Adegan yang baru saja dilihat oleh mata kepalanya, membuat Noah terkesima.
Betapa kompleksnya kehidupan keluarga yang ditumpanginya ini. Noah masih tertegun dan memandangi rekaman video yang sudah aman di ponselnya.
Dasar tidak tahu malu! Dua-duanya sama saja mesum!
“Noah? Apa yang kamu lakukan di dekat ruang kerja Ayah?” Aliesha rupanya tadi mencari-cari keberadaan sopir yang kini sudah jadi suaminya.
Dirinya terkejut karena tak menduga akan bertemu istrinya di sini. “Nona! Aku tadi hanya sedang berjalan-jalan agar tidak tegang.”
Untunglah kedua pasangan tadi sudah berhenti membuat ‘suara’ yang memancing perhatian.
Aliesha mengernyitkan dahi karena merasa janggal.
Gerak-gerik Noah akhir-akhir ini sedikit aneh. Dia lebih sering menerima telpon dan panggilan mendadak.
“Tadi, siapa yang hadir menjadi saksi dari pihak kamu?” tanya Aliesha yang masih berada di dekat Noah.
“Mereka berdua adalah teman baik keluargaku.” Jawabnya sedikit gugup.
Sebenarnya keduanya hanyalah pesuruh di rumah keluarganya. Baginya akan sangat beresiko untuk menampilkan siapa anggota keluarga yang sesungguhnya.
“Apa orang tuamu sudah meninggal?”
Noah terlihat enggan memberikan jawaban. “Mereka tidak punya ongkos untuk ke mari. Dan kupikir ini hanyalah pernikahan untuk menyelamatkan Nona dari Tuan Eros. Jadi… mungkin sebaiknya mereka tidak perlu hadir.”
Ah, betul sekali. Keluarga Noah tentu tak jauh beda status ekonomi dari sopirnya itu, batin Aliesha.
“Terserah jika itu yang terbaik menurutmu.” Seru Aliesha yang sebenarnya tak peduli pada apa yang sudah terjadi.
Dia hanya sekedar basa-basi. Sesekali diamatinya tangan Noah yang menyembunyikan ponselnya ke saku lagi.
“Ngomong-ngomong, Tuan tadi menyuruhku untuk ke ruangan kerjanya. Tapi sepertinya di sana tidak ada siapa-siapa.” Noah menutup-nutupi kejadian yang baru saja dia saksikan.
Dia sengaja mengalihkan pembicaraan.
Aliesha tak sempat menyaksikan Eros dan ibu tirinya sedang beradu kekuatan di dalam sana tadi. Bagi Noah, ini bukan saat yang tepat untuk membuka kartu di depan semua orang.
“Benarkah? Ada apa memangnya? Bukankah Ayahku masih sibuk menjamu tamu-tamu keluarga untuk pesta di luar bersama ibu tiriku?”
Ibu tirimu sedang bermanja bersama Eros, Nona. Ungkapan itu hanya disimpan Noah dalam hati.
Dia berdehem dan batuk sebentar. “Ehm, ehm. Mungkin saja Tuan memerlukan aku untuk membantunya. Sebaiknya Nona cepatlah kembali ke kamar… aku akan menyusulmu nanti. Pergilah sekarang!”
Noah segera kabur dan tak ingin berlama-lama berbincang bersama wanita yang kini sudah menjadi istri sahnya itu.
Tingkahnya semakin aneh saja. Sejak kapan Noah berani menyuruhnya untuk stay di kamar dan tak berkeliaran di rumahnya sendiri?
**
Dengan langkah yang dipercepat, Noah akhirnya bertemu dengan ayah Aliesha di dekat tempat makanan. Dia nampak memilah-milah cemilan yang akan dimasukkan ke atas piringnya.
“Tuan memanggil saya?” Noah sedikit membungkukkan badan.
Ketika pria tua itu sudah menjadi mertuanya, dia tetap saja berlaku seperti sopir dan majikan.
“Iya, aku sudah lama menunggumu.” Dia meletakkan piringnya sebentar di meja. Lalu merogoh kertas yang dia simpan di saku jasnya.
“Ini untuk kalian.” Gumamnya seraya menyerahkannya pada Noah. “Besok pagi, kalian berdua berangkatlah ke Pulau Gura-guri.”
Noah masih belum mengerti. Pulau Gura-guri? Di mana itu?
“Mengapa kami harus ke sana?” tanya Noah sambil melihat dua buah kertas yang rupanya adalah tiket penerbangan ke Bandara Gura-guri.
“Hah, dasar anak muda lugu. Aku memberi kalian tiket honeymoon agar bisa menikmati masa-masa pernikahan kalian.”
