Share

BAB 8 Berapa Totalnya?

Author: NawankWulan
last update Last Updated: 2025-04-30 10:59:42

"Halal dan berpahala. Katanya mau mengejar banyak pahala setelah menikah. Mau dicium atau cium di sini," tunjuk Langit ke pipinya.

Wajah Senja memerah seketika. Dia tak menyangka jika laki-laki asing yang kini sah menjadi suaminya itu bisa segampang itu meminta cium. Meski memang sudah halal dan sah sebagai suami istri, Senja masih sangat canggung. Dia heran kenapa Langit tak punya rasa canggung sedikitpun?

"Hitung sampai tiga, oke? Aku yang cium deh."

Senja masih membeku. Dia bahkan seperti manekin hidup yang hanya kedua matanya saja yang tampak berkedip-kedip. Melihat ekspresi dan sikap istrinya sontak membuat Langit terkekeh. Tak lagi menggoda Senja dengan sebuah ciuman, Langit memilih mengacak puncak kepala istrinya sampai tak sengaja membuat hijab merah muda itu terlepas seketika.

Kedua mata Langit membulat seketika saat melihat rambut hitam panjang dengan sedikit bergelombang tergerai indah di depan matanya. Wajah mungil dengan mata indah dan hidung bangir itu seakan terukir beg
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
b3kic0t
nahlo jangan² si Adi modalnya buat nikah ngutang au...au...au....
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   BAB 9 Cibiran Abel

    "Total pengeluarannya berapa, Di? Nggak usah dibagi dua. Aku ada uang, biar aku saja yang menanggung semuanya. Nanti kutransfer ke rekening kamu, gimana?" ujar Langit kemudian.Pertanyaannya itu justru membuat mertua dan adik iparnya itu shock seketika. Namun, Abel segera pulih dari keterkejutannya."Lihat deh, Mas. Belagu banget dia," cibir Abel masih tak percaya jika Langit benar-benar punya uang dan bisa membayar semuanya sendiri. "Totalin semua, Mas. Biar aja dia cari pinjaman. Salah sendiri sok paling berduit." "Benar kata Abel, Di. Totalin semua. Paling juga nggak seberapa dibandingkan acaramu di gedung nanti. Lumayan kan bisa buat tambah sewa perias pengantin atau apa." Susan yang sedari tadi diam pun ikut menimpali."Lang, kalau memang belum punya uang, nggak apa-apa biar Abel sama Adi dulu yang nanggung." Anwar berkata. Dia tak tega jika melihat anak dan menantunya harus cari pinjaman ke sana-sini."Nggak apa-apa, Pak. Saya punya sedikit tabungan. InsyaAllah bisa untuk bayar

    Last Updated : 2025-04-30
  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   BAB 10 Kecurigaan Senja

    "Baju murah atau mahal nggak terlalu penting karena yang utama untuk menutupi aurat," balas Senja santai, tapi justru membuat Abel meradang."Apa maksudmu ngomong begitu, Mbak? Kamu nyindir aku?" tanya Abel sembari meneliti pakaian yang dikenakannya.Abel hanya memakai kaos pendek dengan celana hotpants saat di rumah. Seolah tak peduli jika saat ini di rumahnya sudah ada dua penghuni baru."Siapa yang nyindir, Bel? Aku nggak punya banyak tenaga untuk sindir menyindir.""Dasar sok alim biar disayang bapak." Abel berujar lirih sembari meneguk air di gelasnya sampai setengah bagian.***"Mas, kamu tidur di ranjang ya. Aku tidur di bawah pakai kasur lantai. Kalau berdua di ranjang jelas nggak cukup." Senja tersenyum tipis pada suaminya yang masih duduk di tepi ranjang.Tak berapa lama, kasur lantai itu pun direntangkan di lantai. Senja mengambil sebuah bantal di ranjang lalu meletakkannya di ujung kasur."Kamu yang tidur di ranjang. Aku sudah terbiasa tidur di bawah." Langit menarik pelan

