Keesokan harinya, Gerry pun mulai dipijat pelan oleh Sang Kyai. Tak ada rasa sakit yang Gerry rasa karena mungkin sarafnya yang masih pada mati rasa. Setelah 1 jam, Kyai pun berhenti memijatnya dan menyuruh mereka semua untuk sarapan lebih dahulu dulu dan akan dilanjutkan kembali nanti. Mereka oun akhirjya sarapan lebih dulu dengan nasi dan ikan asin serta sambal dan lalapan mentimun. Menu sederhana, namun terasa sangat nikmat. Apalagi cuaca teduh dan semilir angin yang masuk melalui celah-celah anyaman bambu mampu menyejukkan suasana saat ini. Setelah selesak sarapan semua dan sambil menunggu waktu, Nata serta keluarga dan juga Gerry nampak berkeliling di sekitar rumah Kyai.Tak jauh dari rumah Kyai itu, terdapat hamparan sawah yang menghijau serta barisan pepohonan di kaki Gunung Gede membuat mata siapa saja yang memandangnya nampak teduh.Beberapa petani nampak sedang menaburkan pupuk ditengah-tengahnya. Sebentar lagi, musim panen akan tiba."
Keesokan paginya, sekitar pukul 09.30 WIB, Gerry pun menelpon Dimas dan menanyakan kebenaran soal kasbon yang dilakukan Vani itu."Heh, kamv*ret! Bisa-bisanya lu nerapin bunga di kantor gua! Mana bunganya gak ngotak pula," gerutu Gerry kesal saat telponnya sudah tersambung dengan Dimas."Orang tuh ucap salam dulu, jangan asal nyerocos bae. Lah, kan emang perusahaan nerapin bunga 10%, terus salah gua dimana?" tanya Dimas tak paham."Lu kasbonin bini gua sepuluh juta dan disuru balikin tujuh belas juta, apa gak gila?!" tanya Gerry dengan nada sedikit membentak."Deh? Emang sepuluh? Lah bukannya lima belas? Bentar gua cek lagi nanti," ucap Dimas dengan tergagap."Kalaupun lima belas harusnya kan cuma enam belas setengah," gerutu Gerry kembali."Hehehe maap," kekeh Dimas disebrang sana."Ya dah, urusin nanti, lagi juga kan Vani gak bener-bener kasbon, tapi duit dari gua langsung. Awas kalo lu tilep lagi," ancam Gerry kemudian."Sans. Eh, bini lu kesini, ntar gua telpon lagi," ucap Dimas l
Vani pun segera bangun dan menghampiri suaminya ke ruang tamu.Ternyata, tadi adalah bunyi tubuh Gerry yang jatuh dari sofa ruang tamu. Posisi Gerry saat itu sedang telengkup dan nencoba meminta pertolongan kepada Vani. Persis seperti anak kecil yang terjatuh dari sofa.Antara kasihan dan kesal yang kini Vani rasakan saat melihat suaminya.Ingin juga dia tertawa karena suaminya kena karmanya telah membuat dia marah. Vani pun segera pergi lagi ke kamarnya dan tak menolong Gerry disana."Dek! Tega banget dia, mah," keluh Gerry sambil mencoba duduk.Susah payah dia akhirnya bisa juga merubah posisinya menjadi duduk.Tak lama Vani pun datang dengan kursi rodanya. Vani pun segera membantu suaminya itu untuk naik ke kursi roda miliknya."Makanya, gak usah bikin istri kesel. Kualat kan jadinya,"oceh Vani sambil mendorong Gerry menuju kamar mereka.Setelah itu,Vani pun membantu merebahkan Gerry di ranjangnya."Iya, iya, maaf. Lagi meskipun aku jujur soal siapa aku, kamu gak akan pernah percay
Keduanya pun kini tengah menikmati sarapan pagi di ruang depan."Kamu gak kerja, Dek?" tanya Gerry kepada istrinya itu."Ngga, Mas. Cape banget rasanya," keluh Vani kemudian.Dia pun mengambil hpnya di dalam kamar, lalu menghubungi Gita dan mengabarinya bahwa hari ini dia tak masuk kerja karena sakit."Ya udah istirahat aja sana kalau masih sakit, mah," titah Gerry dan mendapat anggukan dari Vani."Mas ... kelonin," lirih Vani dengan suara yang manja."Lemes," ucap Gerry singkat.Gerry tau kemana arah pembicaraan Vani itu. Dia sebenarnya ingin, hanya saja dia merasa kasian dengan istrinya dan juga, dia pun sudah mulai merasakan ngilu didaerah kaki-kakinya."Hu'uh payah," gerutu Vani, lalu pergi menuju kamarnya dan kemudian tidur.Setelah memastikan Vani tak ada, Gerry pun akhirnya menghubungi Dimas bahwa hari ini dia jangan kerumah dahulu karena Vani ada dirumah dan tidak bekerja.***Keesokan harinya, setelah Vani pergi bekerja, Dimas pun bertemu dengan Gerry. Gerry memilih waktu di
