Status Kontrak dengan Kakak Angkat

Status Kontrak dengan Kakak Angkat

last updateLast Updated : 2025-02-18
By:  Arwend ArauOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
10 ratings. 10 reviews
61Chapters
1.9Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Synopsis

Demi bisa membayar lunas hutang-hutang yang telah ditinggalkan almarhum sang ayah semasa hidupnya, Azila Meina Zahrain seorang gadis muda berusia 20 tahun harus menjalani sebuah kontrak perjanjian dengan seorang pengusaha muda berusia 25 tahun, Revan Darmendra Yudistira. Azila diminta untuk berpura-pura menjadi adiknya yang dikabarkan telah meninggal dunia. Semua itu demi membantu memulihkan kesehatan mental sang ibu. Tetapi kebersamaan mereka justru menumbuhkan benih-benih cinta satu sama lain. Namun sayang, di dalam perjanjian tersebut mereka dilarang untuk mempunyai rasa. Selain itu, kebersamaan mereka ternyata justru mengungkapkan rahasia tentang siapa sebenarnya Azila dan Revan. Akankah rahasia itu mengubah rasa cinta di antara mereka? Apakah keduanya bisa bersatu? Atau malah menjadikan mereka saling membenci?

View More

Chapter 1

Bab 1. Asal-Usulku

 "Heh, mau apa kamu datang lagi ke sini? Kamu pikir kita bank yang bisa terus kamu pinjami uang, hah?"

"Pergi sana! Datangi saja kuburan ayah kamu, gara-gara dia ngurus kamu hidupnya jadi ga jelas! Bahkan harus meninggal di usia yang masih muda."

"Kita juga sama, lagi gak pegang uang sama sekali, kamu cantik jual saja tubuh kamu mungkin bakal banyak om-om genit yang bakal ngelirik kamu!"

Semua ucapan-ucapan itu masih selalu terngiang di kepalaku. 

Aku tersungkur di pusara ayahku. Tanahnya masih terlihat basah walaupun sudah satu tahun berlalu sejak kecelakaan tragis itu terjadi. Duniaku serasa hancur berkeping-keping sepeninggal ayah. Bahu tempatku bersandar kini hilang bersama asa yang hanya menjadi abu hitam dan terbang ke udara.

Aku tidak tahu lagi harus ke mana membawa langkah ini pergi. Semua orang yang kuanggap saudara seakan tutup mata dan telinga ketika aku datang meminta pertolongan. Bahkan mereka mengusirku terang-terangan dan tidak pernah menganggap keberadaanku.

"Zi-la ha-nya ingin a-yah ba-ngun, Zila ng-gak sang-gup, yah! Zila ng-gak kuat seperti yang orang-orang lihat! Zila ha-rus apa sekarang, yah?" Aku semakin terisak.

Bagaikan ditimpa sebuah bongkahan batu besar dada ini sesak dan bergemuruh. Ingin rasanya kumenyusul ayahku, kalau saja aku tidak ingat Danur, keponakanku yang sedang berjuang untuk mempertahankan hidupnya. 

Memang naif, tapi dengan beban berat yang harus kupikul kini, rasanya aku lelah untuk hidup. Rasanya ujian tidak henti datang kepadaku. Ditinggal ibu sejak bayi, kini ayahku pun pergi untuk selamanya, dengan meninggalkan hutang yang baru kutahu setelah beliau meninggal. Kuliah yang terancam D.O gegera belum bisa melunasi biaya semester yang sudah membengkak, sekarang harus ikut memikirkan biaya untuk operasi Danur yang jumlahnya sangat fantastis. Ya Allah, indah sekali ujian untukku saat ini.

Kumeraup udara sebanyak yang kubisa dan menghembuskannya kembali perlahan, kemudian mengatur ritme napasku untuk bisa lebih tenang. Walaupun masih terisak, setidaknya perasaanku sudah lebih baik usai tadi aku luapkan segala kemelut di dalam hati.

"Sebenarnya siapa Zila, yah?" Awalnya aku tidak pernah peduli siapa ibuku selama ayahku masih menyayangiku, tapi kini setelah ayahku pergi, semua orang seolah menyadarkanku tentang keberadaan sosok wanita yang harusnya kupanggil ibu. Rahasia apa yang selama ini ayah sembunyikan dari Zila? Kenapa semua orang memperlakukan Zila seperti ini?" Arghhh ... aku menangkup wajahku, tangisku kembali pecah. Aku sedikit menyesali kenapa ayah membawa rahasia itu rapat-rapat hingga mati.

