Share

Eight

Liora sedang menyiapkan makanan untuk Dian, karena tadi Dian bilang kepalanya mendadak pusing.

"Ibu makan dulu ya biar cepat sembuh" ucap Liora sambil duduk di samping Dian.

"Nak, jika ibu pergi kamu jaga diri baik-baik ya" ucap Dian yang membuat jantung Liora seakan berhenti.

"Ibu, jangan berkata seperti itu, Liora yakin ibu akan baik-baik saja, ini hanya sakit kepala biasa Bu" ucap Liora sambil meyakinkan Dian.

"Terserah kamu saja. Bisa ibu minta tolong?" tanya Dian dengan suara yang mulai lemah.

"Boleh Bu, ibu boleh minta apa saja ke, selagi Liora bisa pasti Liora lakukan" jawab Liora sambil tersenyum ke arah Dian.

Jujur saja, melihat Dian dalam keadaan seperti ini, Liora seakan tidak kuat, tetapi demi ibunya, dia harus terlihat kuat.

"Tolong kamu suruh Kris dan Keluarganya kesini" ucap Dian sambil tersenyum.

"Tapi untuk apa Bu?" tanya Liora.

"Kamu panggil saja dulu, nanti ibu jelaskan" jelas Dian lagi. Liora pun langsung menuruti perintah Dian, dia mulai mencari nama Kris di daftar kontaknya.

*Rumah Kris

Di ruang keluarga, Kris dan orang tuanya sedang duduk bersama sambil memakan kue buatan Dian. Semuanya menikmati kue itu, karena rasanya enak dan tekstur nya juga lembut.

"Papa tau nggak?" tanya Rena membuka suara.

"Enggak, mama kan belum ngomong" jawab Fahri santai. Ayah dan anak sama saja:V

"Ish papa nyebelin banget sih" ucap Rena sambil mengalihkan pandangan.

"Mama jangan marah dong, papa minta maaf deh kalau papa salah, maafin yah ma" ucap Fahri sambil merayu istrinya.

"Hm, lain kali jangan di ulangi" ucap Rena kemudian tersenyum ke arah Fahri.

Melihat interaksi kedua orang tuanya, Kris seketika jadi ingin muntah.

"Mama lebay deh, masa gitu doang marah. Papa juga, masa gitu doang langsung luluh sih" ucap Kris sambil menatap orang tuanya.

"DIAM KAMU" ucap Fahri dan Rena serentak.

"Kamu itu belum tau saja, kalau kamu sudah punya istri, kamu itu harus jadi suami yang baik buat istri kamu, kalau kamu tiap hari cuman masang muka tembok bisa-bisa istri kamu minggat" omel Fahri dengan nada sedikit menyindir.

"Papa kok malah gitu sih ngomongnya" ucap Kris kesal.

"Papa itu mau nyadarin kamu, masa umur udah 20 tahun statusnya masih sama sih, mau nikah tua ya kamu" sindir Fahri. Kris yang di omeli seperti itu menjadi sebal sendiri.

"Siapa bilang Kris mau nikah tua, papa sama mama liat aja, nggak lama lagi juga Kris bakalan nikah" ucap Kris dengan entengnya, dia tidak sadar dengan apa yang dia katakan barusan.

"Bener ya, papa pegang omongan kamu, kalau selama 1 Minggu ini kamu nggak ngasih kepastian, papa bakal turunin jabatan kamu di perusahaan" tegas Fahri dengan senyum kemenangan.

"Oke, siapa takut" jawab Kris. Mereka pun kembali ke aktifitas mereka masing-masing.

Kemudian terdengar nada panggilan dari Handphone Kris. Terlihat tulisan "Asistenku" di sana. Tanpa menunggu lama, Kris langsung mengangkat panggilan itu.

"Ada apa? Tumben sekali kamu menghubungiku?" tanya Kris to the point.

> "Ibuku ingin kamu dan keluargamu datang kesini. Aku mohon, jika kamu sedang tidak sibuk, datanglah ke sini sekarang juga" jawab Liora di sebrang sana.

"Memangnya ada apa?" tanya Kris lagi.

> "Entahlah, ibuku sedang sakit saat ini, dan dia memintaku menghubungimu" jawab Liora.

"Baiklah, kami akan kesana" jawab Kris.

> "Terimakasih" ucap Liora di akhir panggilan.

"Siapa yang menelfon Kris?" tanah Rena penasaran.

"Liora ma, dia bilang ibunya sedang sakit dan meminta kita semua untuk pergi kesana" jawab Kris jujur

"Ya Tuhan, apa jangan-jangan penyakitnya kambuh lagi" ucap Rena cemas.

"Memangnya ibunya Liora sakit apa ma?" tanya Fahri yang juga penasaran.

