Share

Stuck Marriage
Stuck Marriage
Author: Nissa Aulia

Bab 1

I-ibu gue a-akan menikah….” Rigel menghembuskan napasnya setelah menyelesaikan ucapannya. Mendengar hal itu membuat ketiga orang yang ada di sana mengucapkan puji syukur.

“Alhamdulillah, aku seneng kak mendengarnya. Kapan itu?”

“3 bulan lagi,” balas Rigel

“Sama siapa nikahnya?” tanya Salma dengan antusias.

Saat Rigel mau menjawab pertanyaan dari Salma, seorang manusia yang paling tidak tahu sopan santun memotong.

“Hallo sayang, iya ini kakak lagi di kafe kumpul sama keluarga.” Kayla menggeplak kepala Nino dengan keras, hal itu membuat Nino mengaduh dengan mata yang melotot tajam kepada Kayla.

Mata Kayla balas melotot ke arah Nino, seolah menjawab dengan perkataan, “Apa gue nggak takut.”

“Lagi serius juga! Bisa-bisanya teleponan. Simpan hpnya!” Tegas Kayla.

Salma ikutan berkomentar, membantu mengomeli sepupunya itu. ”Iya ih kak nino ngebucin terus.”

Rigel menghembuskan napas kesalnya, selalu seperti ini jika sedang berkumpul. Ia hanya menyimak pertengkaran antara Nino dan Kayla atau kehebohan Kayla dengan Salma.

Para sepupunya itu tidak ada yang benar-benar dekat atau akrab dengannya. Menurut Salma, Rigel itu terlalu dingin dan pendiam dan ganteng.

“Nyenye, bacot kalian! Bilang aja syirik nggak ada yang nyariin atau ngangenin kan?”

“Karena kita punya pasangannya satu, nggak kayak kak Nino setiap tikungan ada.”

“Hey.” Satu kata yang berhasil membungkam mulut Kayla yang siap mengomeli lagi Nino.

Rigel menatap ketiga orang di depannya terutama Nino yang umurnya tak beda jauh dengan dirinya tapi masih bersikap kekanak-kanakan. “Bisa nggak kalau setiap ngumpul itu jangan pegang hp? Dan Nino, lo harus punya pasangan satu jangan dua atau lima.” Rigel kembali menghembuskan nafasnya, perlu 3-4 menit mendengar rigel berbicara satu tarikan nafas karena rigel mengidap gagap berbicara.

“Gue capek ngomong,” lanjut Rigel pelan.

Baik Nino dan Kayla terdiam, Salma tidak ikut campur soal ini. Justru ia merasa kasihan dengan Rigel, yang selalu disepelekan oleh Nino.

Benar ya, Tuhan maha adil, Rigel adalah salah satu yang diberikan ketampanan lebih oleh Tuhan. Wajahnya adalah blasteran indo jerman, selain mempunyai wajah diatas rata-rata dia juga seorang yang diberikan ekonomi lebih. Di usia nya yang masih terbilang muda, dia sudah menjadi CEO atau pimpinan di sebuah penerbitan buku terbesar di Indonesia, mempunyai satu mall terbesar juga di Indonesia, dan mempunyai 10 cabang kopi shop alias kaffe di beberapa kota besar di Indonesia.

For your information kafe yang saat ini mereka gunakan adalah kafe milik Rigel yang berada di Bandung. Dibalik kesempurnaan Rigel, Tuhan juga memberikan sebuah kekurangan agar dengan segala kelebihan yang Rigel miliki, dia tidak sombong.

Dan itu menjadi sebuah pelajaran bagi kita, agar selalu mensyukuri apa yang kita punya, tidak selalu membandingkan atau menginginkan kehidupan milik orang lain.

Setelah terdiam beberapa lama, Rigel kembali melanjutkan sesi curhatnya.

“Tapi, gue kurang suka dengan laki-laki pilihan ibu,” ucapnya dengan raut wajah sedih. Mengusap wajahnya pelan, lalu menarik nafas kasar.

“Yakali Bang Gel, mau jodohin ibunya dengan kolega bisnis bang Gel. Kan aneh,” celetuk Nino dengan santai. Salma dan Kayla langsung melototi Nino.

“Nggak gitu juga komentarnya, Ninoon!”

“Ya terus kenapa dia nggak suka? Emang bang Gel yang mau ngejalaninnya? Terserah ibunya lah.”

Kayla sangat siap melempar Nino dari lantai dua ini. Ucapannya selalu tanpa pikir dahulu.

Tangan Kayla dengan keras mencubit bibir Nino, ia sangat ingin menyulam bibir milik Nino agar laki-laki itu berhenti membacot yang tidak berfaedah!

“Udah diem aja maneh mah!”

“Anjir!”

Rigel bangkit dari tempat duduknya, kembali memakai kacamata hitam yang menambah penampilannya semakin membuat para wanita manapun terpesona. “Gue pergi.”

“Bang eh jangan, kan belum beres,” cegah Nino.

“Gara-gara kalian sih ini mah,”bisik Salma setelah lama hanya diam menyimak.

“Beresin aja permasalahan kalian berdua,” balasnya dingin. Dan yang paling parah adalah dia meninggalkan kafe tanpa memberikan uang untuk membayar makanan yang sudah dipesan. Padahal mereka semua memesan makanan dan minuman yang paling best seller.

“Mampus dia marah beneran.”

“Dan kak Rigel nggak ngasih kita uang,” ucap Salma sembari membereskan tas dan barang-barangnya.

“Kak, you ikut balik nggak?” Tanya nya kepada Kayla.

Kayla menyodorkan tangannya untuk digenggam oleh Salma, Nino diam memperhatikan interaksi aneh yang ada di depannya.

“Raih tangan aku putri Salma.” Setelah meraih tangan Kayla, mereka berdua pergi dengan menahan tawanya, berlari meninggalkan Nino yang masih belum menyadari jika semua pembayaran ditanggung olehnya.

“Woy kalian pergi nggak pamit sama gue?!”

Sedetik kemudian dia sadar jika dirinya di jebak untuk membayar semuanya!

Dia mengecek isi dompetnya, ternyata isinya tak sesuai dengan ekspektasi. Dia sangat lemas, lelah, letih, lesu melihat bagaimana kondisi dompetnya yang telah usang dan berdebu.

“Gak bisa nih dompet gue kekurangan rakyatnya.”

“Apa gue melamar kerja aja jadi waiters, terus gajinya gue bayarin deh?” Nino masih saja meracau sendiri. Dia sangat sial.

Kak Rigel selalu membayar makanan atau apapun saat bersama mereka, meskipun makannya di tempat dia sendiri tapi dia selalu membayar. Karena menurutnya itu salah satu bentuk untuk membantu para pekerja, sistem di kafe kak Rigel adalah jika penghasilan bertambah dan selalu naik setiap bulannya maka gaji untuk karyawannya akan naik. Tapi jika menurun, gajinya akan tetap sesuai kesepakatan di dalam kontrak.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status