Share

Chapter 9

Author: Alena
last update Last Updated: 2021-09-17 08:37:02

Savana menggeliat ketika membuka matanya, tubuhnya terasa lumayan sakit, matanya sembab karena ia sering menangis akhir-akhir ini. Savana terlihat sedang memijat keningnya karena kepalanya terasa pusing. Savana duduk di atas ranjangnya. "Aduh! Kepala aku pusing banget," gumam Savana sambil terus memijat keningnya.

Savana melihat kearah jarum jam yang terpasang cantik di kamar mewahnya, sekarang sudah menunjukkan pukul 07.15. Waktu dimana biasanya ia sudah bersiap - siap untuk pergi ke kantor. "Aku udah kesiangan," lirih Savana.

Savana mencoba berdiri dan mencoba mengambil obat pereda pusing yang ada di laci mejanya. Savana berjalan perlahan menghampiri meja itu, untungnya didalam kamarnya masih tersedia satu gelas air putih, meski tidak banyak namun itu cukup untuk ia minum ketika memakan obatnya. Setelah memakan obat, Savana dengan perlahan berjalan kearah kamar mandi yang ada didalam kamarnya untuk bersih - bersih dan bersiap pergi ke kantor. 

Savana memasuki ruang kamar mandi mewahnya itu dengan perlahan, ia segera membaringkan tubuhnya di atas bathtub yang sudah terisi air hangat. Savana mulai membaluri tubuhnya menggunakan sabun yang dapat mengeluarkan busa - busa yang sangat harum dan lembut. Sesekali Savana memikirkan kejadian kemarin yang membuat jantungnya terus berdetak kencang. Savana mencoba memejamkan matanya ia berharap agar semua beban yang ada di pikirannya bisa menghilang untuk sementara.

Setelah merasa sudah bersih Savana segera membilas seluruh tubuhnya, lalu ia bangun dari bathtub putih itu. Savana terlihat melangkahkan kakinya untuk pergi meninggalkan kamar mandi itu. Setelah selesai mandi Savana segera membuka walk in closet mewah miliknya. Seperti biasanya Savana selalu tampil sederhana dengan menggunakan setelan blazer berwarna hitam.

Savana duduk dan menatap kearah cermin, kali ini ia sedikit berdandan agar matanya yang sembab sedikit tertutupi. Savana memoleskan lipstik berwarna merah muda dibibir tipisnya, tidak lupa ia juga melentikkan bulu matanya menggunakan maskara andalannya.

Setelah merasa sudah siap dan rapih Savana segera bangun dari duduknya dan mengambil tas yang berisi berkas - berkas perusahaan. Savana segera memakai tas itu lalu ia segera melangkahkan kakinya untuk pergi kekantor. Savana berjalan menuruni tangga dirumahnya, dimeja makan ia sedang melihat Papa Rangga, Mama Maia, dan Maura sedang menikmati sarapan pagi.

Raut wajah Maura dan Mama Maia langsung berubah seketika, mereka langsung menatap sinis wajah Savana. Hanya Papa Rangga yang memberikan senyuman manisnya kepada Savana. "Sayang ikut sarapan yuk," sapa Papa Rangga yang mencoba menengahi antara Savana dan Maura.

Savana yang sudah menyadari jika Mama Maia dan Maura tidak menginginkan keberadaannya pun langsung menolak dengan halus ajakan Papanya. "Maaf Pah, aku enggak bisa ikut sarapan bareng soalnya sekarang udah telat," sahut Savana dengan senyuman manis diwajahnya.

"Yasudah kalau begitu, Papah anterin kamu berangkat ya?" tanya Papa Rangga sambil bangun dari tempat duduknya.

"Enggak Pah, enggak usah aku berangkat pakai taksi aja Pah," sahut Savana.

Mama Maia langsung melotot kearah Papah Rangga. "Ngapain sih Papah lebay banget mau nganterin Savana segala," batin Mama Maia dalam hatinya sambil mengerutkan keningnya.

Begitu juga dengan Maura yang sedari tadi menatap Savana dengan tatapan penuh rasa kebencian. "Pagi - pagi udah bikin gue badmood aja Papah," batin Maura sambil mengunyah makanannya.

"Yaudah kalau mau kamu begitu hati - hati dijalan ya sayang," ujar Papah Rangga.

"Iya Pah," sahut Savana.

Savana mencoba untuk tersenyum kearah Maura dan juga Mama Maia yang sedari tadi memberikan tatapan tajam kearahnya. "Mah, Maura, aku berangkat dulu ya," ujar Savana sambil tersenyum manis kearah Maura dan Mama Maia.

Maura dan Mama Maia tidak menanggapi ucapan Savana mereka pura - pura tidak mendengar dan hanya fokus menikmati sarapan paginya. Savana menghela nafasnya ketika melihat kelakuan Mama Maia dan juga Maura. Setelah itu Savana segera pergi.

