Share

6. Kerja Kelompok

Sera pulang ke rumah dengan perasaan ringan. Hari ini semuanya berjalan lancar, kelompok biologi yang dia masuki memiliki siswa yang rajin semua. Sera segera menuju ke kamarnya untuk menemui sang peliharaannya, Ray. 

"Rayyy~!" Sera memanggil Erta dengan nada ceria. Erta hanya melirik pada Sera sambil menjilat-jilat bulunya. 

"Guess what?!" Sera memulai curahan hati kali ini dengan bahasa Inggris. "Astaga, aku masuk ke kelompok rajin. Tidak ada lagi yang namanya murid malas dan tidak mengerjakan tugas kelompok."

Erta hanya diam mendengarkan, sejak mereka mulai dekat, Sera selalu rutin mencurahkan kehidupannya kepada Erta. Selama ini Sera selalu menceritakan semuanya dengan nada semangat dan itu membuat Erta lega. Artinya hidup Sera selama ini lancar dan tidak ada kejadian buruknyang menimpanya. 

"Oh iya, teman-temanku akan datang ke rumah untuk mengerjakan tugas kelompok. Aku akan memamerkanmu hehehe!" Sera mengelus-elus Erta. 

"Tau nggak? Aku sekelompok dengan Hariz, dia termasuk murid teladan di kelas, ah tidak, di sekolah juga. Nita benar-benar hebat bisa mengajaknya sekelompok." Sera menerawang, membayangkan nilai yang pastinya akan bagus dengan kelompoknya. "By the way, jujur saja, Hariz cukup tampan. Wajahnya adem sekali untuk dilihat."

Mendadak hati Erta terasa panas mendengar hal tersebut. 

"Suaranya juga lembut, bukankah dia cowok yang sempurna? Sangat idaman teman-teman cewek ku sekali!" 

"Meoww!" Erta mengeong dengan nada galak. Ia mendekatkan diri pada kaki Sera yang sedang dalam posisi duduk bersila. 

"Kamu lagi manja ya? Hahahaha." Sera mengangkat Erta dan menggendongnya seperti menggendong bayi. "Kamu baru saja beberapa hari di sini, tetapi aku sudah merasa tidak bisa hidup tanpa curhat kepadamu, Ray."

Erta memejamkan matanya, menikmati momennya digendong oleh Sera. 

"Oh iya, aku belikan lagi kamu jajan kucing yang kemarin."

Sera meletakkan Erta ke lantai dan menuju tas sekolahnya. Ia mengeluarkan jajan kucing yang memiliki merek yang sama dengan kemarin. Erta memucat, sebenernya ia tidak apa-apa dengan jajan tersebut, tetapi jujur saja ia, sekali lagi, lebih suka diberi makanan masakan manusia. Erta hanya bisa menghela nafas dalam hati, mencoba terlihat tertarik dan memakannya demi senyuman sang majikan. 

***

"Kita jadi ke rumahnya Sera ya?" Nita menenteng tasnya. 

Bel pulang sekolah sudah berbunyi, Nita, Kezia, Sera, dan Hariz berkumpul. Mereka mengangguk. Sera tersenyum, sudah lama sekali sejak ada yang main ke rumahnya. Ekhem, meskipun saat ini tujuannya untuk kerja kelompok dan bukan bermain. 

Sera pun berjalan di depan bersama Nita yang memang sudah mengetahui letak rumahnya, sementara Kezia dan Hariz mengikuti dari belakang. Tanpa Sera dan Nita sadari, Kezia dan Hariz saling berbisik. 

"Kanu suka sama Sera ya?" bisik Kezia tiba-tiba. Hariz tersentak, wajahnya memerah. 

"A-apa maksudmu?" Entah mengapa suara Hariz bergetar, malu. 

Kezia memutar bola matanya, "Kau pikir aku tidak sadar kamu selalu menatap Sera dengan tatapan wah!" Kezia memperagakan gerakan tangannya mengisyaratkan kata 'wah' yang ia ucapkan. 

Hariz semakin bersemu, tidak tau jika ia semudah itu untuk ditebak. Kezia terkikik kecil, merasa wajah Hariz sangat lucu saat ia salah tingkah seperti ini. 

"Tenang, aku hanya ingin menggodamu awalnya. Tetapi, wajahmu malah mengakuinya dengan sangat jujur hahaha!" Kezia tertawa kecil. Hariz meruntuki wajahnya yang memang tidak bisa berbohong. 

"Eh kalian ngomongin apa?" Nita bertanya mengagetkan Kezia dan Hariz. 

Hariz terlihat kaku, mencoba menjawab. "Uhm, anu cuma..." Sayangnya ia memang sepayah itu untuk berbohong. 

