Share

BAB 52 Kerjasama

Penulis: NawankWulan
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-17 20:53:58

[Paman, aku ada sedikit masalah. Kalau paman berkenan, aku pinjam uang 250 juta. Nanti paman bawa saja sertifikat tanah warisan bapak itu, tapi paman harus janji jangan jual tanah itu karena aku akan balikin hutangku]

Adi memijit kening. Dia berharap pamannya bisa membantu masalah ini. Jika lewat bank, mungkin akan banyak yang diurus. Khawatir akan membutuhkan waktu lebih lama, yang dia takutkan jika uangnya nggak cair dalam waktu sebulan.

Belum mendapatkan balasan dari pamannya, Adi justru fokus dengan pesan-pesan dari ibu mertuanya. Adi shock saat membaca deretan pesan darinya. Tak menyangka jika ibu mertuanya itu ikut mencampuri urusan rumah tangganya sampai sejauh ini. Bahkan tega menuduhnya macam-macam.

[Kamu sengaja memanfaatkan Abel untuk membantumu melunasi hutang-hutang itu, Di?! Kalau ibu tahu hutangmu banyak, nggak akan mungkin ibu merestui hubungan kalian berdua. Abel itu anak kesayangan ibu. Sejak dulu ibu berusaha selalu membuatnya bahagia dan kecukupan. Tapi kenapa s
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (4)
goodnovel comment avatar
Cinta Suci
ayo Thor jgn ikutan novel lain ada jebakan segala
goodnovel comment avatar
Harma Putri
iya sama saya jg jd malas,klw sdh ada kejahatan,atau jebakan
goodnovel comment avatar
Fahriani Bidaria
semacam sinetron tv ikan lele itu nih..kalo gak dapet laki yg diinginkan berkolaborasi mnjatuhkan pokoknya gak ada laki lain di dunia
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   Bukti

    Hujan rintik masih turun ketika Ririn berdiri di balik pohon besar yang berada di seberang cafe mewah itu. Tangannya bergetar saat menggenggam ponsel. Matanya tak berkedip menatap ke arah kaca bening yang memamerkan pemandangan dalam kafe. Dan di sanalah, Rama duduk berhadapan dengan Sonia.Rama, suaminya, dengan senyum yang dulu membuat Ririn jatuh hati, kini dia tujukan pada perempuan yang pernah menghancurkan rumah tangganya. Sonia terlihat tertawa kecil, jemarinya nyaris menyentuh tangan Rama di atas meja. Sebuah kotak kecil berwarna merah berbentuk hati diambil oleh Sonia. Binar mata bahagia jelas terlihat saat perempuan itu membuka kotaknya lalu mengambil benda kecil berupa cincin dari dalamnya. Klik! Klik!Ririn memotret, lalu menekan tombol rekam video. Dia pastikan semua momen terekam jelas. Tatapan mesra, senyum penuh arti, bahkan gerakan tangan Rama yang menyentuh punggung tangan Sonia terekam di layar. "Hebat kamu, Mas. Katanya mau berubah, katanya mau memperbaiki hubun

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   Keputusan

    Dimas dan Wicaksono sudah pulang beberapa jam yang lalu, tapi kegelisahan Ririn masih begitu terasa. Wajahnya tampak tak bersemangat. Dia bimbang untuk maju atau diam di tempat. Namun, cerita ibunya dan bukti-bukti yang dibeberkan dua tamunya tadi membuatnya sedikit percaya jika mereka memang bagian dari keluarganya. "Nggak ada salahnya tes DNA, Rin. Kalau memang benar mereka keluargamu, ibu yakin mereka tak akan membuatmu terluka lagi. Ibu percaya mereka orang baik dan tulus. Kalau tidak, mana mungkin sibuk mencari bukti-bukti itu hanya untuk mencari adiknya yang hilang nyaris seperempat abad silam. Ibu juga minta maaf sama kamu karena dulu tak sempat menunggu lebih lama di Jogja. Ibu harus buru-buru pulang karena nenekmu sakit. Mungkin kalau ibu masih di sana beberapa hari lagi, mereka akan menemukanmu. Mereka akan tahu kalau kamu bersama ibu saat itu. Maafkan ibu ya, Rin. Secara tak langsung ibu sudah memisahkanmu dengan keluarga kandungmu sendiri. Ibu benar-benar menyesal," ujar