Keesokan harinya, Dimas datang kembali kerumah Gerry di jam yang sama yaitu jam 09.00. Namun kali ini, dia tidak datang sendiri, tapi bersama seorang wanita muda.Diperkirakan wanita itu seumuran dengan Gerry, hanya saja memiliki tubuh yang sedikit mungil seperti Vani. Mahkotanya saat itu sudah tertutup dengan selembar hijab, membuatnya nampak anggun dan juga berbeda.Gerry menunggu kedatangan kedua tamunya itu di teras depan rumahnya. Mulai hari ini sampai satu setengah bulan kedepan dirinya tak akan pergi terapi lagi, dikarenakan sudah memasuki bulan Ramadhan, dan sang Kyai tak menerima terapi di bulan suci itu."Assalamu'alaikum," ucap kedua orang itu."Wa'alaikumsalam," jawab Gerry sambil tersenyum.Wanita itu pun lalu menghambur kepelukan Gerry. Memeluk Gerry yang saat itu masih terduduk di kursi rodanya. Gerry pun membalas pelukan wanita tadi."Miss you, Ger," bisik wanita itu di telinga Gerry.Tak lama, wanita itu pun terisak dipelukan Gerry. Gerry hanya mendiamkannya saja. Dib
Penampilan Gerry saat itu benar-benar mirip dengan Kemal yang sedikit urakan.Dia pun dibuat takjub oleh keahlian Nawang dalam mengubah dirinya menjadi sosok Kemal. Sekilas memang keduanya mirip, yang membedakan adalah gaya pakaiannya saja, mungkin jika Kemal oub berpenampilan rapi akan sangat benar-benar mirip.Nawang memang benar-benar sudah hapal tentang semua kebiasaan dari Kemal karena mereka sudah berpacaran dari jaman kuliah. Tak hanya itu, mereka pun sudah tinggal bersama selama lima tahun itu, jadi sangat wajar, jika tak mudah bagi Nawang untuk melupakan Kemal begitu saja.***Hari terus berlalu, sampai akhirnya bulan Ramadhan pun tiba. Gerry dan Vani pun memutuskan selama bulan Ramadhan ini keduanya akan berada di rumah orang tua Vani saja karena setelah mulai hidup mengontrak dan memulai terapi, Vani dan Gerry pun tak pernah lagi berkunjung kerumah orang tuanya.Hampir empat bulan lamanya mereka tak lagi berada disana. Sesampai
"Mas! Apa-apaan sih, kamu?!" Seru Vani tampak kesal.Gerry pun lalu menjalankan kursi rodanya kearah Vani dan juga Adel."Amira gak mungkin ngerebut Wisnu dari kamu. Kamu gak usah ngada-ngada dah, Del," ucap Gerry tak terima."Tapi emang bener, Mas, Mas Wisnu emang selingkuh sama Bu Amira," bela Adel meyakinkan Gerry."Mas Gerry kenapa sih? Kaya gak terima banget kalau Bu Amira di tuduh pelakor. Apa jangan-jangan Mas Gerry punya masa lalu sama Bu Amira?" tuduh Vani kepada Gerry."E -- enggak! Aku gak ada apa-apa sama Amira," kilah Gerry."Kalau gak ada apa-apa kenapa harus gak suka kaya gitu," cerca Vani kembali."Ini, Mas, kalau gak percaya," ucap Adel sambil memberikan hpnya kepada Gerry.Sebuah foto Wisnu sedang bermesraan dengan wanita lain yang tampak lebih cantik dan lebih berkelas dibanding dengan Adel."B*bi! Ini bukan Amira, ini Sandra. Awas aja, gua cari
"Dek, kuat yuk, kita siapin kue dan makanan untuk Bude, Pade,Nenek dan Kakek nanti," ajak Adel kepada si jabang bayik.Setelah itu, Adel pun segera keluar kamar dan mulai menata makanan itu di meja ruang tamu. Kebiasaan di rumah Pak Latif adalah setelah Solat Id, mereka akan melakukan sungkem dahulu baru makan ketupat bersama, setelah itu barulah mereka berkeliling. Adel selesai menata makanan berbarengan dengan kedatangan Pak Latif dan juga Gerry disana. Setelah mengucapkan salam, mereka pun lalu bergegas kedalam kamarnya masing-masing, begitu pun dengan Adel.Dia kembali menata hatinya agar terlihat baik-baik saja meskipun hatinya saat itu menangis karena lagi dan lagi dia iri kepada Sang Kakak. Kini, Adel sadar, rasa irinya itu kini membawa kedalam jurang penyesalan yang dalam.***Sementara itu, tak lama Gerry masuk kekamar, Vani pun langsung masuk setelah mengucapkan salam. Dia lalu menutup pintu kamarnya dan memberes