Kezia mendengus, ia tersenyum kemudian menjawab. "Enggak, tadi suara perut Hariz berbunyi dengan keras dan aku menertawakannya. "

"Eh, Hariz lapar ya?" tanya Sera, bergabung dalam obrolan. 

Nita terlihat bingung, tidak merasa mendengar bunyi perut kelaparan tadi. "Tapi, aku tidak dengar apa-apa."

"Itu pasti karena aku ada di samping Hariz. Jadi, aku pasti lebih mendengarnya dengan jelas," tambah Kezia. Nita mengangguk-angguk, merasa hal tersebut masuk akal. 

"Apa kita harus beli makan dulu? Soalnya aku tidak yakin di rumah ada makanan hehe." Sera bertanya dengan khawatir. 

Hariz berusaha menolak, tapi Nita segera menjawab pertanyaan Sera dengan semangat. "Ayo! Aku juga lapar!"

Sera tersenyum. "Okay, ayo kita ke toko makanan dekat rumahku dulu. Di sana makanan rumahan yang enak-enak kok!"

Nita, Kezia, dan Hariz menjawab dengan anggukan. Setelahnya mereka lanjut berjalan. Hariz menepuk bahu Kezia kemudian mengisyaratkan "terima kasih" pada Kezia. Kezia hanya menjawab dengan memberi jempol pada Hariz. 

***

Setelah Sera, Nita, Kezia, dan Hariz selesai membeli makan. Mereka melanjutkan menuju rumah Sera. Sesampainya di rumah Sera, mereka segera makan makanan yang mereka beli terlebih dahulu. Mereka berempat duduk di meja makan yang kursinya tepat berjumlah empat. 

"Kucingmu mana, Ser?" tanya Nita, menoleh-nolehkan kepalanya mencoba mencari jejak kucing di rumah Sera. 

"Kita selesaikan makan kita dulu, lalu nanti kukeluarkan kucingku," balas Sera, lalu ia menyuapkan nasi goreng ke mulutnya. Nita mengangguk menuruti Sera. 

Beberapa menit kemudian, mereka selesai makan. Sera pun menuju kamarnya di lantai dua dan menggendong Erta keluar. Nita terlihat berbinar-binar saat melihat Erta. 

"Kucingmu lucu sekali! Garang gitu wajahnya, ini jantan ya," tebak Nita dengan tepat. Sera mengangguk. 

Sera menyerahkan Erta kepada Nita. Erta hanya bisa diam, pasrah. 

"Namanya siapa, Ser?" tanya Kezia. 

"Ray!" jawab Sera dengan semangat. "Dari dulu aku  ingin sekali memelihara hewan dan akan kuberi nama Ray."

Kezia mengangguk-angguk. Sementara itu Hariz tersenyum, merasa Sera yang membicarakan hal yang disukainya sangat imut. Kezia menyenggol sikut Hariz. 

"Kau itu ingin menyembunyikan perasaanmu atau berkoar-koar tentang perasaanmu sih?" bisik Kezia. Hariz mengaduh kesakitan, senggolan Kezia memang sedikit sakit. 

"Tapi, wajahnya imut sekali saat bersemangat bercerita seperti itu."

Kezia memutar bola matanya, merasa bahwa temannya ini seerti sudah terkena virus budak cinta. 

Sementara itu Erta menatap Hariz dengan tajam. Erta tidak bisa menyanggah ketampanan Hariz, ia sebagai laki-laki pun mengakuinya. Aura dari Hariz pun terasa seperti lelaki baik-baik. 

"Apakah dia membenci Hariz? Tatapannya terlihat garang saat menatap Hariz," ujar Nita menyadari tatapan Erta yang menuju ke Hariz. 

Hariz hanya tertawa kaku. Pantas saja ia menyadari seperti ada yang menatapnya. 

"Aku tidak terlalu bisa bermain dengan hewan, terutama dengan kucing. Aku selalu dicakar oleh kucing jika menemui mereka," cerita Hariz sambil mengusap belakang lehernya. 

Sera tertawa kecil, "tidak kusangka Hariz ada kelemahannya juga ya."

Hariz hanya tersenyum. 

"Baiklah! Ayo kita kembali ke tujuan awal kita di sini. Mengerjakan tugas kelompok." Kezia menepuk tangannya, menyadarkan mereka kembali atas kenyataan. 

Nita menghela nafas keras. "Baiklah, ayo cepat agar kita bisa bersantai!"

Selama mereka kerja kelompok, semua melakukan tugasnya dengan profesional. Erta hanya duduk di dekat mereka, sambil menatap tingkah laku Hariz yang jelas sekali sering mencoba mendekati Sera. Erta hanya bisa mengamati hal tersebut dengan perasaan kesal di dalam hati. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status