Bagaimana mungkin dirinya disuruh untuk melaksanakan honeymoon sementara Aliesha masih bersikap begitu dingin? Lagipula dia juga akan menjalankan misi untuk segera menguasai sertifikat keluarga Aliesha.
“Apa tidak bisa ditunda, Tuan?” Noah mencoba mengusulkan. “Nona Aliesha belum tahu soal ini, kan? Mungkin beri waktu dia beberapa hari untuk bersiap.”
“Ckckck… kenapa kamu mengaturku? Kalian hanya cukup datang ke bandara membawa barang yang kalian butuhkan. Seminggu kemudian kalian bisa pulang lagi ke sini atau ke manapun kalian mau.” Bentak ayah Aliesha pada Noah.
“Ba-baik, Tuan. Baik.”
“Cepat pergi ke kamar dan beri tahu istrimu. Besok sebelum subuh kalian harus berangkat ke bandara.” Ayah Aliesha mengambil lagi piringnya dan berlalu.
Tak lama kemudian sudah bergabung lagi bersenda gurau dengan sanak keluarganya.
Kini Noah harus mencari strategi baru. Apa yang harus dia lakukan?
Baginya menyampaikan perintah mertuanya bukan hal mudah kepada istrinya itu. Dia tahu dan hapal betul watak Aliesha yang keras kepala.
Sekembalinya di kamar, lampu temaram membuat kamar pengantinnya terasa syahdu. Ada desiran yang membangkitkan jiwanya sebagai seorang lelaki.
“Noah?”
Aliesha justru memperburuk keadaan dengan berganti baju mengenakan gaun tidur super pendeknya.
Halo Nona, aku ini laki-laki. Aku tidak bisa konsentrasi melihat bajumu sekarang! Jerit Noah dalam hatinya.
“Apa yang kamu bawa?” nada interogasi Aliesha membuat Noah terhenyak seketika.
Lamunannya sudah ke mana-mana jika bosnya tak bersuara.
“Oh ini?” dia pun menyerahkan dua tiket itu pada istrinya.
Aliesha membaca dengan seksama. “Pasti ini dari ayahku.”
“Betul, Nona. Itu adalah tiket untuk honeymoon kita berdua!” Statemen yang dia ucapkan hampir saja membuat Aliesha tertawa. Untunglah dia bisa menahan hal itu agar tak terjadi.
Honeymoon?
Apa-apaan ini? Apa yang ada di benak ayahnya setelah menikahkannya dengan sopir lalu tiba-tiba menyuruhnya honeymoon! Dan bodohnya, Noah mau-mau saja disuruh-suruh.
“Besok pagi?” Aliesha baru sadar setelah melihat jadwal keberangkatannya. “Mendadak sekali!”
“Iya, Nona. Kalau Nona keberatan, aku bisa sampaikan ke Tuan untuk ganti jadwal.”
Kebetulan aku juga masih ada beberapa urusan yang harus diselesaikan di rumah ini. Itu adalah isi hati Noah saat ini.
“Hmm…” Aliesha memikirkan ulang.
Selama ini tak pernah mengambil jatah cuti dari perusahaannya, meski dia seorang CEO. Mungkin ada baiknya jika dia sesekali menikmati waktu untuk liburan…
Noah berharap bosnya menolak untuk mengikuti rencana ayahnya. Come on!
“Ya, kalau misalkan tidak mau… tidak perlu dipaksakan.”
Semakin Noah mempengaruhinya untuk menolak, semakin dia penasaran dan justru ingin berlaku sebaliknya.
“Siapa bilang aku tidak mau? Aku tentu dengan senang hati mendapatkan kesempatan liburan ini. Anggap saja aku cuti selama sepekan depan!”
Noah hanya bisa pasrah mengikuti rencana istrinya sambil memikirkan bagaimana mengeksekusi misi selanjutnya.
