Share

Bab 7

Berbeda dengan suasana di pernikahan Tante Ris dan Om Bubun. Suasana di meja makan di kediaman Janu hening, euphoria ketegangan sedang menyelimuti ruangan tersebut. Janu duduk disebelah kanan ayahnya yang sedang menatap tajam, ibunya yang berada di depan sana ikut menatap Janu tetapi dengan tatapan yang memelas. Memohon agar Janu mau dijodohkan dengan anak rekan orang tuanya.

Ini masalah yang serius jika sampai Janu tidak mau dijodohkan dengan gadis pilihan orang tuanya itu. Perjodohan batal maka kekeluargaan mereka hancur. Persahabatan yang telah terjalin antara ayah Janu dengan sahabatnya bisa putus. Ini perjanjian lama, sebagai sahabat sejati perjanjian itu haruslah ditepati.

“Apa alasan kamu enggan menerima perjodohan ini Janu?” Tanya ayah Janu untuk kesekian kalinya. Dia tak habis pikir bagaimana bisa anaknya menolak gadis baik-baik seperti Rahma, yang jelas-jelas lulusan pondok pesantren ternama sudah pasti ahlak dan agamanya terjaga.

Janu tetap diam. Dia sedang berpikir.

“Apa karena pacarmu itu? Kamu tahu kan kalian beda keyakinan, hubungan mu itu tidak akan menemukan titik terang. Kalian tidak bisa bersama dalam ikatan pernikahan.”

“Bukan karena itu Ayah, Bu.”

Ibu Janu menyentuh tangan anaknya lembut. Dia harus segera mengetahui alasan anaknya menolak perjodohan, karena sore nanti keluarga dari Rahma akan datang untuk makan malam dan membicarakan tentang perjodohan ini.

“Lantas karena apa?"

Janu mengangkat kepala. Tersenyum canggung, "Nanti Janu kasih tau sama ayah dan ibu. Sekarang kita ke pernikahan Tantenya Kayla dulu."

Kedua orang tua Janu menghela napas. Kemudian mereka bangkit karena memang sudah siap untuk menghadiri pernikahan Ris dan suaminya. Kebetulan mereka juga satu komplek dengan Tante Ris dan rumah Kayla, 15 menit menggunakan kendaraan langsung sampai. Sangat dekat sekali. Wajar saja Janu dan Kayla sering ketemu dan selalu dipertemukan bahkan saat duduk di bangku kuliah.

Sesampainya di sana Janu langsung mencari Kayla, para tamu undangan sudah mulai pulang dan suasana di sana tak seramai saat penampilan artis papan atas. Kedua orang tua Janu menyalami Tante Ris yang masih stay berdiri di altar.

"Hay Kayla, pangling banget Lo pakai ginian," komentar Janu saat menghampiri Kayla yang sedang duduk menyantap makanan.

Kayla terkejut, mempersilahkan Janu untuk duduk disampingnya. Di sana ada Salma dan kedua saudara laki-laki, siapa lagi kalau bukan Nino dan Rigel.

Mereka beradu tos dengan Janu, sudah saling kenal dan akrab. Basa basi menanyakan kabar.

“Habis acara ini lo sibuk nggak?” Tanya Janu disamping Kayla.

Kayla menggeleng. “Kenapa gitu?"

“Di rumah gue ngadain acara makan gitu, syukuran. Gue ngajak lo, ya siapa tahu lo mau.”

“Boleh, kalau emang gue diundang.”

Para sepupu Kayla sudah beranjak dari 10 menit yang lalu, berpencar entah kemana. Yang masih bertahan duduk di sana sambil menikmati alunan musik yang lebih slow, cuman Janu dan Kayla.

Tak lama kemudian ada orang tua Janu menyapa mereka. Kayla berdiri, menyalami keduanya. Seperti biasa basa-basi menanyakan kabar, Kayla mendapat pujian dari ibunya Janu.

“Tante bisa aja. Tante juga nggak kalah cantik, awet muda.” Kayla memuji balik ibu Janu. Tulus. Tersenyum malu-malu.

“Tante sama Om pamit duluan ya, Janu ayo.”

Janu melirik ke Kayla. Mereka saling pandang. “Janu bareng Kayla dulu Bu, nanti nyusul.”

“Jangan lama Janu, sebentar lagi mereka datang,” ucap Pak Ahmad, ayah Janu.

Janu mengangguk mengerti.

“Kak kenapa nggak bareng aja? Aku bisa nyusul kok sama Salma atau Nino.”

Janu tersenyum kikuk. “nggak papa, gue juga belum salaman sama Tante Ris.”

“Oke. Aku ke nyokap dulu ya, biasa izin dulu.”

Janu mengiyakan. Kayla pergi meninggalkan Janu sendirian. Setelah kepergian Kayla, raut wajah Janu berubah. Beberapa kali dia menghembuskan napasnya. Berpikir. Apa ini jalan yang baik.

Tapi dia sudah merencanakan semuanya. Dia harus yakin dan mantap, jangan sampai gagal.

***

Semua mata menatap tak percaya atas apa yang telah Janu ucapkan. Benar-benar diluar dugaan, dan diluar rencana.

Rahma, perempuan yang akan dijodohkan dengan Janu tertunduk menahan tangis dan terkejutnya. Dia sudah sangat berharap dan dia sudah menaruh hati pada Janu. Dia sudah banyak mendengar cerita tentang Janu dari orang tuanya.

“Janu jangan bercanda kamu! Bagaimana bisa?!” teriak pak Ahmad. Dia tak bisa mengontrol emosinya.

Suasana semakin mencekam saat Janu hanya diam memegang tangan Kayla. Sedangkan Kayla di sampingnya berusaha melepaskan.

“Jawab Janu!”

Janu menatap satu-satu orang yang ada di sana. “Maaf, Janu harus bertanggung jawab pada Kayla.”

***

WAH KAN SI JANU EMANG NYEBELIN YA?!

GIMANA KALIAN SUKA CERITANYA? KALAU SUKA TOLONG DUKUNG TRUS YA. CARANYA YA DENGAN LIKE INI CERITA. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status