Sesampainya mereka di sekolah, pemandangan spektakuler tercermin di hadapan mereka, keramaian yang jarang mereka lihat di hari hari biasanya, para siswa siswi yang mulai berkumpul di tengah lapangan membuat suasana semakin riuh, berbagai ekspresi yang mereka tunjukan, ada yang terlihat tertekan, mungkin karena tak sempat belajar tadi malam, ada juga yang terlihat sangat percaya diri, dan tak jarang di antara mereka sibuk membuka lembaran demi lembaran buku di tangan mereka masing masing, tak peduli teriknya Sinar matahari.
Ketika Malvic dan Zea sedang menikmati pemandangan di depan nya, Berjalan lah seorang lelaki Bertubuh kekar ke arah mereka berdua
"Hei~ aku dengar baru-baru ini seorang tuan muda sampah dari klan Sriwijaya telah menjadi seorang soul kontraktor, menurut kalian seperti apakah kekuatannya layak kita bandingkan? Ucap Pria tersebut yang tak lain adalah Devan yang merupakan Keponakan Pemimpin Klan mataram kuno
"Entah, paling-paling hanya soul lemah Yang tidak berguna!" Kata antek antek Devan yang berusaha memprovokasi
"Yah palingan juga cuman soul sampah, tidak berguna" saut temannya Yang lain
Mendengar ejekan tersebut Malvic masih tak tergerak, menampilkan wajah Yang datar tidak mengucapkan sepatah kata pun melanjutkan kegiatan mengamati siswa yang ia lakukan sedari tadi, Namun berbeda dengan Zea, gadis itu terlihat sangat marah melipat tangan nya dan menginjak beton di bawahnya dengan keras, namun ketika Zea hendak memberikan mereka pelajaran ia di hentikan oleh cengkraman Malvic.
"Sudah abaikan saja, kita tidak perlu meladeni manusia dengan rupa dan sifat binatang" Kata malvic datar dan menarik Zea untuk pergi
Namun ketika ia hendak melangkah kan kakinya, terdengar olokan dari Devan yang membuat kesabaran nya hampir habis.
"Anak dari seorang sampah tetaplah akan selalu menjadi sampah! Lihatlah, dia sekarang bahkan lari dari kenyataan bahwa ia masihlah seorang sampah" Ucap Devan memprovokasi Malvic
Untuk Malvic sendiri, ia sama sekali tidak memperdulikan hinaan apapun jika itu masih menghina dirinya sendiri, namun beda halnya jika itu menghina Ibu tercinta nya. Dia berbalik kembali ke arah Devan menatapnya dengan tajam
"Seperti nya mulutmu sama buruknya dengan tampangmu, percaya atau tidak setelah ini aku akan menulis namamu secara terbalik di batu nisan" Ucap Malvic yang kemudian terlihat menghilang, menampilkan after image di setiap jalan yang di lewatinya
Perasaan dingin seketika langsung menyerang tubuh Devan, saat ia hendak bereaksi itu sudah terlambat, sebuah tangan yang tak bisa ia lepaskan menjepit lehernya dengan keras
"Akhhh, sialan lepaskan, jika kau berani macam macam Klan mataram Kuno tidak akan melepaskan mu" Erang Devan yang mencoba menahan rasa takut dan air yang hendak membasahi celananya.
"Malvic sudah cukup, Kita akan terlambat" Kata Zea yang mencoba menarik Malvic ke arah Lapangan yang sudah di tempati ribuan siswa, Jujur saja Zea sama sekali tak takut dengan Klan Klan besar itu, ada Ayah di belakang nya, berbeda dengan Malvic jika sampai membunuh Devan di sini makan banyak hal merepotkan terjadi, lagipula ia tak selamanya selalu bisa melindungi Malvic
Meninggalkan Devan yang sedang terbatuk sembari memegangi lehernya, mereka berdua menghilang di tengah tengah kerumunan
"Sial Malvic, tunggu saja pembalasan ku"
Di lapangan
Malvic dan zea segera bergabung dengan barisan kelasnya, dengan tenang, tanpa adanya suara sedikit pun mereka mendengar kan pidato yang di bawakan oleh kepala sekolah diatas panggung.
