Share

Bab 6. Bertemu Andra.

Author: Arwend Arau
last update Last Updated: 2024-01-12 09:00:00

"Kenapa? Apa uangnya kurang?" tanya Revan kemudian. 

"Tidak, ini terlalu banyak, aku tidak bisa menerimanya," jawabku seraya menyerahkan cek itu kembali. 

"Bukankah kamu ingin terbebas dari para rentenir itu? Terus kenapa kamu tidak mau menerima cek dariku? Tenang saja, uangku tidak akan berkurang hanya karena cek yang kuberikan padamu!" ucapnya enteng. Ia sedikit menyombongkan harta yang dimilikinya. 

Tentu saja, baginya uang mungkin tidak bernilai. Ketika kita memiliki privilege dan orang dalam kekuasaan sudah pasti dalam genggaman. 

"Tetap saja, bagiku ini terlalu banyak! Aku bukan orang yang suka memanfaatkan keadaan!" tolakku lagi. 

"Sudahlah, lebih baik kamu terima! Anggap saja itu bayaran untuk kontrak kerja yang nanti akan kamu lakukan," ujarnya santai sambil sesekali menyantap hidangan yang tersaji di hadapannya. 

"Terima kasih atas bantuanmu," ucapnya kemudian. 

"Harusnya aku yang berterima kasih. Karena sudah mau membantuku keluar dari masalah yang saat ini hampir membuatku gila."

"Anggap saja kita ini sebuah simbiosis mutualisme, kita sama-sama diuntungkan, bukan?" Lesung pipinya kembali terlihat. 

"Omong-omong, apa rencanamu setelah ini?" 

"Aku--" 

Drtttt! Drtttt! Seketika pandangannya langsung tertuju pada layar ponselnya yang ia simpan di atas meja. 

"Maaf, tahan dulu jawabannya! Aku harus mengangkat dulu telepon penting ini!" Revan beranjak dan sedikit menjauh untuk menjawab telepon yang baru saja masuk. 

Aku memainkan ponselku untuk melepas jenuh, karena lama menunggu Revan. Sesekali aku menyeruput minuman yang Revan pesan untukku, hingga tidak terasa minuman itu telah habis tak tersisa. 

Sepuluh menit berlalu, Revan masih asyik menjawab panggilan tersebut. Aku mencoba mengedarkan pandangan melihat sekeliling cafe. Saat pandangan ini mengarah ke pintu masuk, tidak sengaja mata ini menangkap sesosok pria muda dan seorang wanita yang sedang menggelayut mesra di tangan sang pria. 

"Bukankah itu ... Andra? Siapa wanita yang bersamanya!" gumamku lirih. Aku langsung tertunduk dan kembali memakai masker. Aku tidak mau dia sampai melihatku. 

Andra adalah temanku yang seminggu lalu memberiku tawaran donor ginjal untuk saudaranya yang sedang sakit dengan bayaran yang menggiurkan tentunya. Karena bertemu dengan ibunya Revan, aku tidak jadi mendonorkan ginjal ini. Dia sangat marah karena aku tidak datang ke kantornya. Aku sudah menjelaskan semuanya tapi dia tetap tidak percaya. 

Aku melirik ke arah mereka. Gawat! Dia datang menghampiriku. Apa tadi dia sempat melihatku? Bagaimana ini? Dia semakin mendekat. 

Huft, ternyata Andra dan wanita itu menuju kursi yang berada di depanku. Tunggu! Apa yang kulakukan? Kenapa aku harus ketakutan seperti ini saat melihatnya? Bayarannya saja belum aku ambil, bukan? 

Revan sepertinya telah selesai dengan urusannya. Dia kembali duduk bersamaku. 

"Kamu kenapa?" tanyanya heran saat melihatku kembali memakai masker dan terus tertunduk. 

"Tidak apa-apa. Apa ada lagi hal yang mau kamu sampaikan? Jika tidak ada aku --," ucapanku tiba-tiba terpotong saat tidak sengaja aku mendengar percakapan Andra dan teman wanitanya menyebut namaku. 

"Sial, kemarin hampir saja aku berhasil mendapatkan bayaran dari pekerjaanku menjual si Azila. Aku sudah mengeluarkan uang untuk tes ginjal palsu itu. Kalau saja aku tahu dia tidak akan datang ke kantor itu, aku pasti akan langsung menjemputnya. Aku mengalami kerugian yang besar karena Tuan Darmendra kecewa gadis yang aku janjikan tidak datang." 

