Evren tidak mengikuti Deriya bersama Asmat dan yang lainnya. Dia ingin membawa Aigul bersamanya. Berpisah dengan Aigul, sangat membuatnya resah. Dia tidak ingin jika Mustafa mengambil hati Aigul. Deriya yang mencegahnya, terhenti karena sosok jubah hitam mengarahkan tangan untuk menahannya. Salah satu dari mereka mengatakan, “Evren akan datang bersama Aigul saatnya tiba.” Deriya terdiam, membiarkan anak kesayangannya pergi.
Evren menghentakkan kudanya, kembali menuju Zengini dan berencana akan mengambil paksa Aigul. Dia terhenti saat melihat beberapa kuda dengan pelana emas berkumpul tidak jauh dari posisi Zengini. Evren mengambil kesempatan untuk mendekati kesepuluh raja yang masih mempersiapkan rencana untuk mencegah Mustafa mengambil kerajaan mereka.
“Tidak perlu!” teriak Evren tiba-tiba yang berada di belakang mengejutkan mereka.
“Kita tidak perlu menundukkan kepala kepada Spartan. Kita akan merebut Zengini kembali. Kita akan me
Mustafa saling bertatapan dengan Burak sejenak. “Saya akan menangani istana, Pangeran.” Panglima tertinggi Zengini itu menganggukkan kepala, segera berlari menemui Ozone dan mengumpulkan prajurit. Mustafa menaiki Aslan, duduk masih mengamati sekitar. “Aslan, kita akhiri ini segera,” ucapnya pelan.Aslan mengaum keras, berlari menuju sepuluh raja yang masih berada di atas kudanya dengan puluhan ribu prajurit yang bergabung. Aslan berlari kencang, terus mengaum keras. Suaranya yang menggelegar terdengar kencang membuat sepuluh raja bergemetaran. Apalagi mereka tidak melihat Evren yang seharusnya mereka percaya dengan semua rencananya.Evren hanya ingin mengambil situasi untuk membuat istana kacau agar dia bisa memaksa Aigul untuk pergi bersamanya.“Di mana, Evren?” ucap salah satu raja dengan tegang menatap raja lainnya yang hanya diam menunggu auman Aslan yang semakin mendekat. Mustafa di atas Aslan mulai mengeluarkan pedang le
Angkasa semakin gelap. Ribuan kelelawar datang menutupi awan. Bersamaan itu, suara elang terdengar. Burung yang sangat gagah itu seketika mematuk para prajurit. Macan bersama semua binatang berdatangan, ikut menyerang semua prajurit.“Argh!” Para prajurit berteriak keras saat kuku tajam para ratusan macan menyerang mereka dari berbagai arah. Gajah dan binatang lainnya menyerang para prajurit yang masih berada di atas kuda.Mustafa menatap Aslan yang menatapnya tajam dengan kedua mata memerah. Sang raja hutan memanggil bala bantuan untuk mengakhiri semuanya.“Aslan, jangan bunuh semua prajurit itu,” batin Mustafa sebelum melakukan penyerangan. Aslan mengaum keras, membuat semua binatang hanya menahan semua prajurit untuk melangkah.Mustafa semakin terkejut melihat angkasa saat semua elang menyerang pemanah yang akan mengarahkan anak panah ke angkasa. Senyuman mengembang di wajahnya. Dia mulai berlari kencang menerabas semua prajurit
Akasma menatap Seria yang masih saja menundukkan kepala. Dia sangat paham jika semua putri pasti memiliki rencana untuk saling menjatuhkan satu sama lainnya.“Aku berterima kasih dengan pujianmu, Putri Seria. Aku tidak akan memihak kepada siapapun termasuk Putri Zivana walaupun semua putri tahu sendiri jika anakku Mustafa memiliki hati kepadanya. Namun aku akan memilih seorang putri yang sangat kuat di antara Kalian. Sebentar lagi gelar Sri Sultan akan dimiliki Pangeran. Dia membutuhkan seorang pendamping saat itu. Siapa yang terhebat di antara kalian, itu yang akan aku pilih. Bersiaplah kalian, karena akan bertarung dengan dua belas putri yang akan ada di Harem bersama selir lainnya.”Akasma sejenak menatap semua putri yang masih menundukkan kepalanya termasuk Zivana. Setelah beberapa detik, sang ratu berjalan keluar dari ruangan istana tertinggi diikuti Hera pelayan setianya.Zedrich yang semula diam, mulai melangkah sangat anggun mendekati Z
