Share

Stigma
Stigma
Penulis: Leafy

Prolog

Jika kau bertanya bagaimana kecacatan yang nyata, maka bukan dirimu yang menjadi jawabannya, tapi aku. Kau mungkin kehilangan penglihatanmu, tapi bagiku, netramu adalah yang paling indah dan paling teduh. Kau mungkin kehilangan martabatmu, tapi bagiku, kau adalah kesucian yang paling murni dan berderajad.

Jika yang membedakan manusia dan h ewan adalah akal pikiran, maka aku yang telak menjadi pemenang. Aku memiliki semua rencana dan pemikiran sistematis yang menguntungkan. Manipulatif sudah lama menjadi nama tengahku. Aku akan melakukan segala cara agar menggenggam segala keinginanku.

Akan tetapi jika yang membedakan manusia dan sampah adalah hati, maka aku kalah. Aku tidak memiliki hati yang sesempurna dirimu, Lavina. Pembunuh tidak seharusnya memiliki hati bukan? Akan tetapi, bertemu denganmu, membuat batinku condong untuk mulai mengasihi.

Mungkin netraku dapat menatap tajam seolah mampu membelah lautan, tapi aku kalah dengan dalamnya sorot mata indahmu yang mampu membelah bulan. Mungkin tubuhku tak pernah terjamah oleh para j*lang, tapi aku hanyalah bedebah br*ngsek yang kalah karena terangsang dengan lembutnya senyum ranum bibirmu.

Jika kau bertanya tentang sebuah kecacatan, bukan dirimu yang menjadi jawabannya, tapi aku. Buta tidak menjadikan kesempurnaanmu berkurang. Justru aku yang bisa melihat, menjadi makhluk menyedihkan dan rendah. Mungkin aku terlihat bahagia dan kau terlihat sengsara, tapi Penguasa semesta memang cerdik dalam mengatur takdir bukan?

Kita akhirnya bertemu ketika aku berada dalam sisi tergelapku dan kau berda si sisi terhinamu. Yang buruk akan mendapatkan yang buruk katanya. Satu sisi aku menyetujuinya, sisi lain aku membantahnya. Dari sudut pandangku, kau adalah yang terindah. Dirimu satu-satunya yang bisa menggerakkan hatiku hanya dengan melihat ketulusan di matamu. Baru kali ini aku menurunkan senjata pada target yang harus aku lenyapkan dan memilih untuk menyelamatkanmu.

Bukan tanpa sebab. Aku iri padamu. Meskipun kita berada dalam jeruji stigma yang kejam, tapi aku menemukan bagaimana indahnya dirimu dan menemukan diriku yang akan bahagia bersamamu.  Aku ingin menjadi sempurna. Maka, maukah kau berbagi jawaban dan mengajariku tentang arti kesempurnaan, Lavina ?

_Aku, Raveen. Di jeruji stigma_

***

Netra karamel milik seorang gadis yang tengah ketakutan itu, begitu memikat hati Raveen. Meskipun di sana membendung air mata, untuk pertama kalinya, Raveen menjumpai mata sebening dan sejernih itu. Ketika menemukan dirinya, tubuh perempuan itu tengah bergemetar hebat, tapi bibir yang tidak tipis dan tidak tebal itu mampu membuat Raveen menegak ludah. Itu bukanlah bibir, melainkan telaga madu—terlihat manis. Bolehkah mengecupnya sedikit?

Dia tak peduli dengan darah di sekujur tubuh atau baju yang terkoyak milik sang gadis. Tidak ada noda yang bisa menyembunyikan kecantikannya dari Raveen. Terlalu indah. Apakah gadis itu benar-benar termasuk dalam daftar orang yang harus Raveen singkirkan? Well, misinya memang harus memusnahkan keluarga Dawson. Akan tetapi ada hal yang menggelitik ketika bertemu dengan anggota keluarga terakhir ini.

Raveen akhirnya memilih menyimpan senjata apinya setelah beberapa saat lalu, membidikkan isinya ke laki-laki yang telah terkapar bersimbah darah sekarang. Dia memasukkannya ke dalam saku kemudian berjalan mendekati gadis yang tampak kacau di atas tempat tidur.

Kriet ....

Maka suara tempat tidur berbunyi saat Raveen duduk di atasnya, membuat gadis itu beringsut mundur dan meraih apa pun untuk menutupi tubuhnya yang sebagian terekspos.