Tak terasa, aku cukup lama berada di pusara ayah. Dari matahari terik, hingga langit berubah jingga. 

Setelah dirasa kembali tenang, dan cukup meratapi nasibku, aku bangkit berdiri. Tekadku untuk melanjutkan hidup semakin menguat. Aku tidak boleh lemah! Aku tidak ingin ma4ti k0nyol hanya karena masalah seperti ini. 

"Ayah, Zila akan cari tahu siapa Zila sebenarnya. Ayah tenang di sana, ya! Zila janji, Zila akan baik-baik saja di sini." Aku menyusut air mata yang sedari tadi tak henti membasahi pipiku.

Diakhiri dengan sebuah d'oa, dengan berat kucoba untuk melangkahkan kakiku meninggalkan tempat ayahku tinggal dalam keabadian.

Namaku Azila Meina Zahrain. Umurku saat ini menginjak 20 tahun dan di umurku ini aku masih mencari kebenaran tentang siapa sosok ibuku masih menjadi misteri, meski bagiku dia telah m4ti.

Semasa hidupnya ayahku tidak pernah berkata hal buruk tentang ibu dan tidak pernah mengajarkanku untuk membencinya.  Ayahku benar-benar menguburnya rapat bahkan hingga ia meninggal dunia.

Dering ponselku terus berbunyi. Sebuah nomor tidak dikenal kembali menghubungiku. Untuk kesekian kalinya aku mengabaikan panggilan tersebut. Karena kuyakini itu adalah nomor para debt kolektor yang terus saja mengejarku.

Ting!

Sebuah notifikasi pesan baru saja masuk ke aplikasi hijau. Aku kembali mengabaikan ponselku, aku lelah, benar-benar lelah dengan situasi ini. Akan tetapi, rasa penasaranku lebih tinggi ternyata setelah terdapat dua pesan masuk di sana. Kali ini aku bergegas membuka pesan yang baru saja masuk. Ternyata sebuah pesan yang sedang kunantikan kedatangannya.

[Assalamu'alaikum.]

[Saya sudah terima laporan, ginjal kamu sehat dan cocok. Besok siang, jam dua, saya tunggu di kantor saya untuk membicarakan masalah pembayarannya. Sehingga operasi bisa segera dilakukan. Terimakasih.]

"Alhamdulillah." Aku bersorak girang setelah membaca pesan yang masuk. 

Seminggu lalu, aku mendapatkan sebuah tawaran dari temanku. Katanya ada saudaranya yang sedang sakit dan harus segera mendapatkan donor ginjal. Bila cocok, bayaran yang ditawarkannya sangat menggiurkan bisa untuk melunasi semua hutang-hutangku dan tentunya bisa untuk operasi Danur. Aku bersyukur setidaknya aku tidak harus menjual diriku kepada para pria hidung belang.

'Zila minta maaf, yah! Hanya ini jalan satu-satunya yang bisa Zila lakukan,' ujarku dalam hati usai merasa senang sesaat.

 Gegas, aku pun membalas pesan tersebut dengan senyum terukir di bibir.

[Baik, saya pasti akan datang tepat waktu. Saya harap pembayarannya sesuai dengan kesepakatan di awal.]

[Ok, saya tunggu! Senang bisa bekerja sama.]

***

Kubuka mata perlahan, menghirup udara sebanyak yang kubisa. Bersyukur aku masih diberi kehidupan setelah tidur malam yang hanya sekitar satu sampai dua jam saja. Mata ini rasanya tidak bisa terpejam, semalaman aku terus memikirkan nasib diriku setelah nanti hanya memiliki satu ginjal.

Aku beranjak dari tempat tidur, merapikannya, dan mulai membersihkan diri sebelumku mengadu pada Sang Pemilik Hari.

"Udah bangun, Neng?" Sapa Bi Nani sesaat setelahku membuka pintu kamar.

"Iya, Bi. Maaf semalam Zila pulang larut. Kemarin setelah pulang dari makam ayah, Zila ke rumah teman buat nyiapin lamaran kerja," ucapku bohong pada Bi Nani.

"Lho, emangnya kamu mau kerja? Bagaimana dengan kuliahmu?" ujar Bi Nani cemas setelah mendengar kalau aku akan bekerja.