"Selamat pagi anak anak, seperti yang kalian tahu, hari ini adalah hari dimana masa depan kalian di pertaruhkan, kalian memasuki Universitas manapun itu tergantung dengan usaha, dan jerih payah kalian sendiri, baik kalian siswa biasa maupun seorang Soul Kontraktor, masa depan Negri ini berada di pundak kalian, bekerja keras lah, dan belajarlah, peroleh nilai sebanyak mungkin agar kalian bisa memasuki Universitas yang kalian idamkan"
"Dan terakhir untuk siswa bernama Malvic, kau tidak di izinkan untuk mengikuti ujian ini, untuk penjelasan lebih lanjut silahkan temui saya di kantor"Ucap Kepala Sekolah tersebut yang kemudian mengundurkan diri dan mengakhiri pidatonya.
Ketika pidato di akhiri lapangan tempat berkumpul nya para siswa siswi kembali menjadi riuh dengan berbagai perdebatan tentang Malvic
"Hei... Kenapa Malvic tidak diperbolehkan mengikuti ujian... "
"Siapa tau, mungkin karena ia baru saja menjadi seorang Sou kontraktor" Jawab siswa lain
"Sepertinya tidak, lagipula jika demikian bukankah Malvic harus mengulangi kelas lagi" Bisik siswa yang lain....
Keluar dari lapangan dengan sedikit rasa tak nyaman Malvic berjalan menuju kantor Kepala Sekolah yang di ikuti Zea yang berada di belakangnya, memegangi tangan Malvic ia terlihat cemas
'Sebenarnya apa yang di rencanakan pihak Sekolah' Fikirnya
"Zea, kau tunggu di luar sebentar, jangan cemas!" Ucap Malvic yang melepaskan genggaman tangan Zea sembari perlahan mengantuk sebuah pintu dengan plang bertuliskan "Ruang Kapsek di atasnya.
"Masuklah" ucap suara dari dalam ruangan
Kemudian malvic masuk lalu menyapa gurunya dengan sopan
"Duduklah di sini" Kata Kepala Sekolah kepada Malvic kemudian dia mengambil sesuatu dari laci mejanya mengeluarkan sebuah Surat lalu memberikannya kepada Malvic
"Seperti yang kau lihat itu adalah surat rekomendasi Militer, dan alasan kenapa kau tak boleh mengikuti ujian ini!, kau akan mengetahui nya sendiri esok, Ngomong ngomong bapak turut berduka atas hilangnya Ibumu Malvic" Desah Kepala Sekolah bersamaan dengan asap putih yang mengepul dari mulutnya
Mengambil surat rekomendasi yang di berikan oleh Kepala Sekolah, Malvic masih terdiam di tempat terlihat memikirkan banyak hal di benaknya
"Haaaa, dasar anak muda, jangan khawatir kan tentang Zea bapak percaya kalian akan berada di satu Universitas" Tambah sangat guru yang memberi isyarat agar Malvic keluar dari ruangan
'Karena mungkin pemerintah atau bahkan ayah Zea ingin menjadikan putri nya sebagai alat untuk mengendalikan mu Malvic' fikir guru tak berdaya dengan muka welas asih sembari melihat bayangan Malvic yang mulai menghilang dari Ruangan
Ketika ia keluar dari ruangan, ia melihat Zea yang duduk di kursi tunggu dengan gelisah
"Bagaimana? Apa Yang terjadi?" Tanya Zea ketika melihat Malvic baru saja keluar dari ruangan, bukan hanya Zea yang penasaran bahkan beberapa siswa di sekitar mengalihkan pandangannya ke arak Malvic
Menarik Zea pergi dari kerumunan, Malvic memperlihatkan surat rekomendasi nya kepada Zea
"I-ini!! Woaaah sudah kuduga Malvic kau sangat keren!" Ucap Zea yang terlihat terkejut kemudian bersemangat ketika melihat Surat rekomendasi tersebut
"Sudah kubilang untuk jangan khawatir kan" ucap Malvic dengan santai kemudian memasukkan kembali Surat rekomendasinya
"S-siapa yang khawatir?! Aku tidak khawatir kok!" Dengan wajah yang sedikit memerah Zea memalingkan wajahnya
"Baiklah kau tidak khawatir" Tambah Malvic dengan datar
Melihat Malvic, Zea menjadi cemberut, ia merasa bahwa belakang ini Malvic menjadi orang lain, sebelum nya Malvic sangat riang, bahkan sedikit tak tahu malu, namun sekarang lihatlah jangankan tersenyum dari pagi buta Malvic selalu memasang wajah datar.