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   Tawaran Tes DNA

    "Darimana kamu tahu kalau saya punya tanda lahir itu di lengan kiri?" cecar Ririn lagi dengan perasaan tak karuan. Dia benar-benar shock dengan beberapa kejadian yang menimpanya akhir-akhir ini. Belum kelar gugatannya dengan Rama, muncul masalah lain tentang masa lalunya. "Oh, bapak yang memberi tahu mas ini soal tanda lahir saya ya? Pantas saja waktu itu-- "Bukan begitu, Mbak. Bukan sengaja melihat, tapi memang nggak sengaja. Tapi, semua itu juga ada hikmahnya. Saya sudah menyelidiki masa lalu Mbak Ririn dan memang kemungkinan besar adalah adik Mas Dimas ini. Sekarang Mbak Ririn tinggal tes DNA saja jika memang belum percaya sepenuhnya," balas Wicaksono setelah Ririn menghentikan kalimatnya. Ririn menghela napas panjang. Pikirannya kacau. Dia benar-benar tak mengerti karena semua serba dadakan. "Kalau boleh, biar saya bicara dengan ibu Mbak Ririn gimana? Kami menyelediki ini semua bukan untuk macam-macam atau memanfaatkan Mbak Ririn kok. Tapi, untuk kebaikan bersama. Keluarga m

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   Shock

    Suara ketukan pintu membuat Ririn yang sedang melipat pakaian di ruang tamu menoleh. Langkahnya sempat terhenti ketika pintu terbuka, menampilkan sesosok lelaki yang tak asing. Wicaksono tersenyum tipis lalu mengangguk pelan. Di belakangnya, Dimas berdiri dengan mata teduh yang menyiratkan beban besar. Ririn sempat kaget melihatnya karena ini pertemuan pertama mereka. "Assalamu’alaikum .…" Suara Wicaksono dalam, berusaha terdengar tenang."Wa’alaikumussalam." Ririn menjawab pelan, sedikit ragu. Matanya menatap bergantian pada dua lelaki di depannya. "Pak Wicaksono yang tempo hari-- Ririn tak melanjutkan kalimatnya setelah melihat anggukan Wicaksono yang membenarkan pertanyaannya. Ririn mulai tak tenang dan bertanya-tanya kenapa Wicaksono kembali datang dengan lelaki asing pula. Dia percaya ini tak sekadar bersilaturahmi biasa yang pernah dijanjikannya. "Silakan duduk, Pak. Maaf lumayan berantakan karena belum beberes," ujar Ririn lagi. Dia mempersilakan dua tamunya untuk masuk da

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   Amarah Yang Meledak

    Rama menyalakan mesin mobil dengan kasar. Wajahnya tegang, rahangnya mengeras. Di sebelahnya, Bu Rukayah duduk diam sambil sesekali melirik putranya yang mengemudi dengan kecepatan tinggi.Suasana mobil mencekam, hanya terdengar deru mesin dan napas berat Rama yang terdengar seperti mendidih."Apa-apaan ini, Bu?!" Rama akhirnya membuka suara dengan nada meledak. "Kita udah datang jauh-jauh ke sini buat minta maaf, tapi Ririn tetap nggak mau balik! Dia malah ngusir kita!" ujar Rama dengan suara meninggi. "Sabar dulu, Rama. Kita cari cara lain," balas Rukayah mencoba menenangkan."Sabar?! Sampai kapan aku harus sabar, Bu?! Dia masih sah menjadi istriku dan sekarang dia berani nolak aku mentah-mentah?! Di depan muka aku?! Dia pikir paling hebat apa?!" bentak Rama sambil membanting setir.Bu Rukayah memejamkan mata, menahan tangis. "Kalau Ririn nggak mau balik dan tetap bersikukuh memilih cerai, habislah kita, Bu." Rama kembali mengacak rambutnya kasar."Tenang saja. Langit nggak mungk

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   Tutup Buku

    "Jangan sentuh aku, Mas!" Ririn menolak saat Rama ingin menarik lengannya. "Rin … aku mohon. Aku nggak mau kehilangan kamu. Aku janji bakal jadi suami yang bener. Nggak akan selingkuh lagi, nggak akan kasar lagi. Aku siap keluar dari rumah ibu kalau itu yang kamu mau!" Suara Rama parau, hampir menangis.Ririn menatapnya tajam. "Kenapa nggak dari dulu, Mas? Kenapa baru sekarang setelah semuanya hancur? Setelah aku nggak punya rasa lagi? Dan setelah aku berpikir sekian kali sampai akhirnya memilih pergi?"Ririn menarik napas panjang, air matanya jatuh satu per satu. Tapi suaranya tetap tegas."Maaf. Aku nggak bisa balik, Mas. Aku nggak sanggup hidup sama orang yang udah hancurin hatiku berkali-kali. Selingkuh itu bukan salah ketik, Mas. Itu pilihan. Dan kamu udah milih Sonia. Aku tak tahu hubungan kalian sampai sejauh mana. Yang jelas, pesan-pesan kalian begitu mesra bahkan kalian juga sering bertemu. Jangan harap aku bisa percaya lagi. Sekarang, ajak ibu pulang karena aku nggak mau b

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status