    Last Updated : 2025-04-30
  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   BAB 11 Perdebatan

    Langit terdiam sejenak lalu menghela napas panjang. Rasa kesal, kecewa dan benci itu masih tampak jelas di raut wajahnya yang tampan. Tiga tahun berlalu, tapi rasa itu belum sepenuhnya padam.Langit hanya kecewa mengapa papanya lebih memilih perempuan muda bahkan mantan kekasih anaknya sendiri sebagai pengganti mamanya. Untuk cinta, Langit tak lagi merasakannya. Dia bahkan jijik tiap kali mengingat perempuan itu."Mas, kamu baik-baik saja kan?" tanya Senja lirih. Dia merasa ekspresi suaminya berubah saat menerima pesan beberapa detik lalu. Langit mengerjap lalu kembali seperti semula yang seolah tak terjadi apa-apa."Kamu baik-baik saja, Mas?" ulang Senja."Iya, Sayang. Aku baik-baik saja." Langit tersenyum sembari menaik turunkan kedua alisnya.Tiap kali mendengar sebutan itu, wajah Senja selalu merona. Baru kali ini dia merasakan ketulusan seseorang. Meski belum ada rasa cinta di dalam hatinya karena memang baru kenal bahkan baru bertemu di saat akad nikah tadi, tapi Senja berjanji

    Last Updated : 2025-05-01
  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   BAB 12 Perdebatan (2)

    Mungkin bagi orang lain, kalimat itu cukup mengejutkan. Tapi bagi Anwar kalimat-kalimat seperti itu sudah sering terdengar. Dia paham betul bagaimana karakter istri dan kedua anaknya."Maksud Senja nggak begitu, Bu ...." Anwar mulai bicara, tapi lagi-lagi dipotong oleh istrinya."Nah, kan. Sudah ibu duga kalau bapak pasti belain dia lagi. Cuma dia yang bapak percaya. Mana pernah percaya omongan ibu sama Abel.""Ibu sama Abel sering melebih-lebihkan omongan, wajar jika bapak nggak percaya." Senja menyahut."Memangnya kamu nggak, Mbak? Merasa paling benar?""Senja mau masak dulu, Pak. Ada Mas Langit di sini. Senja mau menyiapkan sarapan dulu," pamit Senja tanpa peduli dengan ekspresi ibu tiri dan adiknya itu."Kamu sengaja mengalihkan pembicaraan kan, Ja?! Dasar anak susah diatur!" sentak Susan lalu melangkah pergi ke kamar mandi.Abel pun kembali ke kamarnya, sementara Anwar dan Langit saling tatap lalu menghampiri Senja di samping kulkas."Maafkan ibu dan adikmu ya, Nak. Maafkan bapak

    Last Updated : 2025-05-01
  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   BAB 13 Perubahan Senja

    "Siapa bilang di sini nggak bayar? Kan Mbak yang bayar cicilan rumah tiap bulan, Bel."Abel tersedak saat menyadari ucapan kakaknya memang benar."Kamu lupa kalau tiga bulan belakangan yang bayar Mas Adi?" Abel tak terima."Itu karena uang Mbak habis buat bayar wisuda kamu, beli kebaya, sepatu dan semua perlengkapannya. Itu saja masih ada yang belum lunas karena kamu minta semua serba baru. Makanya, wajar jika Mbak minta kamu sedikit pengertian buat bantu keluarga. Biaya kuliahmu dari awal sampai akhir itu lumayan menguras kantong, Bel. Masa setelah kerja mau lepas tangan gitu aja.""Mulai perhitungannya kan, Bu." Abel merajuk sembari menuding wajah kakaknya."Kalau benar-benar perhitungan, semua biaya sekolah, kuliah, dan hidup sehari-hari kamu sejak bapak tak bekerja akan Mbak suruh ganti semuanya, Bel. Itu semua nggak sedikit bukan?"Abel semakin meradang mendengar ucapan Senja. Harga dirinya seolah tengah di permainkan hanya karena perkara uang dan itu hal yang paling dibencinya.