Raveen mengerutkan dahi. Mengamati lamat-lamat tanpa mengatakan satu patah pun. Ia sedikit memiringkan kepala, muncul pertanyaan di dalam kepalanya. Ke mana arah pandang gadis itu? Jelas-jelas Raveen ada di depannya, tapi dia sama sekali tak memandang Raveen. Tidak bisa melihat? Akhirnya laki-laki itu menggerakkan tangganya di depan wajah mungil itu. Melambaikan tangan untuk memastikan sebuah jawaban yang telah ia dapat dari pertanyaannya.

Tidak ada respon.

Raveen bukannya bodoh. Dia tentu mengetahui jika gadis itu buta. Well, bukankah lebih baik jika Raveen mengakhiri hidup perempuan ini sekarang? Kematian yang cepat tanpa rasa sakit akan Raveen berikan pada gadis berparas cantik itu. Setidaknya kematiannya akan menjadi hadiah untuk gadis yang sudah ternoda bukan? Dia sudah diperkosa oleh para lelaki hidung belang yang tergeletak di kamar itu kan? Atau perlukah Raveen membuat noda lain yang menghancurkan kehormatannya lagi sebelum menghabisinya? Oh ... sungguh gadis malang yang tak punya masa depan.

Akan tetapi, kenyataan justru bertolak belakang. Raveen tak mengakhirinya. Tidak seperti rencana semula. . Dia juga mengurungkan niat menjadi bajingan untuk menyetubuhi Lavina. Bibirnya yang ingin melecehkan, justru berucap lain

“Kau Lavina?”

Tentu saja pertanyaan itu hanya formalitas saja. Pembunuh tidak mungkin tidak mengetahui target yang harus dia lenyapkan bukan? Raveen sudah mengetahui segala sesuatu tentang perempuan yang semakin beringsut takut di depannya. Apa yang dia tanyakan hanya untuk menguji bagaimana cara dirinya merespon Raveen.

Gadis itu nyatanya hanya tertegun. Bibirnya yang hendak terbuka terlihat menggigil. Sepertinya ia hendak mengatakan sesuatu, tapi kembali ia telan kembali bersama dengan labium bibirnya yang tertutup. Gadis bernama Lavina itu memilih untuk bungkam. Tenaganya sudah habis. Sudah pasrah jika pada akhirnya dia akan mati dalam keadaan seperti ini. Toh rasanya seperti tidak tahu malu jika masih berani berharap hidup layaknya gadis normal lain.

Raveen juga masih terdiam, menunggu dengan sabar respon sang gadis—meskipun sebenarnya dia tahu bahwa Lavina tidak akan menanggapi apa yang dia tanyankan. Hanya saja, diam dan menatap Lavina tepat di matanya membuat Raveen berdesir semakin gila. Air mata yang tertahan di pelupuk matanya, membuat fatamorgana lain di netra teduhnya. Begitu indah dan menenangkan. Apakah mutiara seperti ini harus benar-benar Raveen habisi?

Raveen telah terjatuh semakin dalam. Kecenderungan lain lebih kuat mendominasi. Tidak masalah jika dia meloloskan mangsanya kali ini bukan? Toh dia buta dan tidak berdaya. Tidak akan sanggup melawan Raveen. Jangankan melawan, sepertinya untuk berjalan saja gadis ini pasti membutuhkan bantuan bukan? Oleh karena itu, menurutnya Lavina tidak akan menjadi ancaman meskipun tetap hidup.

Akan tetapi, bukan benar-benar tanpa ancaman. Sudah jelas perintah dari ayahnya untuk menghancurkan Dawson. Dirinya harus menghabisi semua keturunan Dawson tanpa kecuali. Tidak disangka jika gadis buta keturunan terakhir Dawson ini malah membuat Raveen lemah.

Sayangnya, Raveen bukan seseorang yang akan menyerah begitu saja. Setelah melihat Lavina, dia menginginkannya. Bagaimanapun, Raveen ingin mengikatnya dan menjadikan gadis ini sebagai miliknya. Statusnya akan berubah dan Raveen memiliki autoritas penuh atas Lavina. Jika sudah begitu, seharusnya tidak akan ada yang bisa mengusik dirinya karena tidak melenyapkan keturunan terakhir Dawson bukan?

“Jangan takut, Lavina. Aku akan menyelamatkanmu.”

Maka Raveen benar-benar telah gagal dalam misinya.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status