Suasana bandara yang sudah cukup ramai, setidaknya membuat Aliesha merasa tidak spooky saat sepagi ini menunggu pesawat.“Noah, kamu sudah bawa semua barang-barangku, kan?”Setelah ijab qabul, Noah masih sama seperti dulu. Dia diperlakukan tak lebih baik dari seorang sopir atau asisten serba siaga.“Siap! Sudah semuanya, Nona.” Di tangannya sudah ada dua tiket yang siap jika sewaktu-waktu mereka check in. “Kuharap Nona tidak lupa membawa sunblock dan sunscreen. Di sana akan sangat panas sekali cuacanya.”“Kamu tidak usah banyak bicara. Ayo, segera check in!”Keduanya segera bersiap check in dan masuk ke kabin pesawat.Ayahnya sungguh tega saat memberikan tiket kelas ekonomi untuk perjalanan ke Pulau Gura-guri.Membayangkannya saja sudah membuat punggung Aliesha ngilu apalagi tempat duduknya tak seluas di kelas bisnis atau VVIP.“Nona, ayo duduklah. Silakan. Jangan buat penumpang lain macet gara-gara Nona tak segera duduk, mau di sini atau di dekat jendela?”Tanpa banyak bicara lagi, A
Selagi masih ada sinyal dan listrik di pulau Gura-guri, Noah memanfaatkannya untuk berkomunikasi dengan Ben dan keluarganya. “Sudah, nikmati saja dulu honeymoon kalian…” kelakar tawa yang diucapkan Ben sama sekali tidak membuat Noah lega. Dia terus-terusan digodai oleh rekannya itu. “Honeymoon apanya? Aliesha itu bukan wanita manja yang bisa menyenangkan lelaki. Dia itu batu!” rutuk Noah kesal. “Walau bagaimanapun, kamu tidak boleh rugi. Kamu sudah dijadikan mainan oleh mereka. Setidaknya, nikmatilah tubuhnya… hahahahaa…” Gurauan itu membekas di benaknya. Apa iya dia harus melakukan itu? Apa Aliesha akan menuruti apa maunya… itu jelas mustahil. “Noah, sepertinya pemadaman akan dimulai malam nanti.” Sudah hapal dengan tabiat istrinya yang takut gelap, diapun menenangkannya. “Tidak usah takut. Pihak resort sudah memastikan cadangan listrik aman. Lagipula mereka membagikan lilin cukup banyak jika terjadi hal yang tak diinginkan.” “Tapi…” “Sudahlah. Jangan berpikiran buruk. Setia
“Permainan apa itu?” Aliesha pura-pura tak mengerti.“Come on! Aliesha…” Noah mengejeknya. “Ini adalah permainan paling menyenangkan dan semua orang tahu...”Diambilnya sebuah botol air mineral yang masih terisi separuh. Diapun memutar-mutarnya.Botol mengarah pada Aliesha.“Ayo, Nona. Truth or dare!”Bosnya berpikir sejenak. “Truth?”Dia tak berani mengambil resiko jika dia memilih dare.“Okay, kamu harus menjawab jujur.” Lagi-lagi manik Noah tertuju pada Aliesha erat. “Pernahkah kamu menyukai seseorang sebelum menyukaiku?”Kesal dengan pertanyaan mengejutkan itu, Aliesha menjawab asal. “Pernah. Tentu saja. Tapi, aku tidak pernah dan tidak akan mencintaimu…”Aliesha puas setelah mengatakan itu.Selama ini mungkin saja Noah berpikir kalau dia mencintainya.“Katakanlah siapa orangnya!” Noah terus mendesaknya dengan pertanyaan lain.Dia merasa tersinggung ketika Aliesha mengaku tak akan pernah mencintainya.Sementara Noah punya seribu satu cara untuk membuatnya jatuh cinta!“Rahasia.”“
Noah tak mau mengurungkan niatnya lagi. Semua harus terjadi malam ini juga.Tangannya memegang hati-hati pipi Aliesha yang sudah bersemu kemerahan karena canggung dan malu.“Aliesha!” ia gunakan panggilan itu sebagai mantra pembius agar bosnya tak berkutik.Dalam hati dia juga sempat khawatir bagaimana jika Aliesha menolak dan rencananya akan gagal. Tapi dia sudah bisa mendeteksi kalau bosnya juga menginginkan ini.Ini semua hanya demi rencana besarku, tidak lebih.Noah mengingatkan dirinya sendiri. Tidak boleh ada perasaan terlibat. Ini semua murni hanya bisnis.“Noah… aku… aku belum…”“Pssst…” diletakkannya telunjuk kanan itu pada bibir Aliesha yang lembut. “Aku juga baru pertama melakukan ini. Tapi aku yakin, ini akan menjadi kenangan paling indah untuk kita.”Perasaan dan pikiran Aliesha sudah tak bisa sinkron lagi. Jantungnya terpacu lebih cepat.“Kamu benar-benar cantik…” Noah membisikkannya sehingga Aliesha mendengar pujian itu. “Bibirmu begitu penuh berisi… kuharap, kamu mengi
