Share

bab 22

Bu Surya terbangun saat ia mendengar suara Nisa. Tapi Nisa sudah kembali tertidur karena efek obat bius yang belum sepenuhnya hilang.

Mata Bu Surya menatap Imran yang duduk di sisi ranjang dan menatap Nisa dengan tatapan kosong. Lelaki itu terlihat sayu dan tidak bergairah. Jujur saja, sebagai seorang ibu, hatinya pun pilu melihat putra sulungnya terlihat seperti orang sakit.

Bimbang. Itu yang dirasakan Bu Surya. Mau menasihati seperti apa pun, jika Imran sendiri enggan bertindak, Bu Surya bisa apa. Ia hanya bisa mendoakan semoga apa yang Allah takdirkan adalah yang terbaik untuk semuanya.

Imran mengusap wajahnya kasar, ia bahkan tidak peduli pada sang mama yang melihatnya sedemikian rupa. Wajahnya tertuju lurus pada Nisa. Ia seolah takut kehilangan Nisa dan memang tidak ingin kehilangannya. Imran masih mencintai Nisa, bahkan kadar cinta itu tidak pernah berkurang sedikit pun. Terlebih setelah insiden Nisa menyelamatkan nyawanya, kadar cinta Imran semakin bertambah.

Bu Surya kembali
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status