Sekarang Savana sedang berada didalam taksi, selama dalam perjalanan Savana hanya dapat terdiam sambil menatap kearah jalanan kota Jakarta yang sudah dipadati oleh gedung - gedung tinggi. Savana terus memikirkan masalah percintaannya bersama dengan Aksa. "Padahal hari ini aku sudah mulai masuk bekerja tapi pikiranku masih terus memikirkan semua masalah yang telah terjadi," batin Savana.

Savana masih merasa sakit hati dengan semua makian yang diberikan oleh Mama Maia kepada dirinya, apalagi setelah ia mengetahui jika dirinya hanya anak hasil selingkuhan Papa Rangga, hatinya begitu pedih seperti tersayat pisau yang sangat tajam. "Seandainya Ibu kandung aku juga masih hidup pasti ia juga sangat mencintai dan menyayangiku seperti apa yang dilakukan oleh Mama Maia kepada Maura," batin Savana.

Tanpa disadari mobil taksi yang ditumpanginya sudah berhenti disebuah kantor perusahaan besar tempat dimana Savana bekerja. "Mbak, sudah sampai," ucap supir taksi itu sambil menatap wajah Savana yang tengah melamun didalam mobil sambil.

"Mbak?" ucap sopir taksi itu.

Dengan wajah polosnya. "I iya Pak?" tanya Savana yang baru saja tersadar dari lamunannya

"Maaf Mbak ini kita sudah sampai," ujar sopir taksi itu.

Savana segera menatap kearah luar. "Oh iya Pak,"sahut Savana sambil tersenyum malu.

Savana segera membayar sopir taksi itu lalu segera melangkahkan kakinya menuju lobi kantornya. Savana segera disapa oleh security yang bertugas di kantor. "Selamat pagi Mbak Savana," sapa security itu.

"Pagi Pak," sahut Savana sambil tersenyum simpul.

"Tumben Mbak, biasanya datangnya pagi - pagi banget," ujar security itu.

"Iya Pak tadi saya sempat telat bangun," sahut Savana.

"Saya permisi dulu ya Pak," ujar Savana.

Security itu langsung tersenyum ramah kepada Savana.

Savana segera berjalan memasuki kantor perusahaan, sapaan dari para staf kantor dibalas dengan senyuman manis oleh Savana.

Savana melangkahkan kakinya menuju lift kantor namun saat ia akan masuk kedalam lift tiba - tiba ada laki - laki yang menghampiri dirinya, raut wajah Savana menjadi lebih tegang ketika laki - laki itu menghampiri dirinya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Someone Like You   Menikah?

    Savana masuk ke ruangan Xabiru dengan membawakan minuman untuk Mama Yunita. "Permisi, Pak, Ibu," ucap Savana dengan sangat ramah dan senyuman manis di wajahnya menggambarkan ketulusan hati dan jiwanya.Mama Yunita yang tadinya sedang asyik menggobrol dengan Xabiru langsung mengalihkan pandangannya kepada Savana. "Wah terimakasih banyak ya," ucap Mama Yunita."Iya baik sama-sama Bu, kalau begitu saya permisi ke belakang dulu," ucap Savana.Penampilan Savana yang sangat rapih dan cantik meskipun menggunakan seragam kantor sebagai cleaning servis. Hal itu langsung membuat Mama Yunita begitu sangat menyukai Savana. "Kamu Office Girl baru ya disini?" tanya Mama Yunita.Savana hanya mengangguk dan tersenyum. "Bukan Office Girl Ma, tapi dia adalah calon menantu Mama," sambung Xabiru yang sontak langsung membuat Savana terkejut seketika."Apa maksud dari ucapan Pak Xabiru? Aku enggak salah dengar kan?" tanya Savana pada dirinya sendiri dalam hatinya."Kamu yang bener Xabiru masa calon mantu M

  • Someone Like You   Kedatangan Mama Yunita ke Kantor

    Mama Yunita yang merasa bosan karena setiap harinya harus di rumah terus akhirnya sekarang ia memutuskan untuk pergi ke kantor meskipun tidak untuk bekerja dan hanya mengecek bagaimana kondisi kantor perusahaan peninggalan suaminya itu namun sudah cukup membuat hatinya merasa sangat senang. "Tolong antar saya ke kantor ya," ucap Mama Yunita pada salah satu sopir di rumahnya."Apa Bu? Ke kantor?" tanya sopir itu yang sepertinya terkejut dengan perkataan Mama Yunita."Iya," sahutnya.Raut wajah sopir itu tampak tegang karena ia takut dimarahi Xabiru jika ia salah. "T-tapi Bu?" ucap sopir itu dengan gugup.Setelah itu Mama Yunita langsung tersenyum karena ia langsung paham dengan maksud sopir pribadinya itu. "Kamu tenang aja enggak usah takut sama Mas Biru nanti saya bilang sama Biru kalau saya mau main ke kantor," jelas Mama Yunita."Oh baik kalau begitu, ayo Bu saya antar," sahut sopir pribadi itu yang langsung membukakan pintu mobil Toyota Alphard.Setelah itu Mama Yunita langsung mas

