Share

Bab 5. Pria Misterius di Club

"Nah, coba minum, aku yakin kau akan suka."

Diana, wanita yang baru pertama kali menginjakkan kaki di Club itu memandang Sarah dengan pandangan ragu. Wanita itu sedang menyodorkan minuman yang tadi Diana dengar dengan sebutan Whisky. Berwarna kekuningan. Itu ... seperti pipis.

Diana menatap Sarah yang masih menunggu dirinya untuk mengambil minuman aneh itu, "Kamu ... yakin suruh aku minum ini?"

Sarah nampak tidak sabaran. Dia memindahkan minuman itu dengan segera ke tangan Diana. Kemudian mengambil minumannya sendiri.

"Itu bukan racun. Rasanya juga nikmat." terang Sarah. Kemudian dirinya membenturkan gelas miliknya dengan Diana. Hingga terdapat bunyi ting diantara keduanya. 

Sarah dengan segera meneguk minuman yang berada di tangannya tanpa ragu. Hingga tak perlu waktu lama, gelas yang tadinya penuh kini tinggal separuhnya. Sudah habis dilahap oleh Sarah yang sekarang terlihat sedang menutupkan matanya menikmati rasa minuman yang mulai mengalir melalui tenggorokannya.

Diana memandang kembali minumannya. Kemudian melirik Sarah yang kali ini melanjutkan kembali minumannya yang tadi sisa separuhnya. Wajah wanita itu sekarang terlihat mulai memerah.

Sarah mempunyai toleransi alhokol yang lumayan tinggi. Jadi, hanya satu gelas belum benar-benar dapat membuatnya tepar. Segera saja, setelah Whisky di gelas pertamanya habis, ia segera meminta gelas berikutnya.

"Hai, cepatlah minum! Jangan takut, itu tidak beracun," desak Sarah saat melihat minuman milik Diana yang sama sekali tak tersentuh.

Diana mengangkat tangannya. Meletakkan minuman berwarna kuning aneh itu ke arah hidungnya. Namun tak seperti bayangannya yang mengira bahwa bau minuman itu akan menyegrak dan aneh, justru hanya ada harum lembut disana. Benar-benar berkebalikan dengan pikiran Diana.

Dari baunya si, tidak terlalu buruk.

Gelas kedua milik Sarah segera datang. Wanita itu dengan segera mengambil minumannya. Kemudian menatap Diana yang masih terlihat ragu-ragu untuk meminumnya.

"Ayo, minum bersama! Percayalah, rasanya tak buruk." bujuknya kembali.

Dengan itu, Diana mulai mendekatkan Whisky ke arah bibirnya. Dirinya menatap Sarah yang tanpa ragu menandaskan gelas keduanya. Membuat Diana akhirnya membuka mulutnya perlahan, membiarkan cairan itu memenuhi mulutnya.

Seketika, cairan kuning itu mulai masuk. Menyentuh lidah Diana. Dan Sarah yang melihat itu tersenyum senang.

Rasanya ... entahlan. Diana tak bisa menjelaskannya. Pada awal masuk, cairan ini benar-benar rasa alkohol. Namun kemudian, Itu manis, namun pahit juga. Diana kira awalnya rasanya akan sangat menyengat tenggorokannya, namun minuman ini tak separah itu. Rasanya tak buruk untuk lidah Diana.

"Habiskanlah ...." lontar Sarah ketika melihat Diana yang sudah mulai menikmati minumannya.

Tidak seperti sebelumnya yang tampak lama mengambil keputusan, kini Diana tanpa ragu-ragu memasukkan kembali minuman itu ke tenggorokannya. Menikmati rasa aneh namun menyenangkan yang mulai datang.

"Bagaimana? tidak buruk bukan?" bangga Sarah saat melihat Diana yang sudah menghabiskan setengah gelasnya.

Diana meletakkan gelas itu ke arah meja. Rasanya memang enak, namun baru habis setengah gelas, Diana merasa pusing.

"Tapi, aku sedikit pusing. Apa aku keracunan?" ujar Diana polos sembari memijit kepalanya.

Sarah tertawa lagi. Gelas ketiga kini datang untuknya. Tanpa ragu wanita itu mengambilnya. Kemudian memutar-mutarkan gelas di depan wajahnya. Memandang cairan kuning yang mulai bergoyang.

"Itu proses kesenangan. Minumlah lagi." kelakar Sarah. Kemudian mulai menikmati gelas ketiganya dengan perlahan sembari mengamati sekeliling. Melihat para wanita dan pria yang bercumbu tanpa mengenal tempat. Sarah menampilkan wajah risih melihat itu. Minimal booking kamar dong, dasar kismin.

Walau pusing, Diana kembali mengambil gelasnya yang masih tersisa setengah. Merasa mubazir untuk tak menghabiskannya. Segera, wanita itu meneguk habis Whisky di gelas pertamanya. Membuat pusing yang tadinya melanda semakin membuatnya tak fokus.

