Share

bab 23

Hati Imran berdenyut nyeri kala mendengar permintaan maaf itu. Imran justru bersyukur, karena adanya insiden itu mata dan hatinya terbuka dan Imran berinisiatif untuk membatalkan perjodohan Nisa dengan Fadhil.

Imran diam dan dengan tetap memandangi Nisa. Lidahnya terasa kelu, pun bingung harus menjawab apa.

“Mas kok diam? Mas Imran marah sama Nisa, ya?”

Imran menggeleng. Ia merasakan matanya panas karena menahan air mata yang terasa ingin keluar.

“Mas nggak marah sama Nisa.”

“Alhamdulillah. Nisa takut Mas marah sama Nisa.”

“Nggak, Nisa.”

“Ngomong-ngomong, lelaki yang Mas pilihkan untuk Nisa, dia bagaimana? Apa dia marah karena kita nggak jadi bertemu semalam?”

“Nisa nggak usah mikirin itu. Nisa harus fokus sembuh dulu aja.”

“Iya, Mas. Tapi, Nisa hanya ingin membahagiakan Mas Imran. Bukankah menikahnya Nisa dengan lelaki lain bisa bikin Mas bahagia?”

“Nisa ... Mas janji akan mengabulkan semua keinginan Nisa, sebagai bentuk rasa bersalah Mas selama ini.”

“Mas ... Nisa nggak mau apa-apa.
Locked Chapter
Ituloy basahin ang aklat na ito sa APP

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status