'Apakah ini karena Kontrak' fikirnya, namun ia segera menepis hal itu karena tak peduli kontrak jenis apa yang manusia lakukan itu tidak akan merubah kepribadian secara diagonal, mungkin Malvic masih belum bisa beradaptasi dengan kehidupan barunya yang berjalan tanpa adanya sangat ibu, Zea hanya bisa berdoa dan berharap agar Malvic segera bisa keluar dari bayangan kesedihan nya.
Membuka kelopak matanya yang terasa berat, Malvic melihat latar putih yang familiar, Bau obat yang menyengat memastikan bahwa tempat yang di tempatinya sekarang adalah Rumah Sakit.'Apa aku selamat? 'Ingatan terakhir yang ia ingat adalah Windi yang menyerang Banteng Merah secara langsung, kemudian, Ia tak mengetahui apa yang terjadi selanjutnya.'Sepertinya aku tidak jadi menyusul mu Instruktur'Mengerang perlahan ia melihat sekeliling, di bilik yang terlihat mewah ini sama sekali tidak ada kehadiran satu orang pun kecuali dirinya, hanya sebuket Bunga dan bunga yang berada di samping nya. Merasakan tubuhnya yang baik-baik saja dan bahkan sedikit lebih energik, Malvic memilih bangun mengambil buah di samping nya dan mulai memakan nya karena perutnya sudah lama protes.Saat dia telah menyelesaikan sarapan nya, ia melihat knop pintu yang perlahan di buka, menampilkan kedua orang yang s
Banteng merah benar-benar merasa tertekan, dirinya yang telah Berkultivasi menghirup esensi surga dan bumi di lecehkan oleh manusia yang dia anggap kecil.Dengan emosi yang memenuhi fikiran nya Banteng merah hendak mengeluarkan kemampuan terkuat nya, otot-otot di sekujur tubuhnya membekak seketika, api yang besar berkobar dari setiap inci nya, bulu merah yang perlahan berdiri seperti duri.Dengan otot kaki yang terlihat mulai membengkak mengeluarkan semburan asap yang menyelimuti kakinya, banteng merah siap melancarkan serangan nya.Ketika ia hendak menghentakkan kakinya, sekelabat bayangan hitam muncul di depan nya membuat Banteng merah sedikit Terpana.Muncul secara tak terduga di hadapan Banteng merah, merupakan langkah dengan resiko besar yang Windi ambil saat ini.Merasakan tatapan tajam dari kerumunan Soul Beast di sekitarnya, Windi tak punya b
Dengan ekspresi kepanikan di wajahnya, Malvic tak peduli lagi, langsung mengerahkan segenap kekuatan nya untuk menahan serangan Banteng Merah di depan nya. Booommmm.... Benturan hebat yang membuat tubuh Malvic terguncang, kehilangan keseimbangan dan hampir saja terjatuh dari atas sana. Jika ia terjatuh atau melepaskan sedikit saja pegangan nya, hal buruk seperti tembok yang jebol akan menjadi konsekuensi nya. Jika bukan karena huruf harapan tadi, kejadian seperti ini tak mungkin terjadi. Sekarang Soul Energy di dalam tubuhnya hampir kosong, karena kepanikan sejak tubrukan dengan banteng merah barusan ia mengerahkan segala yang dia bisa, hingga lupa untuk mengehemat Soul Energy. Satu menit sebelum bala bantuan datang! Bagi Malvic sekarang terasa seperti Berjam jam lamanya. Soul Energy nya hampir habis, untuk menahan serangan sel