    Last Updated : 2025-05-01
  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   BAB 14 Perabotan Baru

    Seperti hari-hari biasanya, Senja disibukkan dengan kegiatan beberes rumah. Menyapu, mengepel dan membersihkan halaman adalah pekerjaan yang tak pernah dia tinggalkan setiap pagi. Tak lupa menyiram beberapa bunga dan tanaman yang sengaja ditanamnya di pekarangan.Setelah itu dia mulai mencuci pakaian. Biasanya, Senja melakukan pekerjaan ini untuk semua penghuni rumah termasuk pakaian Abel. Tapi kali ini dia tak akan lagi melakukan hal yang sama. Pakaian Abel dan Adi yang dimasukkan ke keranjang, sengaja disingkirkannya."Punya siapa, Sayang?" Langit bertanya saat Senja menyingkirkan beberapa potong pakaian itu ke keranjang lain."Punya Abel dan suaminya, Mas. Biar saja dicuci sendiri.""Memang seharusnya begitu, Sayang. Kamu jangan mengalah terus. Adikmu justru akan semakin ngelunjak kalau kamu terlalu mengalah.""Iya, Mas. Sebelumnya kupikir Abel sudah lelah kuliah, makanya nggak masalah jika urusan rumah aku yang handle. Tapi anak itu memang semakin seenaknya."Langit mengusap pungg

    Last Updated : 2025-05-01
  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   BAB 15 Sindiran

    "Siapa yang beli semua ini, Bu? Kenapa dibawa ke sini?" Anwar keluar kamar dengan kursi rodanya."Menantu kita yang beli, Pak. Iya kan, Mas?" Susan masih semringah sembari meminta supir truk dan dua temannya yang lain memasukkan perabot rumah itu ke dalam rumah."Menantu kita yang mana, Bu? Langit atau Adi?""Aduh bapak ini. Ya jelas Adilah, Pak. Memangnya Langit punya uang buat bayar ini semua? Tabungannya paling juga sudah habis buat gantiin acara kemarin. Gaji supir berapa sih, Pak? Nabung puluhan juta begitu pasti harus kerja bertahun-tahun.""Kita nggak kenal siapa Langit, Bu. Baru kemarin juga kan kita bertemu dia. Keluarganya siapa kita juga belum tahu. Jangan suka merendahkan orang lain begitu, apalagi menantu kita sendiri.""Siapa yang merendahkan sih, Pak? Jelas-jelas dia sendiri yang bilang kalau pekerjaannya memang supir.""Susan benar, War. Dari segi mahar saja sudah beda. Masa kamu juga nggak lihat kalau Adi memang semapan itu. Beruntung banget keponakanku dapat suami se

    Last Updated : 2025-05-02
  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   BAB 16 Nasehat untuk Senja

    "Rin, sini ke dapur sama aku. Kita ngobrol-ngobrol, sudah lama nggak ketemu kamu, kangen." Senja melambaikan tangannya ke arah Ririn yang masih berdiri di halaman rumah.Perempuan itu pun mengangguk lalu mengikuti Senja masuk ke rumah. Senja tak lagi peduli dengan obrolan para ibu di depan rumahnya yang terus membicarakan Adi dengan segala kebaikannya.Senja dan Ririn mulai mengobrol di dapur sembari menata beragam sayuran, ayam dan ikan itu ke dalam kulkas. Sesekali terdengar tawa mereka, lalu Ririn menceritakan tentang suaminya yang sedang diPHK."Kalau di tempat suamimu ada lowongan, aku maulah, Ja. Suamiku bisa nyetir mobil kok. Dulu dia sempat jadi supir angkot juga, cuma setelah dapat kerja di pabrik dia resign. Eh sekarang malah kena PHK." Ririn menghela napas panjang."Nanti aku coba tanya Mas Langit ya, Rin. Semoga saja ada lowongan di sana. Kalau belum ada, kudoakan suamimu lekas dapat kerja ya?" Ririn mengaminkan lalu mengucapkan terima kasih.Setelah selesai menata belanja