  • Someone Like You   Kedekatan Maura dan Syifa

    Setelah sampai di taman Maura pun langsung me gaja Syifa untuk duduk, ia juga tidak lupa memberikan es cream yang dibawanya kepada Syifa. "Ini Es krim nya Syifa, Tante beliin spesial hanya untuk kamu," ujar Maura yang selalu bersikap baik kepada Syifa karena ia sangat tahu jika gadis kecil yang saat ini sedang bersamanya itu bisa dimanfaatkan dengan sangat baik."Wah, makasih banyak ya Tante," jawab Syifa yang kemudian langsung memakan es cream yang dibelikan oleh Maura, raut wajah Syifa begitu sangat senang, ia tidak kesepian lagi, ia serasa memiliki seorang yang siap mendengarkan semua celotehan lucunya."Syifa Tante mau tanya deh," ucap Maura."Tanya apa Tan?""Sekarang ini Tante enggak pernah lihat kamu main bareng kaya gini Mama kamu, Mama Sava," ucap Maura mulai memancing.Syifa yang tadinya ceria langsung murung dan menundukkan kepalanya lagi ketika Maura mulai membahas Sola Savana karena memang saat ini Savana memang sedang sibuk-sibuknya bekerja hingga kurang waktu untuk berm

  • Someone Like You   Pengngujung restoran hari ini

    Sementara itu saat ini Syifa sedang ikut Papah Rangga mengurusi bisnis restoran dan juga kafenya. Pengngujung restoran hari ini cukup ramai jadinya Syifa sedikit kesal karena Papah Rangag sibuk melayani para pelanggan bersama dengan beberapa karyawan lainnya. "Oppa juga sibuk banget dari tadi mondar-mandir terus sementara itu disini sendirian terus," guamam Syifa.Papah Rangga yang sudah selesai mengantarkan pesanan ke meja pelanggan tidak sengaja melihat Syifa yang sedang melamun sendirian dengan raut wajah yang sedih, Papah Rangga langsung menengok kearah ruangan restoran miliknya. "Pelanggan lagi ramai-ramainya lagi tapi Syifa kayanya lagi sedih karena enggak ada yang ngajak main," batin Papah Rangga yang langsung menghampiri Syifa."Syifa," ucap Papah Rangga dengan lembut sambil duduk disamping cucunya."Syifa kenapa kok diem terus sih?" tanya Papah Rangga."Syifa kesel sih kenapa coba Opa sama Mama itu sibuk-sibuk banget, aku juga pengen main sama kalian,"ucap Syifa.Mendengar ce

  • Someone Like You   Kerja Terus!

    Saat melihat Savana yang tidak pernah berhenti bekerja sejak pagi hingga siang hari membuat hati Agri cukup iba melihatnya. "Dia dari pagi enggak istirahat kali ya, kerja terus, kasihan juga kalau gini lihatnya," batin Agri dalam hatinya.Sementara itu Xabiru terus bertanya kepada Agri tentang kondisi Syifa ketika ibunya sibuk bekerja dari pagi hingga malam. "Agri Apakah kamu tahu gimana kondisi Syifa ketika ibunya bekerja?" tanya Xabiru pada Agri."Sebenarnya saya tidak tahu pasti sih Pak, tapi saya yakin kalo Syifa merasa sangat kecewa ketika ibunya terlalu sibuk dengan pekerjaannya, Syifa sendiri pasti merasa jika ibunya lebih mementingkan pekerjaannya dibandingkan dirinya," jelas Agri sambil menatap wajah Xabiru."Sebenarnya saya akan terus membuat kondisi Savana terus menerus menderita selama satu Minggu kedepan tapi Apakah fisik dia kuat? Gimana nanti kalau dia sakit jadinya yang ada enggak bisa usilin dia lagi nanti," batin Xabiru dalam hatinya."Sekarang perempuan itu lagi nga

  • Someone Like You   Awal Kehidupan Aksa dan Maura

    Hari kedua bekerja Savan sudah harus berangkat pagi-pagi sekali yakni pukul 05.00 atas perintah Agri kemarin. Sebenarnya ia masih ingin melanjutkan tidurnya karena kegiatan kemarin sungguh sangat melelahkan. Sekarang waktu sudah menunjukkan pukul 04.45 dan ia harus cepat pergi ke kantor. Papah Rangga yang sedang duduk diruang tv langsung keningnya ketika melihat putri tercintanya sudah sangat cepat untuk pergi ke kantor pagi-pagi sekali."Savana kamu mau kemana Nak? Ini masih pagi banget loh masa udah mau pergi ke kantor lagi aja?" tanya Papah Rangga.Mendengar suara Papah Rangga, Savana langsung menghampirinya lalu menyalami tangan Papah Rangga. "Aku mau pamit sama Papah untuk pergi ke kantor karena kerjaan aku di kantor banyak banget Pah jadi harus berangkat pagi-pagi," jelas Savana mencoba memberikan penjelasan kepada Papah Rangga yang selalu mengkhawatirkan kondisi kesehatan Savana."Tapi harus pagi banget kaya gini ya? Padahal kemarin kamu juga pulang tengah malam sayang. Papah t

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status