Share

Batagor Pedas

Bukannya panik, Mas Reno malah tampak bernafas lega. Karena tadi kami memang mengira Mami yang kenapa-kenapa. Kalau sampai Mami kenapa-kenapa, kemungkinan besar Mas Reno sangat merasa bersalah.

"Mas, gimana?" tanya Kiano. Mungkin ia heran melihat Mas Reno tak panik dengan berita yang mereka bawa.

"Ya, udah. Bawa aja ke rumah sakit," sahut Mas Reno dengan enteng.

"Ya, udah. Ayo, Mas! Mbak Bulan maunya digendong Mas Reno, dia enggak mau ditolong orang lain," papar Kiano.

Hih, modus aja!

"Gimana, Dek?" Mas Reno meminta persetujuanku.

"Iya, enggak apa-apa. Lagian dia emang istrimu. Tambah heboh nanti orang-orang kalau sampai kamu biarin dia," ucapku malas.

Akhirnya kami berdua bersama tiga orang sepupu Mas Reno berjalan menuju taman. Langkah kami terhenti saat terlihat Papi turun dari lantai dua.

"Bulan kenapa, Ren?" tanya Papi.

"Pendarahan katanya, Pi," sahut Mas Reno. "Nekat, sih, udah dibilangin dokter buat jangan aktivitas berat malah ke sini. Cari penyakit emang!" omel Mas Reno.

"Uda
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Fatimah
di buka dong kuncinya, tambah seru dan penasaran
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status