"Dian punya penyakit kanker pa, dan dulu sewaktu SMA juga pernah kambuh" jawab Dian.

"Lebih baik kita segera ke sana" ucap Kris kemudian keluar dari rumah itu. Di ikuti Fahri dan Rena.

Sesampainya di rumah Liora, mereka langsung masuk karena mendengar suara tangisan dari Liora.

"Hiks hiks" suara Liora sesenggukan.

"Dian, ini aku Rena, kamu masih ingat kan?" tanya Rena yang langsung duduk di sebelah Liora.

"Aku tidak pernah melupakanmu Rena" jawab Dian dengan suara lemah.

"Saya Fahri, dan ini Kris anak kami" ucap Fahri memperkenalkan diri.

"Terimakasih sudah datang kemari, ini adalah pertemuan pertama kita, dan mungkin akan jadi pertemuan terakhir juga" ucap Dian dengan senyum yang terukir di wajahnya.

"Hiks hiks, ibu jangan bicara seperti itu, ibu nggak boleh tinggalin Liora sendiri hiks" ucap Liora sambil menangis.

Kris yang melihat Liora menangis merasa iba, rasanya sakit ketika melihat Liora menangis seperti itu.

"Benar tante, percayalah kalau tante akan baik-baik saja" ucap Kris sambil menyemangati Dian. Dian pun hanya bisa tersenyum ke arah Kris.

"Apa aku boleh mengajukan satu permintaan sebelum aku pergi?" tanya Dian. Semua hanya diam, menunggu Dian kembali berbicara.

"Rena dan Fahri, aku menyerahkan Liora kepada kalian, rawat dan sayangilah Liora seperti kalian menyayangi Kris, temani Liora ketika dia membutuhkan seorang ibu dan ayah, jagalah Liora seperti anak kalian sendiri. Karena dia akan sangat kesepian nantinya, jika dia tidak menurut, kamu pukul saja dia, dan jika dia rindu padaku dan pada ayahnya, ceritakan saja semua tentangku"  ucap Dian panjang lebar. Semua yang ada di situ pun menangis, mereka tidak tahan mendengar perkataan Dian.

"Kami akan menjaga Liora seperti anak kami sendiri, kamu tidak usah khawatir Dian" ucap Fahri yang berusaha untuk tegar. Dian tersenyum mendengarnya.

"Kris, Liora" yang di panggil pun hanya diam, mereka sama-sama tak mampu berkata-kata.

"Ibu senang karena ternyata kalian di pertemukan. Takdir Tuhan memang yang terindah ya. Ibu hanya berpesan, jaga diri kalian baik-baik, menurut apa kata orang tua, dan berusahalah untuk tidak membuat mereka menangis. Kris, Tante titip Liora nak, tante percaya kalau kamu bisa menjaga Liora dengan baik. Kamu mau kan?" ucap Dian panjang lebar.

"Kris akan menjaga Liora semampu Kris tante, tante yang kuat ya" ucap Kris dengan senyum yang terukir indah di wajahnya.

"Waktu tante sudah tidak lama lagi, dan satu permintaan dari tante, kalian berdua menikahlah, sebelum aku benar-benar pergi" ucap Dian di sela-sela hidupnya.

"Ibu, jangan tinggalkan Liora, Liora akan kesepian tanpa ibu, siapa yang akan menjadi pelindung Liora kalau ibu pergi? siapa yang akan memarahi Liora kalau Liora tidak menurut? hiks hiks" ucap Liora sambil menangis. Air matanya tidak mampu dia bendung.

Dian sudah tidak tahan lagi, rada sakit kini telah menjulur ke seluruh tubuhnya. Sepertinya, ini adalah akhir hidupnya.

"Ibu sayang Liora, ibu.. tidak kuat lagi.. Aakhhh" teriak Dian di akhir kalimatnya. Tubuhnya sudah tidak bergerak lagi, nafasnya terhenti, dan dia sudah pergi meninggalkan dunia ini, selamanya

"Ibuu!!" teriak Liora histeris.

"Liora, sabar sayang, Tuhan lebih menyayangi Dian, kamu tenang ya sayang" ucap Rena menyemangati Liora.

"Kenapa Tuhan mengambil ibu, ibu tidak salah apa-apa, Liora sayang ibu, jangan tinggalkan Liora Bu, hiks hiks hiks" ucap Liora yang belum berhenti menangis.

"Ma, pa, biar Kris yang urus Liora. Mama sama papa beri tahu warga lain, agar proses pemakaman lebih cepat" ucap Kris memberi saran.

"Baiklah, kamu jaga Liora baik-baik, tenangkan dia dan kami akan pergi" ucap Fahri yang mendapat anggukan dari Kris.

               

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status