Share

Ide dari Jenner

Author: CacaCici
last update Last Updated: 2023-05-17 09:59:31

"Serena …," geram Rafael sembari menatap layar komputernya. Dia sudah di ruangannya dan dia masih kepikiran dengan Serama tadi.

Perempuan itu sepertinya memang tidak merasakan apa-apa padanya. Serena terlalu santai dan bahkan seperti mendukung Rafael dengan Jenner.

Tok tok tok

"Silahkan."

Ceklek'

Rafael menoleh ke arah pintu, langsung berdecak kesal karena bukan Serena yang datang. Shit! Dia sangat berharap jika Serena yang akan menemuinya di sini. Sialnya bukan Serena yang datang melainkan Jenner.

"Rafael, aku ingin membicarakan sesuatu padamu." Perempuan itu langsung menarik kursi ke sebelah Rafael, kemudian dia duduk di sana sembari memeluk lengan Rafael. "Kamu sudah memberikan akses untukku agar bisa setiap hari datang ke kantormu. Selama orang tuamu tidak datang ke sini, kau bilang aku boleh kan ke sini?"

"Jadi?" Rafael menaikkan sebelah alis.

"Itu kurang, Rafael. Aku ingin-- jika bisa dua puluh empat jam bersamamu." Dengan manja, Jenner menduselkan pipinya ke lengan Rafael. "Aku sebenarnya ingin sekali ke rumahmu. Tapi …- tapi Paman tidak suka denganku. Mereka menganggap jika aku adalah pelakor. Apa menurutmu aku begitu, El?"

"Menurutku kau Bitch sialan." Dengan santai dan tanpa beban Rafael menjawab,dia meraih handphone dan sedang berusaha menghubungi seseorang. Maxim!

Meskipun baginya Maxim adalah rival untuk mendapatkan Serena, namun untuk melindungi dan memastikan Serena baik-baik saja, Rafael sangat percaya pada Maxim.

"El!" Jenner berucap kesal, mendongak dan menatap sedih pada Rafael. Sayangnya pria itu sama sekali tak menoleh padanya-- Rafael hanya sibuk pada handphonenya. "El, mulutmu jahat sekali. Apa kau tidak memikirkan perasaanku yah ketika kau mengatakan itu?" lirihnya dengan parau.

Rafael menoleh ke arah Jenner, menghela nafas kemudian memeluk kepala Jenner. "Kau tahu aku begini, kenapa kau masih di sini?!" serak Rafael, mencium ubun-ubun kepala Jenner sembari mengusap lembut surai perempuan itu.

"Aku akan bertahan, El. Karena aku tahu kau mencintaiku. Kau sudah jatuh cinta padaku sebab itu kau ragu untuk meninggalkanku, El. Seandainya kau hanya mencintai Serena, aku tidak akan mungkin hadir di sini."

"Jangan bahas dia." Rafael bergumam pelan, masih memeluk kepala Jenner dengan sesekali menciumnya.

"Satu yang kusadari, El. Meskipun kau memang mencintai Serena, tetapi itu tak akan cukup! Sebab tak ada balasan dari perasaanmu padanya. Hampa dan kosong, itu yang kau terima darinya, El. Dan aku ada untuk mengisi kekosongan itu, El. Orang dewasa bukan hanya membutuhkan cinta, kita butuh kesenangan, gairah, party dan kebebasan. Serena? Dia tidak bisa memberikan itu padamu, El. Dia tidak mengerti hobimu sebagai seorang pria. Dia tidak bisa menemanimu bermain futsal, seperti yang aku lakukan. Dia tidak tahan dengan asap rokok, lalu bagaimana bisa dia akan membiarkanmu merokok? Dia tidak paham konsol game dan tentunya dia tak akan mau menghabiskan waktu denganmu untuk bermain konsol game. Dia wanita jaim yang selalu menjaga dan mendahulukan penampilan, El. Dia wanita yang suka berlama-lama di mall, suka perhiasan dan alat make up. Dia suka perawatan dan takut panas. Di mana semua itu sangat tak cocok denganmu, Sayang. Untungnya aku bukan tipe perempuan seperti itu, El.  Aku bisa berpanas-panasan denganmu untuk bermain futsal, berjemur di pantai, bermain konsol aku juga paham. Aku tidak melarangmu minum dan merokok, hidupmu milikmu."

Rafael hanya diam saja, tidak menanggapi dan juga tidak membenarkan atau menyalakan perkataan Jenner.

