Seperti biasa setiap malam sehabis sholat isya menjadi quality time bagi keluarga pak Hermawan. Semua berkumpul di depan tv, selain menonton tv juga sebagai ajang saling mengobrol dan membahas segala sesuatu. Tak jarang mereka juga hanya berkumpul sambil menyaksikan sinetron sambil menikmati camilan bersama. Kedekatan keluarga Hermawan terjalin karena seringnya mereka bersama dan mengobrol bersama penuh kehangatan.
“Kay, lusa wisuda undangannya jam berapa? “ tanya pak Hermawan.
“Jam delapan yah... “ jawab Kayla santai sambil tiduran.
“Semuanya udah siap? “
“Udah. Aku rias di rumah sama mbak Ely yang kemarin rias pas tunangan itu, dia datang jam 5 katanya. Besok sore gladi terakhir di kampus. Mas Dika katanya mau pulang besok sore sama mbak Rahma. “ jawab Kayla menjelaskan semuanya.
“Kalau mas Dicky ntar tinggal ketemu di kampus ya mbak? “ tanya Rafi tentang Dicky.
“Iya... &ldq
Betapa terkejutnya Kayla ketika melihat deretan dosen-dosen jurusannya yang duduk berjajar di meja depan. Dari semuanya tidak juga ada Dicky di sana. Wajahnya mulai murung dan kecewa kembali menerima kenyataan jika dosen pembimbingnya tak ada di situ.Kayla duduk di barisan depan mengikuti acara perpisahan jurusan. Sambutan dari ketua program studi, dilanjutkan perwakilan dosen lalu perwakilan mahasiswa. Sambutan demi sambutan terlewati, tiba giliran Kayla maju ke depan sebagai perwakilan mahasiswa. Ia segera maju dan menyampaikan kata-kata yang telah dirancangnya dari rumah. Saat ia berdiri di depan nampak matanya sambil mencari jika saja ada Dicky di belakang. Hingga selesai sambutan yang ia sampaikan, tak jua terlihat
Tiba di rumah semua berkumpul, makanan sudah di sajikan di meja makan. Syukuran kecil-kecilan ala keluarga Hermawan. Begitu Kayla pulang, langsung muncul ide jahil dari kakaknya di depan pintu.“Cieee... Mukanya keluar lope lopenya nih adikku, beda sama tadi. Ternyata nunggu pak dosen pembimbing ya... “ledek Dika menyambut mereka.“Apa sih mas? Orang tadi juga mukanya biasa aja kayak gini kok... “jawab
Hari rabu siang Kayla ke kampus untuk menandatangani ijazah sesuai jadwal yang sudah ditentukan dari kampus. Ia terlihat ikut duduk santai di kursi depan prodi bersama teman-temannya yang juga sedang menunggu kepala TU prodi datang membawa lembar ijazah yang akan ditanda tangani.Dari kejauhan berjalan Dicky bersama satu dosen wanita muda yang juga baru saja keluar dari kelasnya. Mereka berjalan sambil mengobrol ringan sambil tertawa-tawa kecil. Salah satu teman Kayla melihat hal itu dan langsung memberitahu Kayla yang duduk di sampingnya dengan posisi membelakangi Dicky.“Kay, itu pak Dicky... “ ucap seorang gadis berambut pe
Di ruang tamu Dicky terlihat sibuk dengan ponselnya, lalu berhenti setelah mengetahui kedatangan Kayla dan Dian. Ia melihat Dian dengan senyum-senyum malu karena kejadian di depan kamar yang kepergok Dian. Faham akan dosennya yang tengah malu, Dian segera duduk dengan santai.“Iya pak, saya tutup mulut. Tapi tolong jaga sahabat saya sampai waktu yang benar-benar boleh untuk hal yang lebih... “ ucap Dian meledek. Dicky hanya tersenyum dan memberikan kode OK menggunakan jarinya.“Kay, gua pulang ya... Gua gak enak nih j
Akhirnya Dicky mengajak Kayla naik ke atas gedung bersama dengan pegawai yang lain. Tak pernah lepas sedetikpun Dicky menggenggam tangan Kayla, justru semakin erat. Fikiran Dicky menerka hal buruk dengan hubungan mereka, kekhawatiran yang selama ini sempat terfikirkan ternyata hari ini terjadi.“Kay, aku ingin tahu sesuatu dan tolong jawab dengan jujur. “ ucap Dicky menghentikan langkahnya sebelum sampai di tempat tujuan.“Iya, aku akan jujur. “ jawab Kayla dengan mata berkaca-kaca dan hidung mulai memerah.
Malam Itu serasa sepi, bintang-bintang yang bertaburan bahkan tidak bisa menghibur hati Kayla. Ia duduk termenung di meja belajarnya dengan rasa yang tidak karuan. Matanya yang masih sembab kini mulai berair lagi. Fikirannya masih tentang Dicky. Iya Dicky yang saat ini justru diam tanpa kabar, bahkan tidak mencoba datang ke rumah menemuinya atau menghubunginya melalui keluarganya.Kayla benar-benar bingung, terlebih ponselnya tadi masih berada di ruangan Dicky. Kedua matanya hingga kini masih belum bisa berhenti meneteskan air bening dari salah satu sudutnya. Dadanya terasa sesak, fikirannya kacau dan benar-benar buntu apa yang harus ia lakukan saat ini.
Siang hari jam sebelas sebuah mobil sirion berhenti di luar gerbang. Dari balik tirai jendela Kayla mengintip siapa pengemudi mobil yang baru saja datang itu. Saat sosok laki-laki muda yang sudah tidak asing lagi keluar dari mobil lalu menuju ke teras, saat itu juga senyum Kayla muncul di wajahnya yang mendung. Segera ia membukakan pintu menyambut pria itu dengan hati gembira.“Assalamualaikum Kay... ““Wa’alaikum salam... “ jawab Kayla lalu mencium punggung pria itu penuh kebahagiaan.“Itu mobil siapa? Seperti pernah l
Selesai makan mereka segera beranjak dari tempat duduknya untuk segera menuju ke tempat mobilnya parkir. Di tempat parkir mereka melihat Ilham dan ibunya yang baru saja turun dari mobil. Segera Dicky menarik tangan Kayla ke samping sebuah mobil untuk bersembunyi.“Ada apa?” tanya Kayla lirih setengah terkejut.“Itu ada Ilham dan ibunya. Kita harus bersembunyi supaya mereka tidak melihat kita.” jawab Dicky lirih juga.Beberapa saat mereka bersembunyi di samping mobil hingga akhirnya Ilham dan ibunya masuk ke dalam cafe tersebut. Set