"Zila ambil cuti dulu, lagian Zila masih belum bisa membayar uang semester yang semakin membengkak, Zila malu," kataku memberi penjelaskan kepada Bi Nani.

Bi Nani adalah adik perempuan almarhum ayahku,. Beliau yang sudi menampungku setelah kepergian ayah. Umurnya tidak berbeda jauh dengan almarhum ayah, mungkin hanya terpaut dua sampai tiga tahunan.

Ia mempunyai dua orang anak. Anak sulungnya, ikut suaminya merantau di pulau Kalimantan. Sedangkan anak bungsunya, Danur, kini tengah sakit dan harus segera melakukan operasi.

Bi Nani tidak membalas perkataanku. Ia malah mengajakku masuk ke kamarnya. Nampak di dalam sana, Danur sedang tertidur pulas di sebuah kasur berukuran 120*100 centimeter tanpa dipan di sana. Bi Nani membuka pintu sebuah lemari baju yang terbuat kayu. Aku hanya memperhatikan apa yang Bi Nani lakukan tanpa berani bertanya padanya. Tidak berselang lama, Bi Nani mengajakku duduk dan mengeluarkan sebuah kotak hitam yang kutaksir usia kotak itu sudah cukup tua.

"Mungkin sudah waktunya kamu tahu asal-usul kamu, Neng! Di dalam kotak ini, ada sebuah kalung yang akan menunjukkan siapa kamu sebenarnya," ujar Bi Nani, sambil menyerahkan sebuah kalung. Pada kalung ini, terdapat sebuah liontin berinisial huruf yang sama dengan awalan namaku.

"Apa ini, Bi? Dan maksud Bibi tentang asal- usulku? Zila tidak mengerti." Aku tertegun mendengar ucapan Bi Nani. Sambil memegang kalung pemberian Bi Nani, sejuta pertanyaan menari-nari di pikiranku.

"Jadi, dulu ... almarhum ayahmu, bekerja sebagai supir pribadi di sebuah keluarga kaya. Bibi tidak tahu pasti ada kejadian apa di rumah majikan ayahmu. Yang jelas setelah beberapa bulan ayahmu bekerja di sana, ia pulang dengan membawa seorang bayi mungil cantik dengan sebuah kalung di lehernya. Dan bayi itu --"

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Arwend Arau
Terima kasih untuk good riders yang sudah setia menunggu kelanjutan cerita ini.
2024-05-01 21:42:45
3
user avatar
Wendi Wendi
semangat up nya thor, tambah seru nich...
2024-02-23 07:00:42
3
user avatar
Azril
ini cerita beda dari yang lain. suka banget, ditunggu kelanjutannya tor
2024-02-19 15:19:20
1
user avatar
Ririichan13
semangat update nya kak ...... aku menunggu karya akak
2024-02-19 12:28:13
1
user avatar
Arwend Arau
Hai, selamat datang di cerita pertama Arwend Arau. Terima kasih yang sudah baca dan meramaikan cerita ini. Jangan lupa tinggalkan ulasannya ya. Ulasan yang positif dan membangun supaya lebih semangat lagi untuk up cerita, ...
2024-02-09 07:22:02
1
user avatar
Wendi Wendi
semangat up nya, bagus ceritanya, otomatis masuk pustaka ini,,,
2024-02-04 02:38:05
1
user avatar
Anakrubah99
Aduhh penasaran banget sama rahasia Azila dan Revannnn. Tetap semangat up nyaa kak, bikin penasaran.......
2024-02-02 21:04:12
1
user avatar
Azrina
tulisanmu baguuus kak, huhu ... Kenapa baru tahu ada cerita sebagus ini ......
2024-02-02 21:02:19
1
user avatar
Allyaalmahira
semangat Azila.. pengorbananmu luar biasa.. semangat juga buat othornya, up terus yahh ceritanya baguss
2024-02-02 20:49:29
1
user avatar
Herti Herti
cerita nya aku suka,sepertinya akan banyak sekali rahasia didalam ceritanya,dan bikin penasaran,saya suka nama tokoh nya,semangat terus Thor semoga kisah nya menginspirasi banyak orang,dan tetap sehat agar bisa terus berkarya tentunya,dan memberikan semangat kpda semua orang untuk membaca...️
2024-01-10 18:52:39
1
61 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status