"El, bagaimana jika kau pindah rumah saja? Dengan begitu kau bisa bebas dari orang tuamu dan kita bisa bersenang-senang lagi," usul Jenner tiba-tiba sembari mengangkat kepala, tersenyum lebar untuk meyakinkan Rafael. "Kita juga bisa tinggal bersama jika kau punya rumah sendiri, tanpa pengawasan orang tuamu. Kau bisa mengekspresikan diri dan hidupmu."

"Cik." Rafael berdecak pelan. "Benar juga. Dengan begitu aku bisa bebas melakukan apapun pada Serena. Cih, itu ide yang bagus." Rafael terkekeh pelan, membayangkan jika dia hanya tinggal berdua dengan Serena.

Itu pasti akan menyenangkan!

"I--iya." Jenner tersenyum kecut, memalingkan wajah sekilas karena merasa tertohok dengan perkataan Rafael. Kenapa lagi-lagi Serena?!

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (4)
goodnovel comment avatar
CacaCici
Wkwkwk ... El bastard karena cintanya nggak terbalas, Kak(╥﹏╥)
goodnovel comment avatar
CacaCici
El ada orang dalam, Kak(〒﹏〒)
goodnovel comment avatar
Adfazha
EL blm kena Azab.. Jenner jg murce cwe gretongan y bgno gk aneh... Gab jgn prnh izinin EL pndh
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Suami Bastard Yang Manis    ReiZie Ending

    Setelah liburan ke Villa kemari, Reigha berangkat ke Paris. Sekarang pria itu tengah di bandara dan Ziea berusaha untuk menyusul. Haaaa, tidak ada yang memberi tahu Ziea jika Reigha ingin ke Paris, karena itu mereka satu pertemanan berlibur ke villa, sebagai tanda pisah dengan Reigha yang berencana akan menetap di Paris. "Setidaknya aku akan memberikan Kak Reigha surat ini, supaya dia selalu ingat denganku," ucap Ziea dengan berlari terburu-buru, ingin menyusul Reigha sebelum pria itu meninggalkannya. Tak ada yang tahu Ziea menyusul Reigha ke bandara karena Ziea pamit ke kampus. Dan bisa dikatakan Ziea nekat ke mari hanya untuk memberikan surat cintanya pada Reigha. "Itu dia, Kak Reigha masih di sini. Yes!!" Ziea memekik bahagia kala melihat Reigha masih di sana, tengah duduk dan sedang fokus pada handphone di genggamannya. Ziea sejenak merapikan penampilannya, mengambil cermin kecil dari tote bag yang dia kenakan lalu bercermin sembari tersenyum manis. Setelah merasa manis dan c

  • Suami Bastard Yang Manis    ReiZie Bagian 7

    Setelah badai reda, langit kembali cerah dan penuh dengan bintang. Mereka memutuskan untuk berkumpul di luar, menyalakan api unggun, bakar-bakar bersama sembari bercanda. Sayangnya Ziea kurang menikmati, dia tidak cocok dengan suhu yang terlalu dingin dan lagipula dia sudah mengantuk. Walau ada api yang menyala, namun Ziea sudah mengantuk. 'Kalau tahu begini mending aku nginap di rumah Lea,' batin Ziea, sudah menyender lesu di lengan Kakaknya– awalnya menonton drama favoritnya di handphone. Namun, karena sahabatnya mengirim pesan padanya, Ziea seketika beralih bertukar pesan dengan sahabatnya tersebut. --Lea--[Cuk, kamu ngapain dengan Pak Burhan?]Ziea langsung membalas [Chat-mu ambigu, Lea sayang. Aku ngapain dengan Pak Burhan?]--Lea--[Tiga hari aku diterror terus. Dia minta nomor kamu. Kan aneh!! Pasalnya beliau dospemmu, masa nomormu tak ada di dia.]--Ziea--[Nomornya memang aku block. Soalnya aku dendam, Lea. Tapi jangan kasih tahu yah. Bilang saja HP aku hilang.]--Lea--[

  • Suami Bastard Yang Manis    ReiZie Bagian 6

    "Rei, Ziea di mana?" tanya Haiden ketika melihat Reigha berjalan cepat dan terburu-buru. Untungnya ketika dia memanggil pria itu, Reigha masih menoleh ke arahnya. Namun, tanpa menjawab apapun Reigha langsung melangkah cepat-cepat dari sana, memberikan tanda tanya bagi Haiden dan yang lainnya. "Ada yang tahu dia kenapa?" tanya Haiden yang mendapat gelengan kepala dari pada sepupunya. "Aku tahu." Tiba-tiba saja Melodi muncul dari arah balkon, berjalan ke arah mereka dengan air muka yang terkesan kesal."Maksudmu kau tahu Reigha kenapa?" tanya Haiden, mendapat anggukan dari Melodi. "Ini salah adikmu. Ziea!" kesal Melodi, "sudah kukatakan untuk tak membawa Ziea ikut dengan kita, tapi kalian tetap membawanya. Lihat sekarang, Reigha marah karena ulah Ziea.""Apa maksudmu?!" Haiden menggeram marah, tak terima jika Melodi menyalahkan Ziea."Ya, sebenarnya Reigha sudah tak suka dengan rencana hangout ini saat kalian semua mengajak Ziea ikut. Kemarin sandal kesayangan Reigha– sandal pemberi