"Suttt, pelankan suaramu! Di sini banyak orang."

"Apa, jadi kemarin dia mau menjualku? Dasar bedebah!" Tanganku mengepal kuat menahan amarah. 

"Hai, ada apa denganmu? Mengapa kamu bersikap aneh seperti ini?" tanyanya lagi. Aku memberi Revan isyarat untuk diam tak bersuara. Aku menunjuk ke arah Andra dan sepertinya Revan mengerti maksudku. Aku diam-diam merekam apa yang mereka bicarakan. 

"Memangnya apa istimewa sih , teman kamu yang bernama Azila itu?" 

"Dia cantik dan memiliki tubuh yang indah. Kalau saja aku berhasil menjadikannya bagian dari bisnis ini. Aku bisa kaya raya, karena tentunya pasti bakal banyak pria-pria tua kaya yang mau dengan dirinya. Dia itu aset untukku!"

'Kurang ajar kau, Andra!'

"Emang aku kalah cantik sama dia?"

"Tentu saja, kamu yang paling cantik, Sayang. Aku tidak akan rela menjadikanmu santapan para pria hidung belang itu. Kamu hanya untukku!"

Cih, jijik sekali aku mendengar bualannya. Amarahku sudah tidak tertahan. 

"Oh, jadi gitu ya!" ucapku saat menghampiri Andra. 

"Zila? Ngapain kamu ada di tempat ini?" tanyanya dengan wajah yang terkejut saat melihatku. 

"Selama ini aku kira kamu orang baik mau menolongku keluar dari masalah ini. Ternyata kamu bedebah, pria berhati serigala!"

Byur! 

Tanpa pikir panjang, aku menumpahkan minuman yang ada di meja ke arah wajahnya. 

"Apa-apaan ini?" Dia bangkit berdiri. Tangannya langsung melayang, hampir saja mengenai wajahku. Tapi, Revan datang dan berhasil menepis tangan Andra. Wanitanya hanya bisa berteriak histeris menyaksikan Revan tiba-tiba memukul Andra. Andra langsung tersungkur ke lantai. 

"Siapa kamu? Jangan ikut campur urusanku!" Andra bangkit berdiri dan bersiap kembali memukul Revan. 

Hiah! 

Perkelahian Andra dan Revan tidak terelakkan. Kekacauan yang terjadi langsung mengundang perhatian semua orang. 

Tidak berselang lama, seorang petugas keamanan datang menghampiri kami. Akhirnya kami semua dibawa ke kantor keamanan apartemen. 

"Maaf, Tuan Revan. Sebenarnya ada apa ini? tanya security itu kepada Revan. 

"Pria ini adalah seorang penjahat, Pak!" ucapku geram melihat Andra. 

"Apa buktinya kalau aku seorang penjahat, hah!?" sungut Andra, ia melihatku dengan penuh amarah.

"Tenang Zil, tahan emosimu! Sekarang, berikan ponselmu pada Bapak ini!" Revan memintaku untuk tenang. Aku lantas menyerahkan bukti rekaman percakapan tadi kepada kepala keamanan. 

Di dalam video terlihat jelas apa yang tadi Andra ucapkan. 

"Coba jelaskan kronologinya dari awal!" pinta kepala keamanan itu kepadaku. 

"Jadi gini, Pak. Hampir saja saya tertipu oleh laki-laki biadab ini. Seminggu yang lalu saya mendapat tawaran donor ginjal dari teman kurang ajar saya ini. Saya yang sedang kesulitan keuangan akhirnya tergiur dengan tawaran yang yang dia janjikan. Ternyata baru saya tau, kemarin saya akan dijual kepada pria hidung belang kalau saja saya datang ke tempat yang telah mereka janjikan. Untungnya karena suatu sebab saya tidak datang ke tempat mereka. Kalau tidak, saya tidak tahu nasib saya sekarang bagaimana," jelasku panjang lebar. 

"Benar yang dikatakan gadis ini?" 

"Fitnah, semua itu hanya fitnah, Pak! Saya bukan penjahat seperti yang dia bilang."

"Sudah, Pak. Bawa saja laki-laki ini ke kantor polisi. Buktinya sudah jelas. Lagi pula lelaki payah seperti dia harus diberi pelajaran, biar jera!" seru Revan tegas. 

"Baik, Tuan Revan. Kami akan proses laki-laki ini dan akan kami serahkan kepada pihak kepolisian. Terima kasih atas laporannya!" ujar kepala keamanan itu sambil berjabat tangan. 

