Malam itu wajah berbinar diperlihatkan oleh Ilham. Suasana hati yang lebih baik dari sebelumnya jelas sedang ia rasakan. Kini dirinya mulai mencoba mengirim pesan singkat pada Kayla, hanya sebuah ucapan yang tidak berharap banyak untuk dibalas.
{Malam Kay, aku minta maaf atas kejadian kemarin. Aku harap kamu memaafkan ku}
Pesan singkat itu segera ia kirim. Selesai mengirim pesan tadi, Ilham kini mencoba menelepon nomor Wika yang baru tadi sore ia dapatkan.
Tuuuuuttt..... Tuuuuuttt....
Selesai makan segera Aldi meraih ponselnya untuk menghubungi Wika. Tak membutuhkan waktu lama sambungan telepon pun tersambung.“ Halo Di...” Suara Wika dari seberang telepon.“ Iya, gimana? Ada kabar apaan?” tanya Aldi penasaran.“ Sebenarnya kalau lewat telepon kayak gini gak jelas. Lu bisa temuin gua nggak sekarang?”“ Emang lu sekarang di Jogja?”
Di rumahnya, kayla sedang duduk santai bersama keluarganya. Mereka menikmati kebersamaan seperti biasa di depan ruang tv sambil menyaksikan tayangan televisi yang menarik bagi mereka.“Ayah, ibu... Kalau aku kerja di Jogja boleh nggak?” tanya kayla.“Kerja apa di sana?” tanya ibunya.“Jadi customer service di salah satu kantor provider yang ada di Jogja. “ jawab kayla.&ldq
Di ambang pintu kafe terlihat seorang pria muda dengan wajah tegang memperhatikan mereka. Dia berdiri melihat kesedihan Kayla yang tiba-tiba berubah menjadi senyuman bersama laki-laki yang ada di depannya itu.Pria yang tengah mengamatinya itu terlihat kesal melihat kedekatan mereka. Tangannya tanpa diduga mengepal penuh emosi hingga membuat kulit putihnya itu terlihat urat nadinya.Pria dengan setelan baju kerja rapi itu masih mematung menatap ke arah Kayla dengan tatapan yang sulit dipahami.Di satu sisi Kayla sedang menikmati stick kentang di
Tatapan intens Kayla dan Dicky terhenti ketika seorang pelayan datang membawakan pesanan mereka. Keduanya kembali pada dunia nyata, tidak lagi terbang dan melambung dalam angannya masing-masing.“Silakan dinikmati...” ucap pelayan setelah menyajikan semua hidangan yang dipesan.“Terima kasih...” jawab Dicky dan Kayla hampir bersamaan.Setelah si pelayan meninggalkan meja, Kayla dan Dicky kembali saling tatap lagi. Hanya bedanya sekarang tatapan mereka tidak seintens tadi.“Ayo dimakan dulu!!” ajak Dicky dengan senyuman.“Ayo...” jawab Kayla lalu mulai menikmati makanannya.Sejenak suasana tegang diantara mereka hilang. Mereka menikmati makan siang dengan santai dan sesekali saling tatap dan saling melempar senyuman.Karena sebenarnya cinta sudah bersemayam jauh di dalam hati masing-masing, sehingga meskipun tadi sempat tidak sejalan namun hal itu tidak akan bisa bertahan la