Sarah yang sudah lumayan mabuk tetapi masih sadar tersenyum melihat sahabatnya yang tampak sangat rendah toleransi terhadap alkohol. Kini wanita itu menelungkupkan kepalanya pada meja. Benar-benar tidak kuat menahan kepalanya. Diana mulai bercelotoh dengan random.

"B*jingan! Aku mencintaimu, Edwin! Namun mengapa kau ... kau mengkhianatiku ...." Diana mengumpat. Dia sepertinya sudah terlihat benar-benar mabuk hanya dengan 1 gelas Whisky. Karena jika tak mabuk, wanita itu tak akan pernah melontarkan kalimat kasar untuk suaminya.

"Aku ...." Diana mulai menangis di atas meja Club. Namun Sarah membiarkannya. Karena orang-orang disini pun kebanyakan sama dengannya. Menangisi hidup mereka yang berat. Dan akhirnya memilih melupakan masalah mereka di tempat haram ini.

"AKU CINTA KAMU, EDWIN!" Diana tiba-tiba saja berteriak. Namun suara musik yang sangat keras dan sibuknya pengunjung dengan urusan masing-masing membuat Diana tak mendapatkan sedikitpun tatapan. Wanita itu benar-benar bisa meluapkan semua keluh kesahnya tanpa ada cacian karena kebisingan yang dirinya buat.

Melihat Diana yang sudah benar-benar teler, Sarah kemudian berdiri dari duduknya. Wanita itu sempat oleng sebentar karena pengaruh alhokol. Kemudian dengan segenap tenaga, Sarah meletakkan tangan Diana ke atas bahunya. Membopongnya dan berusaha membawa keluar sebentar dari pusat Nelson Club.

Sarah bertujuan untuk meletakkan Diana sebentar di dalam kamar yang sudah di sediakan. Baru setelah Sarah puas bermabukan, wanita itu akan menghantarkan Diana pulang.

Dengan sisa kesadaran dan tenaga yang Sarah miliki. Sarah berjalan menuju sebuah lorong. Melewati lautan manusia yang saling berjoget ria. Bahkan mereka tanpa peduli menyenggol Sarah kesana kemari hingga membuatnya hampir saja tersungkur.

Setelah keluar dari lautan manusia gila, Sarah akhirnya tiba pada sebuah lorong dengan penuh kamar. Wanita itu segera meminta kunci pada penjaga. Menyerahkan kartu debitnya untuk membayar, dan segera membawa Diana yang tampak masih bergumam tak jelas di sampingnya.

"Edwin ... aku men-Hik! Mencintaimu," gumam Diana tak lupa dengan cegukannya.

"Edwin ... aku cantik. Aku jago masak. Aku juga selalu menuruti kemauanmu ... namun mengapa kau tetap menghianatiku?" imbuh Diana dengan tangis yang mulai semakin kencang.

Sarah yang sudah membuka pintu kamar miliknya merotasikan mata mendengar gumaman Diana tentang Edwin.

Dengan segera Sarah meletakkan Diana pada kasur yang telah tersedia. Wanita setengah mabuk itu menarik tangan Diana. Membuat kaki Diana yang tadinya belum berada di atas kasur kini sudah sepenuhnya berada di atas kasur.

Setelah semua tubuh Diana berada pada kasur, Sarah mengambil selimut yang berada di samping bantal. Wanita itu meletakkannya di atas tubuh Diana. Menutupi tubuh Diana yang berpakaian minim bahan. Hingga saat mabuk, dress wanita itu sampai naik-naik. Btw, itu pakaian pilihan Sarah. 

"Aku akan kembali lagi nanti."

Setelah memastikan Diana sudah nyaman. Sarah dengan segera berjalan keluar. Wanita itu sempat sempoyongan. Menabrak Pintu. Kemudian mengutuk benda mati yang tidak bersalah itu.

Sarah mengunci pintu kamar tempat dimana Diana berada dalam pandangan yang tak fokus. Kemudian dengan segera wanita itu berjalan pergi. Tanpa memastikan, apakah pintu sudah benar-benar terkunci.

***

"Dasar manusia jahat!" umpat Diana yang ditujukan untuk Edwin. Wanita itu yang tadinya berbaring segera terduduk. Melemparkan selimutnya ke sembarang tempat. Dan dengan tergesa-gesa berusaha turun dari kasur. Namun naas, dirinya justru terjatuh karena tubuhnya yang memang sudah lemas akibat alhohol.

"Jahat ...," tangis Diana di lantai.

Diana kembali cegukan. Wanita itu melengkungkan bibirnya kebawah. Membuat ekspresi sedih.

"Kamu kira kamu doang yang bisa selingkuh?! Aku juga bisa!" raung Diana.

Wanita itu berdiri. Dengan sempoyongan menuju ke arah pintu. Membuka pintu dengan tenaga yang ia punya.