"Tidak, jangan Pak! Jangan bawa saya ke kantor polisi. Saya tidak ada sangkut pautnya dengan masalah ini," ucap si wanita sambil menangis memohon agar tidak dibawa ke kantor polisi. 

"Heuh, kalian tunggu saja pembalasan dariku karena telah mempermalukan aku seperti ini!" ancam Andra kepadaku dan Revan. 

"Sudah-sudah! Kalian berdua ikut kami ke kantor polisi," seru kepala keamanan dengan tegas. Mereka memberontak saat para petugas itu membawa mereka paksa. 

"Aku tidak habis pikir, tega sekali dia mau menipuku dan berniat akan menjualku," ujarku geram pada Revan. Aku menarik penuh udara sekitar dan menghembuskannya secara kasar. 

"Well, aku suka melihatmu ketika kamu marah seperti tadi. Kamu terlihat semakin ... cantik!" ucapnya sambil mengusap lembut pucuk kepalaku. Jantungku dibuat tak karuan dengan sikapnya yang seperti ini. Oh, Tuhan. 

"Mari kita pergi dari sini! Aku akan ajak kau ke suatu tempat yang akan membuat tubuhmu lebih rileks," ajaknya sambil mengapit kedua tanganku. 

'Suatu tempat yang akan membuat tubuhmu rileks? Tempat seperti apa yang dia maksud?' 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Status Kontrak dengan Kakak Angkat   Bab 61

    Liana berusaha bangkit dan mengambil obat yang selalu ia bawa di dalam tas kecilnya. "Aku harus bisa!" Dengan napas yang mulai tersenggal-senggal. Hampir saja ia kembali terjatuh sebelum akhirnya ada seseorang yang berhasil menopang tubuhnya yang kurus."Ya ampuuuun, Non?" ucapnya saat berhasil menahan tubuh Liana agar tidak terjatuh. Ternyata itu Alexa dan perawat pribadi Liana yang datang.Dengan sigap sang perawat segera memberikan obat yang harus Liana minum. "Makasih," katanya dengan lemah."Untungnya kita datang tepat waktu, kalau nggak ya ampiun, Non, Non! Nanti kalau udah tenang Yey harus cerita sama Ekye pokoknya! Sekarang Yey istirahat, kita stand by di sini. Kita bakal jagain Yey dua puluh lima jam kalau perlu!" ucapan Alexa berhasil membuat Liana tersenyum."Sekali lagi terima kasih, kalian seperti malaikat yang Allah kirim untuk aku," ujar Liana lemas. Tidak lama kemudian dia terlihat terlelap

  • Status Kontrak dengan Kakak Angkat   Bab 60

    Rasa penasaran pada sosok anak kecil yang berada di samping Revan, sepertinya harus Azila tahan dulu. Dia tidak mau merusak suasana hati yang kini sedang berbunga-bunga. Penantiannya pada pria bertubuh tinggi itu tak lekang oleh waktu. Dan kini, saat sang pujaan berada tepat di hadapannya, rasanya tidak rela harus merusak segalanya. "Sebaiknya nanti saja aku tanyakan tentang anak ini. Tapi tunggu, kenapa wajahnya sangat tidak asing, ya?" gumamnya dalam hati. Menyadari tingkah Azila, Raihanah dan Liana mencoba kembali mencairkan suasana yang mulai sedikit kaku dan ada kecanggungan. Mereka juga tidak tahu kalau Revan akan mengajak serta putri dari adiknya-mendiang Shopia-untuk hadir di acara dadakan hari ini. Awalnya mereka akan memberi kejutan di sebuah hotel berbintang. Tetapi karena Azila tiba-tiba masuk rumah sakit, semua rencana dipindahkan secara mendadak. "Hmmm, kita potong kuenya dulu, ya! Kasian tuh yang lain pada nungguin," pinta Liana pada Azila. "Iya, nih, Teh,