    Last Updated : 2025-05-02

Latest chapter

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   BAB 28 Balasan Untuk Tasya

    "Izin cium." Langit berujar lirih sembari tersenyum setelah berhasil mencium bibir istrinya. Senja masih membisu. Dia cukup shock mendapatkan kejutan tak terduga itu. "Kalau cuma pelampiasan, nggak akan seperti itu. Aku tulus. Kamu harus percaya itu." Langit membingkai wajah istrinya dengan kedua telapak tangan. Nyaris kembali mencium bibir itu andai Senja tak menutup wajahnya dengan telapak tangan. Langit terkekeh melihat wajah istrinya yang memerah dan terlihat salah tingkah. "Kamu terbiasa begitu, Mas?" tanya Senja setelah Langit kembali membenarkan letak duduknya. "Terbiasa apa? Cium bibir?" "Iya. Itu kan yang baru kamu lakukan." "Nggak terbiasa.""Berarti pernah?" "Pernah dong. Kamu juga pernah kan barusan." "Issh, maksudnya sama perempuan lain." "Hmmm ....""Sama Tasya itu?" tanya Senja ingin memastikan. "Sering? Sudah terbiasa?" cecarnya. "Sekali, dua kali.""Astaghfirullah." "Itu masa lalu, Sayang. Nggak perlu diungkit. Aku juga sudah lupa bagaimana rasanya. Lagipu

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   BAB 27

    "Kenapa diam saja?" Langit bertanya lembut saat sepasang suami istri itu meninggalkan area rumah sakit. "Nggak apa-apa." Senja tak menoleh, dia memilih menatap ke luar jendela. Meski tak ingin membuat suaminya kesal dengan sikapnya, tapi untuk pura-pura baik-baik saja memang tak semudah itu. "Justru nggak apa-apa itu berarti ada apa-apa. Ayo ngomong kenapa diam seperti itu?" Lagi-lagi Langit sengaja pura-pura tak tahu apa alasan istrinya terlihat begitu kesal. "Katanya nggak bisa pulang sampai beberapa hari ke depan. Kenapa sekarang pulang?" "Memangnya nggak suka kalau suaminya pulang? Katanya kangen?" Langit tersenyum tipis, sementara Senja hanya memanyunkan bibirnya. "Sekarang ke salon dulu, gimana?""Mau ngapain ke salon? Dari dulu nggak pernah nyalon," balas Senja lagi. "Justru karena itu, mulai sekarang boleh ke salon kapanpun kamu mau, Sayang." "Nggak ah, nanti duit kamu habis. Kan katanya gaji supir nggak terlalu banyak," sindir Senja sembari melirik suaminya. Langit k

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   BAB 26

    "Kenapa, Mas? Mas Langit sibuk? Nggak balas pesan?" Senja ikut bertanya saat melihat Bayu yang duduk di depannya tampak gelisah. "Mungkin sedang rapat, Mbak. Jadi, handphonenya dimatikan." "Rapat? Oh, seorang supir ikut rapat juga?" sindir Senja sembari menghela napas panjang. Wajah Bayu dan Bagas ikut menegang mendengar sindiran itu. Mereka tahu jika saat ini perasaan Senja memang campur aduk. Tak biasanya dia bicara seketus itu pada mereka. "Gimana?" Bagas menggerak-gerakkan bibirnya agar tak terdengar oleh Senja dan Anwar. Bayu menggeleng pelan sambil bilang," Ceklis satu." Setelah itu keduanya sama-sama menghela napas panjang. Sampai rumah sakit, Senja membantu bapaknya turun lalu duduk di kursi roda. "Makasih sudah mengantar kami, Mas. Pulangnya nggak usah ditunggu atau dijemput, kami bisa pulang sendiri. Sekali lagi terima kasih," ujar Senja sembari sedikit membungkukkan badan. Senyum yang biasanya selalu terlukis di bibirnya tiap kali, kini seolah hilang seketika. Bayu