"Kenapa dunia terus berputar! Aku pusing!" pekik Dian saat jatuh kembali setelah membuka pintu.

Dengan bersusah payah Diana kembali berdiri. Wanita itu berpegangan dengan tembok. Kemudian mengedarkan pandangan pada lorong yang cukup sepi.

"Hik! ... aku mau cari pria yang lebih hot dari kamu, Edwin." lagi-lagi kalimat Diana diiringi dengan cegukan.

Diana tersenyum layaknya orang gila saat melihat seorang pria yang tampak bercumbu dengan wanitanya tak jauh dari posisi Diana sekarang. Dengan segera, masih berpegangan pada tembok, Diana menghampiri mereka tanpa rasa malu. Rasa malu serta akalnya sudah pergi bersama. Kini, Diana sepenuhnya terkendalikan dengan alkohol.

Setelah bersusah payah, Diana akhirnya bisa mendekati keduanya yang tidak menyadari kehadiran Diana. Masih sibuk dengan kegiatan masing-masing. Dimana sang wanita yang terhimpit tembok tampak menciumi leher sang pria yang mengkungkungnya. Walau pria lawan mainnya hanya terdiam saja.

"Hei pria tampan ... mari bersamaku!"

Segera saja, suara Diana menghentikan kegiatan mereka. Sekarang, perhatian mereka beralih pada Diana yang tersenyum dan menatap dalam pandangan sayu.

"Aku ... aku bisa memuaskanmu. Ayo bersamaku! Akan aku buktikan pada Edwin, bahwa aku juga bisa berselingkuh!" ucap Diana ngawur. Lagi-lagi dirinya cegukan. Membuat wanita dan pria itu dengan segera tau bahwa wanita gila yang berada di hadapannya sedang terpengaruh alkohol.

"Ah, lama!"

Dan setelah kalimat merajuk itu, Diana dengan segera menarik pria asing yang berada di hadapannya, yang sedang menatapnya datar, untuk masuk dalam sebuah ciuman.

Diana segera menggerakkan mulutnya. Melumat habis bibir pria asing dihadapannya. Yang tak membalas satupun ciuman tak beraturan milik Diana. Membuat Diana sendiri yang beringgas melahap mulut itu.

"Ehngg ...," Diana mulai mendesah kala merasakan, pria yang tadinya diam saja mulai membalas ciumannya. Kini, tangan pria asing tadi berada pada pinggang dan tengkuk Diana. Memperdalam ciuman dengan Diana. Membuat Diana yang berada dalam pergumulan itu merasakan pusing saat merasa nafasnya mulai habis.

Hampir saja Diana akan benar-benar pingsan jika ciuman itu tidak segera dilepaskan oleh pria didepannya. Untung saja, ia nampak peka dengan keadaan Diana. Ciuman itu segera berakhir dengan terjalinnya air liur di antara mereka.

"Pergi!" perintah dingin dari pria yang saat ini memeluk Diana erat kepada wanita yang tadi sempat menggerayanginya.

Wanita yang berprofesi sebagai penghibur tempat ini menampilkan raut tak suka. Terlebih, pelanggan ini bukanlah orang biasa. Dia bisa mendapatkan uang yang besar.

"Aku tidak mau!" tolaknya. Tak ingin melepaskan tangkapan besar malam ini.

Wanita itu melirik Diana yang terlihat lemas dalam pelukan pria itu dengan tajam, "Pokoknya malam ini tuan hanya bersamaku!" tekadnya. Dia hendak mengambil Diana dari pelukan sang lelaki. Sebelum dengan kasar, ia terdorong keras. Hingga membentur tembok di sampingnya. Dengan segera, wanita itu meringis sakit.

"Pergi dengan segera sebelum aku berubah pikiran dan melenyapkanmu dari dunia ini."

Ancaman dari sang lelaki membuat wanita itu menelan ludahnya takut. Dengan segera dia berdiri. Kemudian menundukkan tubuhnya. Meminta maaf pada lelaki dihadapannya.

"Maat tuan, saya sudah berlebihan. Saya minta maaf." akunya dengan suara bergetar ketakutan.

"Go away!"

Mendengar perintah dingin itu. Sang wanita dengan segera menegakkan tubuhnya. Kemudian membalikkan badan, dan segera berlari menjauh. Meninggalkan Diana sepenuhnya dengan lelaki yang sebelumnya adalah pelanggannya.

Setelah kepergian wanita sewaannya. Lelaki itu kemudian merogoh saku di jasnya. Mengeluarkan kunci untuk kamar yang berada di depannya. Membuka pintu itu dan membawa Diana masuk. Sebelum kemudian kembali menguncinya agar kegiatan pribadinya tidak terganggu.

Diana yang sedang mabuk terus menerus mengumpati Edwin. Tidak mengetahui bahwa dirinya, sedang dalam bahaya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status