“Noah, pesanku… jangan terbawa oleh hawa nafsu. Aku tahu kamu sudah bebas melakukan apapun pada istrimu. Tapi, ingatlah siapa dia dan siapa ayah serta kakeknya. Dan ingat apa yang telah mereka lakukan pada keluarga kita! Ingat itu.” Ucapan Ben yang barusaja dia dengar lewat telpon terus terngiang. Dirinya merasa diremehkan oleh keluarganya sendiri. Bagaimana bisa? Apa selama ini dia kurang loyal dan setia pada keluarganya! Bahkan, dia rela menerima tawaran menikahi Aliesha, salah satunya adalah untuk memuluskan semua rencana balas dendam besar keluarganya. “Hey! Kenapa melamun? Bagaimana dengan keluargamu?” Aliesha yang selalu bersikap manis, mengagetkannya. Dipandanginya wanita cantik yang sudah menjadi istrinya itu. Ada sedikit rasa bersalah di hatinya, kenapa Aliesha yang naïve harus ikut-ikutan terlibat di rencana ini! “Hmmm… mereka baik-baik saja. Kakekku hanya sedikit sakit karena kelelahan.” Noah mengambil handuk dan meletakkannya di hanger dekat kamar mandi. “Syukurlah
Aliesha memprotes, “Butuh privasi?” Itu memang betul. Tapi apakah dirinya harus diusir dari kamar yang sudah puluhan tahun dia tempati? “Hmm… memangnya kamu setelah menikah masih mau tinggal di sini? Di mana-mana istri itu kalau sudah menikah ikut suaminya…” sindir tajam ibu tirinya. Dia tak terima kalau Aliesha masih menunjukkan batang hidungnya sepulang honeymoon. Minimal dia harus keluar dari rumah induk. “Aliesha…” sang ayah tiba-tiba muncul. “Benar kata Mamamu, sebaiknya kamu kami berikan privasi agar bisa menjalankan pernikahan tanpa campur tangan kami.” Tanpa campur tangan atau memang mau mengusirku? Batin Aliesha geram dalam hati. “Tinggal saja di pavilion belakang, tempat Noah biasanya tidur. Sekarang sudah direnov oleh tukang kita. Kuharap kamu bisa menjadi contoh adikmu agar menjadi sosok mandiri.” Bulls**t. Ayah selalu memenangkan Aurelia. “Mau saya bawa ke bawah saja Nona, barang-barangnya?” karena sekarang sudah lengkap majikannya, dia berani bersuara. Aliesha m
Aurelia tak percaya dengan ide Mamanya. Perhiasan palsu? “Maksud Mama?” “Iya, perhiasan palsu. Terlihat asli tapi itu adalah tiruan. Saat dijual, tak akan bernilai apa-apa. Paling tidak ini akan membuat Aliesha ikut senang dengan pernikahanmu… toh dia tidak akan mengetahuinya.” Mamanya membuka-buka kembali katalog yang diberikan oleh desainer tadi. Sengaja dia meninggalkan beberapa sampel agar mereka bisa melihat-lihat lagi. “Lihatlah. Semua perhiasan mewah ini bisa ditiru agar menyerupai yang asli.” Dia menunjukkan beberapa item yang akan ditirunya. “Makanya Mama tadi meminta desainer lugu tadi untuk meninggalkan katalog private itu di sini.” Aurelia berdecak kagum pada ide Mamanya yang tak pernah habis. “Mama, aku tidak menyangka Mama bisa sehebat ini!” “Untuk mencapai tujuan hidupmu, tak selamanya semua dicapai dengan mudah Aurelia. Perlu otak cerdas dan eksekusi di waktu yang tepat.” Mamanya berpesan. Perjuangannya mendapatkan suami kaya seperti ayah Aliesha patut diacungi
Setelah membereskan pecahan-pecahan gerabah itu, dia masuk kembali ke pavilion.Hatinya masih sakit saat dia terusir dari kamarnya sendiri, sekarang malah ditambah dengan pecahnya pernak-pernik yang dia beli.Tapi ia tak mau larut dalam kesedihan dan menghibur diri dengan mengeksplorasi interiornya.Tak lama setelah dia beres-beres, suaminya yang dua hari tidak pulang, muncul dari balik pintu.“Wah, baru berapa hari aku tidak pulang… kamu sudah menyulap pavilion kecil ini jadi tempat yang nyaman, Aliesha…” Noah memuji dan memberinya sebuah pelukan.Awalnya Aliesha masih risih dengan skinship yang sering dilakukan oleh Noah, akan tetapi lama kelamaan dia terbiasa.Dia ingat pesan salah satu bawahannya dulu, kalau lelaki memang tak jauh-jauh dari urusan itu isi otaknya.“Terima kasih…”“Dan asal kamu tahu, aku paling suka bagian tempat tidurnya. Kamu memberikan sebuah sentuhan warna biru tua yang aku sukai. Itu warna favoritku.”Aliesha semakin merasa melayang ke langit dengan segenap pu