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   BAB 25

    "Mas kenal dengan perempuan ini? Apa mereka memang punya hubungan dekat sebelumnya?" tanya Senja sembari menunjukkan foto itu pada Bayu. Bayu tercekat. Dia menelan ludah seketika lalu melirik Bagas yang masih fokus pada gagang stirnya. "Kenal, Mas? Siapa dia?" ulang Senja membuat Bayu menghela napas panjang. "Mantan kekasihnya Mas Langit, Mbak. Tapi mereka sudah nggak berhubungan kok. Sudah putus tiga tahun lalu. Mereka-- "Oke, Mas. Makasih infonya ya." Senja menarik handphonenya yang terulur ke arah Bayu lalu kembali menyandarkan badannya ke sofa. Mendengar kata mantan kekasih, pikiran Senja semakin kemana-mana. Senja semakin merasa jauh dan asing karena tak mengenali siapa suaminya sendiri. Jangankan soal hidupnya di masa lalu, bahkan hidupnya saat ini pun Senja tak tahu. Dia hanya bisa meraba-raba, menduga lalu bertempur dengan perasaan dan hatinya sendiri yang tak setuju dengan prasangka itu. Terlalu banyak hal yang mencurigakan dan memang pantas dipertanyakan, tapi tiap kal

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   BAB 24

    "Sarapan dulu, Pak. Setelah ini Senja ajak bapak kontrol ya?" ujar Senja saat menyiapkan sarapan di meja makan. Susan muncul dari kamar sembari membenarkan kuncir rambutnya yang panjang. "Masak apa kamu?" tanya Susan singkat lalu mengambil air dingin di kulkas. "Masak sayur bayam sama ayam goreng, Bu. Ada tempe sama tahu goreng juga itu.""Suamimu nggak pulang semalaman?" bisik Susan semakin penasaran. Senja menoleh lalu menggeleng pelan. "Lihat tuh, Pak. Menantu kesayangan bapak itu benar-benar nggak pulang semalam. Jangan-jangan dia memang punya pekerjaan lain atau-- "Mas Langit memang banyak urusan, Bu. Dia ingin menyelesaikan masalahnya dulu, setelah selesai dia baru pulang. Mungkin sampai beberapa hari ke depan. Ibu tenang saja, semalam Senja sudah tanya soal pekerjaan Mas Langit. Dia bilang kerjaannya halal kok, bahkan dia bersumpah nggak akan kasih istri dan anaknya duit haram. Ibu jangan terlalu banyak pikiran, takutnya tensi ibu naik lagi." Senja menoleh sesaat lalu kemb

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   BAB 23

    "Aku berangkat dulu ya, Bu. Nanti pulangnya kubawakan oleh-oleh deh." Abel berpamitan pada ibu dan bapaknya. Dia bilang mau honeymoon di Bali bersama sang suami. "Jangan iri ya, Mbak. Aku mau honeymoon, sementara kamu malah ditinggal suami kerja. Mau kasihan, tapi gimana namanya cari duit kan nggak apa-apa. Daripada nggak punya duit, nggak ada salahnya kerja meski baru saja akad nikah." Abel kembali melirik sinis lalu menggamit lengan suaminya. "Kamu juga hati-hati, Bel. Jangan terlalu foya-foya, takutnya suamimu banyak hutangnya. Sesuaikan sama pendapatan suami. Jangan besar pasak daripada tiang nanti roboh rumahmu." Senja menyahut. Dia sudah bertekad tak akan mengalah lagi pada adiknya. Terlalu banyak pengorbanannya selama ini, tapi tak sedikitpun dianggap ada. Sudah saatnya memberontak daripada terus diinjak. Senja merasa, sesekali Abel memang harus di-skak. "Mbak! Suamiku nggak seperti suamimu yang supir itu ya!" sentak Abel lagi lalu menoleh pada suaminya yang hanya tersenyum

