Karena ada sesuatu yang harus dibeli jadilah Rosa dan Lami pergi lagi meninggalkan rumah dan hanya ke minimarket terdekat saja, ... saat Rosa pergi dan Jaeran belum sampai, Maria yang tau lelaki itu pergi meninggalkannya sendirian ketika berada di dalam supermarket pusat, berinisiatif menyusul. Perempuan itu merasa beruntung karena saat ia datang rumah prianya itu tak ada orang dan sangat sunyi, ... Maria berjalan ke arah dapur untuk membuatkan sesuatu agar Jaeran datang nanti langsung ia sambut hangat, terdengar suara pintu terbuka. Maria merapikan tatanan surainya dan merapikan riasan wajahnya, pemuda itu tampak berlari dan memeluknya dari belakang. Sontak saja itu membuat Maria terkejut saat Jaeran memeluknya dengan eratnya, ... senyum yang ada disudut bibirnya tak bisa ia tutupi, senyuman samar itu membuat degub jantungnya berdebar. Ditambah lagi kata-kata yang keluar dari bibir pemuda itu tanpa mengetahui siapa perempuan yang tengah ia peluk sebenarnya.
Mungkin agak sedikit cheesy jika orang lain yang melihat saat jam makan malam hampir tiba, perempuan itu meminta sang suami untuk bersiap dan menutup penglihatannya menggunakan kain putih yang sudah mereka siapkan buat acara malam ini. Lami berpikir kejutannya akan gagal dan sang kakak membatalkan kejutan itu ternyata diluar ekspetasinya si wanita tersebut, ... setelah bersiap Rosa melihat sang suami yang tengah duduk di sofa panjang seraya memainkan ponselnya. Perempuan terlihat sang cantik hingga pemuda itu tak mengedipkan maniknya sama sekali, mini dress dengan corak bunga aster itu benar-benar sangat pas untuknya. Ah, sudah pasti isterinya sangat pandai memilih pakaian.Jaeran tersenyum begitu juga Rosa lalu perempuan itu menghampirinya dan jangan lupa penutup matanya, “udah siap?” Tanya perempuan itu yang dibalas senyum tipis dan anggukan, Rosa mengikat kain itu pada mata suami. Karena Jaeran tinggi jadi perempuan agak jinjit
Jaeran memainkan surai isterinya yang ada di atas lengan lebarnya, pemuda itu menatapa lurus ke arah ponselnya yang terus saja berderit nyaring. Perempuan itu tertidur pulas kemudian menghimpit perut sispek sang suami, agak kaget namun Jaeran cukup bisa mengendalikan raut wajahnya. Pemuda itu menghela pelan saat nama Maria tertera, dengan segera ia menelponnya dan mengatakan pada perempuan tersebut membalas sapa ringan itu. Wanita yang berada diseberang sana terkatup rapat lalu, lelaki tersebut memustukan sambungannya, ... Jaeran tersenyum cukup jelas kemudian memgecup singkat kening sang isteri. “Rose, kangen, ...” bisiknya memelan.Perempuan itu membuka matanya dan menatap wajah pria yang mengalunkan suara seduktif miliknya, Rosa bangkit dari duduknya kemudian mengalihkan pandangannya tak yakin. Wanita itu menghela panjang dan mengangguk perlahan membuat sang suami yang melihat persetujuan itu, mengulas senyum senang. “Foreplay
Rosa tergelak dibawah paha Jaeran yang menjadikan lelaki itu bantalnya, perempuan itu tersenyum tatkala sang suami tersenyum ke arahnya. Ahn indah bukan, Jaeran yang masih memainkan surai panjang sang wanita hanya memandang televisi yang menampilkan pertunjukkan komedi. Saat sedang asik suara bel pengantar makan datang, terlalu malas bagi Rosa memasak disiang bolong seperti ini, ... Jaeran yang jadi suami hanya ikut apa mau isterinya, lelaki itu masih fokus pada acara televisi. Rosa kembali dengan sebuah pack besar yang entah siapa pengirimnya, ... "kamu pesen olshop ya, Na?" Jaeran menoleh lalu menggeleng cepat."Kaga, kan aniv masih minggu depan, ..." respon sang suami yang mulai beranjak menghampiri wanita itu, agak mengerut aneh ketika membaca nama yang tertera itu adalah namanya. "Nama kamu?" Sahut Jaeran.Rosa agak mencelos ketika membaca siapa pengirimnya, tak di duga itu ternyata paket yang dikirim dari New Zealand. Perempuan itu
Rosa menatap sekeliling yang sangat ramai akan pasangan, Jerome terlihat melamun kala itu. Meski raganya menemani pujaan hatinya namun pikirannya melambung ke tempat lain, pemuda itu terlihat begitu frustrasi dengan jalan hidupnya lalu perempuan itu menyentak kegiatannya yang menarik lengannya ke arah tukang es cream. Jerome tersenyum kemudian ketarik ke arah taman, perempuan itu mengulas senyum dan berteriak senang seperti anak kecil membuat pemuda itu memandangnya dengan gemas.Ingatkan Jerome jika perempuan ini milik kakaknya, pemuda itu menoleh ke arah kanan seraya memanggil lalu tak di dengar oleh Rosa. Perempuan itu tampak asik dengan ponsel sang adik ipar, saat sedang melihat isi ponsel adik dari suaminya itu gerakan tangan Rosa terhenti pada galeri dan disaat yang bersamaan itu juga pemuda yang datang membawa dua es cream. "Kak," panggilnya."Aku gak buka yang lain kok! serius!" Ujarnya yang lagi-l
