andalannya.

Setelah merasa sudah siap dan rapih Savana segera bangun dari duduknya dan mengambil tas yang berisi berkas - berkas perusahaan. Savana segera memakai tas itu lalu ia segera melangkahkan kakinya untuk pergi kekantor. Savana berjalan menuruni tangga dirumahnya, dimeja makan ia sedang melihat Papa Rangga, Mama Maia, dan Maura sedang menikmati sarapan pagi.

Raut wajah Maura dan Mama Maia langsung berubah seketika, mereka langsung menatap sinis wajah Savana. Hanya Papa Rangga yang memberikan senyuman manisnya kepada Savana. "Sayang ikut sarapan yuk," sapa Papa Rangga yang mencoba menengahi antara Savana dan Maura.

Savana yang sudah menyadari jika Mama Maia dan Maura tidak menginginkan keberadaannya pun langsung menolak dengan halus ajakan Papanya. "Maaf Pah, aku enggak bisa ikut sarapan bareng soalnya sekarang udah telat," sahut Savana dengan senyuman manis diwajahnya.

"Yasudah kalau begitu, Papah anterin kamu berangkat ya?" tanya Papa Rangga sambil bangun dari tempat duduknya.

"Enggak Pah, enggak usah aku berangkat pakai taksi aja Pah," sahut Savana.

Mama Maia langsung melotot kearah Papah Rangga. "Ngapain sih Papah lebay banget mau nganterin Savana segala," batin Mama Maia dalam hatinya sambil mengerutkan keningnya.

Begitu juga dengan Maura yang sedari tadi menatap Savana dengan tatapan penuh rasa kebencian. "Pagi - pagi udah bikin gue badmood aja Papah," batin Maura sambil mengunyah makanannya.

"Yaudah kalau mau kamu begitu hati - hati dijalan ya sayang," ujar Papah Rangga.

"Iya Pah," sahut Savana.

Savana mencoba untuk tersenyum kearah Maura dan juga Mama Maia yang sedari tadi memberikan tatapan tajam kearahnya. "Mah, Maura, aku berangkat dulu ya," ujar Savana sambil tersenyum manis kearah Maura dan Mama Maia.

Maura dan Mama Maia tidak menanggapi ucapan Savana mereka pura - pura tidak mendengar dan hanya fokus menikmati sarapan paginya. Savana menghela nafasnya ketika melihat kelakuan Mama Maia dan juga Maura. Setelah itu Savana segera pergi.

Sekarang Savana sedang berada didalam taksi, selama dalam perjalanan Savana hanya dapat terdiam sambil menatap kearah jalanan kota Jakarta yang sudah dipadati oleh gedung - gedung tinggi. Savana terus memikirkan masalah percintaannya bersama dengan Aksa. "Padahal hari ini aku sudah mulai masuk bekerja tapi pikiranku masih terus memikirkan semua masalah yang telah terjadi," batin Savana.

Savana masih merasa sakit hati dengan semua makian yang diberikan oleh Mama Maia kepada dirinya, apalagi setelah ia mengetahui jika dirinya hanya anak hasil selingkuhan Papa Rangga, hatinya begitu pedih seperti tersayat pisau yang sangat tajam. "Seandainya Ibu kandung aku juga masih hidup pasti ia juga sangat mencintai dan menyayangiku seperti apa yang dilakukan oleh Mama Maia kepada Maura," batin Savana.

Tanpa disadari mobil taksi yang ditumpanginya sudah berhenti disebuah kantor perusahaan besar tempat dimana Savana bekerja. "Mbak, sudah sampai," ucap supir taksi itu sambil menatap wajah Savana yang tengah melamun didalam mobil sambil.

"Mbak?" ucap sopir taksi itu.

Dengan wajah polosnya. "I iya Pak?" tanya Savana yang baru saja tersadar dari lamunannya

"Maaf Mbak ini kita sudah sampai," ujar sopir taksi itu.

Savana segera menatap kearah luar. "Oh iya Pak,"sahut Savana sambil tersenyum malu.

Savana segera membayar sopir taksi itu lalu segera melangkahkan kakinya menuju lobi kantornya. Savana segera disapa oleh security yang bertugas di kantor. "Selamat pagi Mbak Savana," sapa security itu.

"Pagi Pak," sahut Savana sambil tersenyum simpul.

"Tumben Mbak, biasanya datangnya pagi - pagi banget," ujar security itu.

"Iya Pak tadi saya sempat telat bangun," sahut Savana.

"Saya permisi dulu ya Pak," ujar Savana.

Security itu langsung tersenyum ramah kepada Savana.

Savana segera berjalan memasuki kantor perusahaan, sapaan dari para staf kantor dibalas dengan senyuman manis oleh Savana.

Savana melangkahkan kakinya menuju lift kantor namun saat ia akan masuk kedalam lift tiba - tiba ada laki - laki yang menghampiri dirinya, raut wajah Savana menjadi lebih tegang ketika laki - laki itu menghampiri dirinya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status