1 menit, 30 detik, sebelum bantuan dari pusat tiba.....Sementara itu, disisi Malvic sendiri tak tahu menahu tentang huru hara yang akan menimpanya, saat ini ia masih berfokus menahan gempuran ratusan Soul Beast, yang membuat nya sangat tertekan adalah di antara kerumunan ini ada Soul Beast yang terlihat seperti banteng, dengan bulu merah nya yang tumbuh di setiap lekukan otot nya, Soul Beast tersebut berlari dengan liat menuju ke arah Gerbang yang sedang Malvic pertahankan saat ini.Soul Beast yang terlihat gagah dan pemberani ini memiliki sebutan yang unik yaitu "Banteng Merah Perjuangan", dengan tubuh sebesar Mobil Kontainer bisa dipastikan Soul Beast ini berada di tingkat menengah. Soul Beast tingkah menengah dengan Spesifikasi fisik yang bahkan melebihi pahlawan super di TV. Hingga membuat Malvic sangat berhati-hati, lagipula setelah suntikan serum tadi efek samping nya sudah mulai ia rasakan.Duar......
Berjongkok di atas gerbang, memandangi kerumunan Soul Beast di bawahnya, membuat Malvic merasakan dengan jelas arti satu kalimat "menari dengan kematian".Setiap Benturan Yang di hasilkan oleh para Soul Beast membuat gerbang terguncang, Tanah bergetar, dan bahkan soul energi di dalam tubuhnya terkuras dengan kecepatan yang sama sekali tak pernah ia fikirkan.'Mungkin jika terus seperti ini, sangat sulit mempertahankan dinding ini selama sepuluh menit' fikirnyaKetika ia menoleh ke belakang sebentar, ia melihat banyak kerumunan di sana, dari para Soul Kontraktor maupun orang biasa memiliki reaksi berbeda, ada yang cemas, ada yang mengagumkan giginya sembari mengharapkan keajaiban dan masih banyak lagi.Melihat mereka yang percaya padanya saat ini, Tanpa ia sadari hati kecilnya tergerak. Menegaskan keraguan nya, dengan sorot mata yang tajam ia kembali fokus mempertahankan tanggung-jaw
Di dalam sebuah ruangan yang dipenuhi oleh berbagai macam instrumen penelitian, seseorang lelaki yang masih muda terlihat terikat di sebuah kursi dengan setengah terlentang, Rambut putih nya terurai panjang, berbaring di sana dengan badan setengah telanjang, memperlihatkan garis garis otot nya yang terlihat meledak ledak dipenuhi kekuatan.Membuka mata hitam nya dengan ringan Pria itu menghela nafas sebentar sebelum mulai melepaskan ikatan berbagai instrumen yang membelenggu tubuhnya, saat sosok tersebut mulai sibuk dengan apa yang ia lakukan terdengar langkah kaki menghampiri pemuda itu"Hei nak, Selamat, namun sepertinya kita tak sempat merayakan nya"Suara Serak dan berat terdengar seperti kejutan di telinga pemuda itu membawanya kembali ke kenyataanMerasakan Tanah di bawah kakinya yang mulai bergetar pemuda itu segera berdiri kemudian menghilang meninggalkan ruangan bahkan tanpa menjawab Ora