Share

Bab 2

Kayla dengan Salma langsung cabut menuju PVJ, walaupun hanya mampu melihat barang-barang di tanggal tua ini setidaknya itu membuat mata mereka menjadi sehat, tapi batin tertekan.

“Lo mau kemana dulu, kak?”

“Seperti biasa, Gramedia dulu dong.”

Gramedia merupakan surganya bagi Kayla, dia sangat tergila-gila dengan buku-buku yang dipajang, wanginya buku baru, atau saat melihat jajaran rak buku puisi dan penulis favoritnya.

“Gue nggak bisa pulang kalau nggak bawa buku satu aja. Harus beli,” ucap Kayla sembari melihat satu persatu buku dengan sangat antusias.

Salma dari tadi hanya mengikuti kegiatan Kayla yang yang berkeliling dari satu rak ke rak lainnya. Sebenarnya Salma malas masuk ke dalam toko buku, karena dia tidak suka membaca buku seperti Kayla.

Kayla menunjukkan dua buku puisi kepada Salma untuk memilihkan buku yang ia beli hari ini, “Mending yang Joko Pinurbo atau karya Eyang Sapardi?”

Salma mengambil kedua buku itu dan membaca bagian belakangnya, “dua-duanya bagus, beli semuanya aja,” komentar Salma.

“Gue mau, tapi dompet gue nggak cukup, entar gue makan apa? Mana tanggal muda masih seminggu lagi,” keluh Kayla. Wajahnya sangat memelas, matanya nanar menatap kedua buku itu.

“Nanti gue bayarin, mau yang mana?” Tiba-tiba saja Januar dan kekasihnya ada di hadapan mereka berdua, membuat Salma ataupun Kayla terkejut.

“Eh Kak Janu?” Kayla terkejut dan menunjuk ke arah muka Janu, lalu dia sadar akan kehadiran kekasih Janu itu.

“Hay Kak Cecilia,” sapanya penuh kesopanan.

Wanita yang dipanggil Cecilia hanya mengangguk dan tersenyum, memang kekasih Januar itu sangat anggun dan pendiam.

“Mau beli yang mana? Gue bayarin deh, sini.” Janu mengambil dua buku puisi yang sedang dipegang oleh Salma.

Dengan cepat tangan Kayla kembali mengambil buku itu. “Eh nggak! Aku nggak akan beli buku apapun.”

“Ih nggak papa dong Kay, mumpung baru dapat project baru,” ucap Cecilia dengan sedikit meledek kepada Januar.

“Iya kah? Cuan nya gede dong?” Tanya Kayla dengan sedikit tertawa.

“Bisa borong seisi toko buku ini.” Sikap sombongnya keluar.

“Pret!”

Mereka semua tertawa, kecuali Salma yang hanya senyum kecil.

Janu melirik ke arah Salma yang masih diam, sesekali melihat ke arah hpnya. “Eh Salma, sejak kapan di sini?” Tanyanya dengan sedikit bercanda.

“Ih kak Juna, ya dari tadi atuh.”

“Ya aku kira kamu teleportasi gitu, karena saking pengen liat muka aku jadi nyusul Kayla ke sini?”

Kayla dan Cecilia tertawa melihat Salma yang diroasting oleh Juna. Salma manyun saja, dia sudah tahu tabiat lelaki tampan di depannya ini. Ia pikir Janu itu pendiam atau dingin, kayak cerita di W*****d. Tapi ternyata tidak sama sekali.

“Mau nggak nih dibayarin? Kalau nolak sih bersyukur banget, uangnya mau aku pakai buat ngasih makan Cecilia.”

Kayla menggeleng. “Nggak usah lah, aku mampu beli. Takutnya nanti malah dikejar-kejar buat bayar hutang ini buku. Kan kak Janu itu aneh banget orangnya.”

“Lah kok tau sih niat awal gue emang gitu. Tapi bagus lah, Lo makin pintar.” Kekehnya. Kayla siap menimpuk Janu jika tidak ada Cecilia sekarang.

“Oke deh, kita duluan ya Salma, Kay lo jangan nyesel keluar dari sini nggak bawa buku. Bye!”

Pamit mereka berdua pada Kayla dan Salma.

Setelah beberapa menit Juna dan Cecilia pergi, Kayla masih stuck di situ memandangi kedua buku yang membuat dia bimbang.

“Kenapa sih tadi nggak terima aja buat dibayarin kak Janu?”

Kayla menggeleng lemah.

“Eh, Kak Janu tambah ganteng ya? Badannya jadi keliatan berotot gitu. Mahasiswa tingkat akhir biasanya kurus kerempeng karena mikirin skripsi, beda banget sama kak Janu yang makin ganteng,” kelakar Salma dengan semangatnya.

Kayla mengomentari perkataan Salma dengan mata yang masih melihat-lihat buku lain, melupakan dua buku yang membuatnya bimbang, “Nggak. Biasa aja, gitu-gitu aja nggak berubah.”

“Kak, Lo nggak pernah apa suka sama kak Janu? Secara Lo sering bareng-bareng sama dia?”

Pertanyaan dari Salma membuat perhatian Kayla kepada buku teralihkan.

“Pernah, tapi dulu,” jawabnya dengan santai.

“Udah gue dugong, terus kenapa nggak jadian?”

“Gue suka aja atau lebih tepatnya kagum sama ketegasan dia saat memimpin rapat, belum ketahap cinta atau sayang. Lagian dianya juga nggak suka kayaknya sama gue.”

“Lo suka bayangin nggak sih kalau di masa depan nih, ternyata kak Juna yang jadi jodoh Lo bukan si Revan?”

“Kagaklah, gue udah yakin sama Revan. Kak Janu udah punya Cecilia, gue juga udah punya Revan.”

Salma kembali berbicara dengan nada yang seolah-olah Kayla harus mengiyakan perkataannya. “ Kan siapa yang tahu, secara rumah Lo deketan, terus sekarang se-universitas, terus lagi Lo sering ketemu.”

“Ngaco Lo, dah ah, gue mau bayar ini buku. Setelah itu kita liat baju ke atas.”

***

See you di episode selanjutnya. 

Jangan lupa follow akun I*******m aku ya @nissaulia.d

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status