  • Status Kontrak dengan Kakak Angkat   Bab 59

    Tak terasa cairan itu kembali lolos membasahi pipinya. Cepat-cepat ia menyusutnya. Ia tidak ingin kembali larut dalam kesedihan. Perlahan Azila menutup kembali mata, menikmati derasnya hujan yang membasahi tubuh. Seakan-akan raga itu bisa merasakan kehadiran Revan ada di dekatnya. Wangi aroma parfum yang ia kenal tiba-tiba menguar masuk ke dalam setiap hela napas. "Bahkan wangi aroma tubuhmu masih bisa kuingat dengan baik." Azila menarik napas panjang, merasakan aroma parfum yang semakin dekat dengan dirinya."Tunggu! Wangi ini ...?" Azila mengendus wangi parfum itu tanpa membuka matanya."Nggak mungkin itu dia, sepertinya aku terlalu berharap kalau sekarang dia ada di depanku," ucapnya pelan.Tiba-tiba kepalanya terasa sakit dan berputar, perutnya juga mulai terasa mual, mungkin karena seharian ini Azila belum makan. Rencananya ia ingin makan bersama dengan Bi Nani dan Danur. "Neng, Bibi udah nemuin payung--, Ya Allah, Neng? Kamu kenapa, Neng?" teriak Bi Nani terkejut. Ia berlari k

  • Status Kontrak dengan Kakak Angkat   Bab 58

    "Sebuah jurang seperti sengaja dibuat untuk memisahkan kita. Seharusnya aku tahu diri, sejak awal, rasa ini tidak sepatutnya ada. Tapi, kenapa ...? Kenapa kamu tidak berterus terang di awal kalau rasa ini berbalas? Kenapa kamu harus pergi dengan menyisakan rasa bersalah yang besar di hidupku? Dan kini, kenapa kamu harus kembali saat aku berusaha keras untuk melupakan semua tentangmu?" Azila tertunduk lesu menatap sebuah foto yang berada di sebuah ruang kerja yang dulu adalah milik 'sang kakak'.Gadis itu akhirnya menangis sejadi-jadinya sesaat setelah mengirimkan sebuah pesan kepada sang ibu, kalau dirinya memutuskan untuk membatalkan perjodohan ini.Langit kini berubah gelap, bintang-bintang sudah menampakan dirinya untuk menemani sang bulan menyinari malam yang syahdu. Suara daun-daun yang bergesekan karena tertiup angin malam, seolah berbisik lirih menyampaikan pesan rindu yang telah lama ditunggu

  • Status Kontrak dengan Kakak Angkat   Bab 57

    Semua rasa yang pernah tersimpan apik di dalam hati, sepertinya harus tersimpan rapat selamanya. Belum bisa terganti. Bahkan mungkin tidak akan pernah. Sepertinya, itu yang kini tengah dirasakan Azila. Lima tahun berlalu, namun sosok Revan tidak pernah lekang oleh waktu. Semakin Azila coba lupakan, bayang-bayang cinta pertamanya itu semakin kuat mengisi hati dan pikirannya."Jadi gimana, mau 'kan terima perjodohan ini?" rayu seorang gadis cantik berhijab yang duduk di samping Azila.Tidak ada respon dari Azila. Dia hanya terdiam tak menjawab pertanyaan Liana."Ayo, dong, Sayang! Kamu harus mau terima perjodohan kali ini. Kamu tahu, kalau kamu nggak mau nikah, adik kamu, Liana, juga nggak mau nikah. T'rus kapan Mama bisa mamerin cucu Mama ke temen-temen arisan? Cuman Mama loh, yang nggak punya cucu." Wanita paruh baya itu mengerucutkan bibirnya. Ia pun turut menc

  • Status Kontrak dengan Kakak Angkat   Bab 56

    Azila sangat terkejut melihat foto yang diberikan sang ibu. Terlihat dengan jelas, ada yang telah membongkar makam Liana. Makam itu kini dalam keadaan terbuka dan hanya berisi peti kosong. Konon katanya, karena jasad Liana rusak mereka terpaksa memakaikan peti saat menguburkannya."Seseorang mengirimkan foto itu seminggu yang lalu. Mama juga kaget saat melihat foto-foto itu. Mama langsung datang memeriksa ke sana. Dan kamu tahu, setelah Mama tanya-tanya petugas di sana, ternyata makam itu ... kosong!""Apa? Ma-makam Liana, kosong?" Gadis itu dibuat menganga oleh pernyataan sang ibu."Mama serius? Kok, bisa?" Azila beranjak dari tempatnya duduk, berpindah posisi dan lebih dekat dengan sang ibu. Raut wajahnya terlihat lebih serius."Mama juga nggak ngerti, Sayang. Apa yang sebenarnya terjadi. Apa jangan-jangan ... memang sebenarnya Liana itu tidak benar-benar meninggal?!" Sejenak Raihanah terdiam sebelum akhirnya melanjutkan ceritanya. Tatapannya kosong menatap langit-langit kamar yang b

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status