Mustafa menghentikan langkah ketika berada tidak jauh dari ruangan inti istana. Dia bersembunyi di balik pintu ruangan dan mengamati Aigul yang melangkah keluar disusul ibunya kemudian Zivana. Mustafa mengernyit saat mengetahui Zivana tidak berjalan menuju Harem, namun keluar halaman belakang dan akan menunggang kudanya.“Mau ke mana dia?” batin Mustafa segera ikut menarik salah satu kuda dan menaikinya untuk menyusul Zivana.Mustafa melewati arah lain, namun terus mengikuti ke mana Zivana melaju kencang hingga mendadak menghentikan kudanya di sebuah sungai. Mustafa terkejut, dia tidak mungkin membiarkan Zivana akan berenang di sungai. Pangeran berlari, sedikit menunjukkan diri di balik pohon kepada prajurit yang melihatnya melambai. Prajurit membiarkan Zivana karena mereka merasa Mustafa berada di dekat sang putri dan pasti akan sangat aman.Prajurit segera menjauh dari posisi sungai dan mengamati sekitar. Sementara Mustafa terus mengamati Zivana de
Para putri yang terbiasa dengan kekayaan dan kekuasaan, kini harus tinggal bersama di dalam satu ruangan di Harem. Mereka menyimpan amarah masing-masing. Aigul memilih untuk menempati ranjang di pojok ruangan tepat di sebelah jendela.Awal mulanya, dia berpikir akan berada di dalam kamar yang berbeda. Hatinya semakin kesal melihat dirinya harus berbagi ruangan dengan semua wanita berwajah sempurna namun berhati iblis.“Apakah benar apa yang dikatakan mereka jika Pangeran sangat tampan?” kata salah satu putri mendekati Aigul yang hanya menatapnya. Sang putri semakin kesal saat Aigul membelakanginya tanpa berbicara. Dia menarik lengan Aigul, lalu akan menamparnya. Namun tangannya tertahan dan sama sekali tidak bisa bergerak.“Jika kau melakukannya, aku akan membuatmu berwajah buruk.” Kedua mata Aigul menyorotkan pandangan tajam. Irisnya semakin berwarna hitam, membuat semua putri melotot tidak percaya.“Kau penyihir?” Put
Putri kesayangan Pangeran terjatuh. Sontak Mustafa berlari mendekati Zivana. Tangannya perlahan mengangkat tubuh Zivana yang sangat lemas. Pandangannya menamati semua tubuh sosok wanita pujaannya itu dengan saksama. “Zivana. Kenapa dengan dirimu? Zivana!”Akasma mengarahkan tangan kepada pelayan untuk segera memanggil tabib istana. Sang ratu berjalan mendekati Mustafa yang segera dia sadarkan untuk menanggapi semua dengan tenang. “Pangeran, tenanglah. Sebaiknya kita membawa Zivana menuju kamarnya. Angkatlah tubuhnya. Kita akan membawa ke sana.”Mustafa menganggukkan kepala, berjalan cepat menuju kamarnya. Wajahnya terlihat kelam seketika melihat sosok wanita pujaannya terjatuh dengan sedikit mulut berbusa.Semua putri mengamati dengan kaku. Mereka diam, tidak berekspresi apapun. Bahkan mereka kembali duduk di meja makan dan diam saling memandang tajam.Akasma mengamati mereka, melihat gerak-gerik setiap putri. Sang ratu mengerti ji
Pangeran memutuskan untuk menemui Aigul setelah melihat apa yang terjadi dengan Zivana. Para tabib masih saja memeriksa Zivana yang masih saja tidak sadar dari pingsannya. Mulut merah yang semula merekah, kini membiru dengan sedikit busa. Namun, para tabib mengatakan jika tidak ada penyakit yang masuk ke dalam tubuh Zivana. Seketika itu Mustafa paham jika sihir yang sudah membuat Zivana seperti itu. Tidak ada lagi yang bisa dia curigai kecuali Aigul yang memiliki kekuatan dari Deriya.Mustafa terus berjalan memasuki kamar. Aigul mengikutinya dengan percaya diri. Hatinya semakin bersemangat. Akhirnya dia bisa berdua saja dengan sosok Mustafa.“Tidak saya sangka bisa masuk ke dalam kamar impian para putri. Ini adalah suatu penghormatan yang sangat berarti buatku, Pangeran,” ucap Aigul masih melebarkan senyumannya.Mustafa menuangkan minuman air bercampur rempah di gelas berbahan emas. Kemudian dia sodorkan kepada Aigul yang segera menerimanya.M
Kekuatan Aigul semakin keluar dari tubuhnya. Wajahnya memucat bercampur kerutan perlahan menghiasinya. Mustafa terpaksa melakukan perbuatan yang mungkin akan menyakiti Zivana. Dia harus membuat Aigul sadar. Bibirnya perlahan mendarat. Sedikit kecupannya, membuat Aigul menarik napas seketika.Bibir hangat dengan kelembut sudah Aigul terima. Mustafa masih saja melakukannya. Bibirnya mulai sedikit terbuka, semakin masuk ke dalam. Lidah mereka bertemu di dalam saling bersentuhan. Lumatan mulai terlihat. Ciuman berbalas, tanpa sadar terjadi cukup lama.“Aku … sudah melakukan kesalahan. Tapi, ini adalah cara terbaik yang harus aku lakukan untuk membuat dia tersadar. Nyawanya akan hilang jika dia melakukannya,” batin Mustafa masih memejam memainkan bibirnya.Kehangatan semakin Aigul rasakan. Tubuhnya merasa tenang. Kesakitan yang dia rasakan menghilang perlahan. Kulit mengkerut pun mulai menghilang. Bahkan kini Aigul bisa memperlihatkan senyumannya y