Rumah sakit tengah ramai hari ini sehingga dokter lain meminta lelaki datang lebih pagi, ya biasanya ia akan datang hanya untuk konsultasi saja jika ada yang ingin konsultasi padanya. Namun sepertinya hari itu menjadi hari yang akan sangat melelahkan bagi Jaeran, tanpa pria itu duga banyak sekali yang masuk ke rumah sakit kala itu dan rata-rata pasiennya remaja semua. Pemuda itu menghela berat lalu mengusap pelan wajahnya yang terlihat sangat lelah saat itu, pemuda tersebut merenggangkan tubuhnya. Ketika sedang bersantai sahabat baiknya datang menyapa, lalu kemudian tersenyum simetris padanya. "Lama ya gak jumpa," ucapnya sembari memandang para pasien yang tengah berada diruang isolasi."Hm," sahut pemuda itu yang masih meluruskan pandangan."Gimana Rosa? Udah lebih baikkan?" Jaeran menoleh agak tak mengerti dengan arah pembicara wanita disampingnya, namun lelaki tersebut hanya diam dan tak menjawab apapun. Seba
Dirga memandang anaknya yang tengah belajar bersama sang isteri meski memasang raut wajah yang rumit, akan tetapi ia tau jika itu bisa membuat beban pikirannya bertambah. Ah, ... banyak sekali yang harus lelaki itu pikirankan, Sarah yang merasa sedang diperhatikan langsung menolehkan kepalanya dan mengulum bibirnya tipis, ah, itu suaminya begitu pikirnya. Pemuda itu berjalan meninggalkan keduanya begitu saja, sang isteri yang terlalu perasapun langsung mengikutinya dari belakang sembari menenteng tas pria itu. "Kenapa? Ada apa sama kantor?" Tanya Sarah lembut."Entahlah," Sarah tau jika suaminya sudah berkata demikian itu artinya sang suami sedang mengalami masalah berat, ... "aku, ... aku memikirkan Rosa," jujur Dirga yang duduk ditepi ranjang. Sarah diam dan mencerna baik-baik setiap kata yang keluar dari garis bibir suaminya itu.Sarah paham betul bagaimana perasaan Dirga saat ini, setelah ayah mereka tiada h
Ayun itu tunggal jadi wanita cantik ini tak mengerti bagaimana rasanya memiliki adik, awalnya agak susah menerima kehadiran mereka terutama Rosa yang selalu menjadi penghiburnya dikala sedih. Bahkan sampai saat ini ia tak pernah bisa melakukan segelanya dengan benar, ... Perempuan itu memang memiliki pekerjaan yang cukup berat dari kebanyakan wanita, rata-rata wanita karier akan memilih kantoran dan sebagai sekertaris. Namun Ayun tidak pernah mengeluh tentang pekerjaan yang ia tekuni saat itu, akan tetapi sebagai sahabat jelas Rosa tau jika teman baiknya itu terlampau letih dengan kehidupannya. Perempuan itu tak pernah menceritakan isi hatinya pada siapapun, karena dia tidak bisa mempercayai orang dengan mudahnya, tetapi Ayun selalu memberikan pengertian kepada Rosa jika perempuan itu mencurahkan isi hatinya. "Jangan percaya gue, percaya tuhan ajh, ..." Rosa tampak bingung dengan tatapan mata itu.Perempuan itu kemudian menunduk sambil menghela panjang, "berarti loe gak
Hari ini Rosa hanya ingin jalan-jalan keluar bersama dengan sang suami, tentu saja itu kemauan si bayi dan bukan dirinya akan tetapi apa prianya itu akan mau mengerti tanpa harus menjelaskannya secara jelas. Rosa semakin mengulas senyum tipis saat dibelakangnya pemuda itu terlihat tengah membantunya menarikan resleting dress batik miliknya, agak mengernyit tak paham ketika lelaki itu menarik ujung kancing resleting dress itu. Pasalnya perempuan itu mengenakan pakaian batik tanpa berniat pergi ke acara resmi atau resepsi pernikahan temannya yang lain. Tak mau banyak bertanya pria itu lantas menghela panjang kemudian melangkahkan kakinya keluar dari kamar sesaat sebelum keluar Jaeran berpesan, "jangan cantik-cantik, nanti banyak yang nunggu jandanya kamu, ..." Ucapnya asal sambil menunggu diluar ruangan.Rosa agak tertegun lalu kembali menguasai raut wajahnya, "ada ajh ih," keluh perempuan itu yang sedikit memberikan polesan pada wajahnya. Tak begitu tebal namun tetap