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   BAB 22

    [Mas, sudah bangun? Hampir subuh] Sebelum adzan subuh berkumandang, Senja sudah mengirimkan pesan pada suaminya. Seolah seperti alarm yang mengingatkannya tentang shalat. Langit meraba handphone yang dia letakkan di atas meja di samping pembaringan. Kedua matanya masih memicing sembari menyalakan lampu utama. Saat melihat pesan dari istrinya, kedua matanya berbinar. Kantuk yang sedari tadi menyelimuti kelopak matanya mendadak hilang seketika. [Baru bangun, Sayang. Dengar pesan dari kamu ini jadinya kebangun. Ada apa, Sayang? Kangen?] Langit membalas pesan itu dengan hati berbunga. Meski dia tahu, Senja belum sepenuhnya mencintainya dan sikap-sikapnya selama ini hanya bentuk baktinya pada suami, tapi Langit yakin dengan ketulusannya hati Senja akan luluh juga. [Sedikit sih, Mas. Jangan lupa shalat subuh berjamaah di masjid ya, Mas. Entah mengapa hatiku sedikit tak tenang. Kamu baik-baik saja di sana kan, Mas?] Lagi-lagi Langit tersenyum saat membaca balasan dari istrinya itu. Har

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   BAB 21

    "Woi! Ngapain kamu di situ?! Keluar!" sentak Langit saat melihat Tasya masuk ke kamarnya lalu menutup pintu rapat. Dia teramat kaget. Baru saja meletakkan handphonenya kembali ke atas meja, tiba-tiba muncul perempuan yang teramat dibencinya itu. Tasya masih berdiri di tempat. Dia tersenyum tipis dan tak mempedulikan perintah Langit barusan. "Keluar kubilang! Jangan gila!" sentak Langit sembari menuding wajah Tasya yang semakin mendekat. Perempuan itu semakin menjadi. Langit benar-benar tak mengerti mengapa perempuan yang dulu dicintainya itu berubah sedrastis ini. Bahkan dia seperti tak mengenali Tasya lagi. Sikapnya berubah. Tak lagi lembut seperti dulu. Tak lagi kalem dan sopan, tapi sebaliknya. Kini Langit mulai berpikir apakah dulu Tasya hanya bersandiwara di depannya, atau memang inilah sifat aslinya? Entah. "Mau ngapain kamu?!" Langit melipat kedua tangannya ke dada sembari menatap lurus ke depan. Tasya tak membalas pertanyaan-pertanyaannya. Wajahnya memerah, marah. Dia ce

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   BAB 20B Godaan Mantan

    "Assalamualaikum, Mas. Kamu beneran nggak pulang malam ini?" Suara merdu Senja terdengar dari seberang. Langit tersenyum sembari memperbaiki letak tidurnya agar lebih nyaman.Sejenak, ingatannya kembali pada saat pertama kali ia jatuh hati pada Senja."Siapa perempuan itu, Gas?" tanya Langit saat pertama kali mengunjungi lokasi pembangunan perumahan yang dikelolanya."Oh itu, Mas. Namanya Senja. Dia jualan di gang depan,” balas Bagas “Biasanya kuli di sini pesan makanan, minuman atau camilan sama dia. Sekarang dia pasti tengah mengantar pesanan.”"Kamu kenal?""Cuma tahu nama saja, Mas. Kebetulan waktu saya ke sini sama supervisor itu, Senja datang membawa beragam gorengan. Makanya saya tahu namanya. Mandor yang bilang," ujar Bagas kemudian. Langit manggut-manggut.Langit masih mengamati Senja dari dalam mobilnya. Perempuan dengan gamis dan hijab lebarnya itu mengucapkan terima kasih saat salah satu pekerja membayar pesanannya."Nanti sore gorengan ya, Mbak.""Baik, Mas. Nanti saya s

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status