Siang hari yang cerah, di sebuah rumah makan yang cukup ramai Wika sedang duduk bersama dengan Kayla. Mereka nampak membicarakan hal-hal ringan sebagai bahan obrolan mereka di kala menunggu kedatangan Ilham.Di hadapan mereka sudah tersedia minuman dingin yang berdiri di atas meja. Sambil mengobrol sesekali mereka melihat kearah pintu mengharap sosok Ilham segera datang.Beberapa saat kemudian terlihat seorang laki-laki tinggi berkulit sawo matang turun dari mobil hitamnya. Pria muda bertubuh tegap itu segera masuk ke dalam rumah makan tersebut.Mengetahui kedatangan Ilham, Kayla segera membalikkan tubuhnya memunggungi arah pintu masuk. Dengan tenang Kayla berpura-pura tidak mengetahui kedatangan Ilham.Dari kejauhan Ilham berhenti sejenak saat melihat punggung Kayla yang tengah berbicara dengan Wika. Tak terduga, hanya melihat Kayla dari kejauhan jantungnya kini berdegup kencang. Beberapa detik ia menghela nafas panjang berharap dapat menst
Di parkiran yang letaknya agak jauh dari kantor prodi, sedang berdiri tiga sahabat yang sedang menyusun rencana. Iya benar mereka adalah Kayla, Dian, dan Resti. Kayla terlihat membawa sekotak box yang tertutup, sedang Dian dan Resti berdiri di hadapannya memberikan masukan untuk melancarkan rencana mereka.“Kay, kalau dia telepon lu nggak usah diangkat!!” ucap Dian mengingatkan Kayla.“Beneran nih, Yan nggak papa? Nanti dia bisa marah, Yan. Ngambek sama aku.” jawab Kayla sedikit ragu dengan saran Dian.“Udah lu percaya aja!! Gue sahabat lu, dan gua bakal kasih yang terbaik buat elu.” jawab Dian.“Terus aku ngapain?” tanya Resti bingung.“Resti, elu nemenin Kayla di sini!! Gua masuk ke ruang prodi buat minta ijin dulu. Kalau udah sore kayak gini udah sepi sih biasanya.” Jawab Dian mengatur semuanya.Resti mengangguk paham dengan perintah Dian. Sedang Kayla kini
Di sebuah rumah makan yang lumayan besar, sedang duduk Kayla dan Dicky menikmati makanan di mejanya. Rona bahagia kini tak terbantahkan lagi dari keduanya. Senyum merona terpancar saat mereka mengobrol dan bercanda berdua.“I love you Kay... Thanks for all... Pokoknya aku bahagia...” Ucap Dicky.“Sama-sama. I love you too. Nggak jadi marah kan? Tadi pas buka pintu wajahnya merah kayak kepiting rebus, lagi kesal banget sepertinya.” Jawab Kayla meledek.“Makanya jangan suka ngerjain ya...”Kayla tertawa kecil menjawab ucapan Dicky. Kebahagiaan kini sedang berpihak pada hubungan mereka.“Oh iya, tadi ketemu Ilham gimana?” tanya Dicky penasaran.“Ya udah baikan kita. Sekarang kendali di tangan kak Wika, karena aku kan masih dalam status sedikit kesal sama dia.” Jawab Kayla menjelaskan dengan senyum-senyum.“Emang orang stres ngerti k
Pagi itu di saat udara dingin menyerang, Kayla sudah terbangun dan membantu ibunya memasak di dapur. Dengan penuh sukacita Kayla membantu ibunya. Sebenarnya tidak pantas juga disebut membantu sebab dalam hal ini Kayla masih harus banyak bertanya pada ibunya.“Nah, besok kalau sudah menikah pagi-pagi sudah harus masak. Banyak latihan sekarang, Kay...” ucap ibunya lembut.“Iya, Bu... Kalau nggak masak beli Bu, kan di Jogja tempat mas Dicky kota jadi pasti banyak yang jualan sarapan.” Jawab Kayla senang dengan impiannya.“Terus mau bangun siang? Lagi pula apa kamu tidak malu sama mertua kamu nanti?” Bu Murni mencoba mengingatkan.“Mama baik banget kok, Bu...”“Baik bukan berarti kamu bisa ngelunjak kan, Kay? Apalagi kamu pernah bilang kalau ibunya Dicky suka masak. Itu artinya kamu jadi mantunya itu juga harus bisa.” Nasehat Bu Murni pada anak gadisnya.“Hihihi... I