  • Suami Bastard Yang Manis    ReiZie Bagian 5

    Karena paksaan Haiden, akhirnya Ziea ikut hangout dengan teman-teman Kakaknya ini yang tak lain adalah sepupunya. Mereka memilih berlibur ke sebuah villa yang ada diperkebunan keluarga Azam. Percayalah! Ziea merasa asing di sini, dia tak akrab dengan siapapun kecuali Kakaknya. Dan Kakaknya ini sedikit dan rada bangke! Untungnya, Handphone Ziea sudah Haiden kembalikan. Jadi Ziea bisa menghilangkan bosannya. 'Gara-gara Kak Rei menyuruhku menghapus postingan tadi malam, aku jadi takut berdekatan dengannya.' batin Ziea, duduk di balkon villa tersebut sembari menatap ke arah pemandangan yang disajikan di depannya. Tiba-tiba saja, Ziea menjadi kikuk dan gugup. Reigha datang ke balkon kemudian duduk di sisi lain– ujung ke ujung dengan Ziea. Mereka sama-sama duduk bersantai, menyender ke kursi malas dan menghadap ke depan, ke arah pemandangan indah yang penuh dengan pohon jeruk– kebetulan sedang musim panen, di mana jeruk tersebut sudah berwarna kuning ke orange-an. Jadi mempercantik ala

  • Suami Bastard Yang Manis    ReiZie Bagian 4

    "Tidak ke kampus?" tanya Haiden ketika melihat adiknya lewat– mengenakan kaos berlengan pendek dan celana training panjang. Tak lupa jua, Ziea memakai topi dan sepatu berwarna putih. "Nggak, ini Minggu," jawab Ziea sembari memutar bola mata dengan jengah, melewati Kakaknya dengan begitu saja dan segera keluar dari rumah. "Kau mau kemana?" teriak Haiden, berjalan cepat untuk menghentikan adiknya. "Cik, Kak! Tolong yah! Aku mau depan doang, di taman komplek untuk lari-lari lagi," ucap Ziea, menahan kesal dan dongkol yang memenuhi hatinya. "Tidak boleh. Masuk!" ketus Haiden, melotot tajam ke arah adiknya dan memerintah agar Ziea masuk dalam rumah mereka. "Daddy dan Mommy sedang pergi, jadi kau harus patuh padaku.""Tapi aku mau olah raga, Kak!" Ziea memekik pelan, mencengkeram udara karena kesal tak dibolehkan pergi oleh Kakaknya. "Di taman belakang. Keliling sepuluh kali, itu juga olah raga.""Ze ingin ke taman. Awas!" jutek Ziea, menabrak tubuh Kakaknya dan langsung kabur dari san

  • Suami Bastard Yang Manis    ReiZie Bagian 3

    "Aku tidak pacaran!" pekik Ziea, sudah berada dalam mobil Kakaknya dan tengah berdebat dengan sang Kakak.Hal yang paling memalukannya adalah ketika Haiden menjewer telinganya dan menariknya ke mobil– di mana di dalam mobil ada Reigha. Sekarang, Ziea semakin malu karena Haiden terus memarahinya dan menuduhnya berpacaran. "Jadi tadi siapa kalau bukan pacarmu? Kenapa kalian bisa berduaan di sana, hah?!" galak Haiden, duduk di sebelah Reigha yang tengah mengemudi. "Teman kampus," jawab Ziea dengan mencicit pelan. "Teman kampus tapi berdua. Malam-malam!""KAK …!" jerit Ziea dari belakang– dia duduk di belakang. "Aaaaaa …," pekiknya kemudian menangis, tak tahan karena Haiden terus memarahinya secara habis-habisan. Paling menyebalkannya adalah Haiden memarahinya di depan Reigha. "Menangis saja terus!" dengkus Haiden menoleh ke arah belakang, melayangkan tatapan marah dan tajam ke arah Ziea– isyarat agar Ziea berhenti menangis. Tetapi bukanya berhenti menangis, Ziea malah semakin menjad

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status