Share

Bukan Istri Durhaka

Author: NawankWulan
last update Last Updated: 2025-08-04 22:45:31

"Rin ... buka pintunya! Aku tahu kamu pulang ke rumah ibu kan?!" Akhirnya Rama bersuara. Ketukannya semakin cepat dan meninggi.

"Biar ibu yang buka pintunya. Kamu cuci muka dulu sana. Temui suamimu dan bicara berdua. Ibu nggak akan ikut campur," ujar Susanti pelan sembari mengusap punggung anak perempuannya.

Ririn mengangguk lalu beranjak dari sofa ruang tengah menuju kamar mandi. Dia membasuh wajahnya agar tak tampak air mata yang tadi mengalir ke pipi. Perlahan memejamkan mata, beristighfar lalu menghela napas panjang untuk sedikit menenangkan diri.

Di luar, terdengar obrolan ibu dan suaminya. Ririn belum jua beranjak dari tempatnya berdiri saat ini. Rasanya malas bertemu dengan suaminya, yang bisa dia pastikan hanya akan berakhir dengan pertengkaran seperti biasanya.

"Duduk dulu, Ram. Ibu bikinkan es teh. Cuaca begitu panas hari ini," ujar Susanti setelah menantunya duduk di sofa.

Tak banyak kata, Rama hanya mengangguk. Wajahnya masih memerah menahan amarah, tapi Susanti beru
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (7)
goodnovel comment avatar
Sutiani Jusmono
lanjut thor yg banyak
goodnovel comment avatar
Mutaharotin Rotin
laaannjjuut thor
goodnovel comment avatar
Bunda Kasih
iya betul jadi malas
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   Mati Kutu

    Tangan Bu Rukayah gemetar menekan nama “Rama” di daftar kontak. Panggilan tersambung."Hallo, Bu .…" Suara Rama terdengar santai di seberang."Di mana kamu sekarang, Rama?" Nada suara Bu Rukayah menggelegar."Eh … di luar, Bu. Ada urusan sedikit. Ada apa, Bu? Ibu baik-baik saja kan?" tanya Rama sedikit gugup. Bu Rukayah tak menanggapi pertanyaan anak laki-lakinya itu. Dia justru mencecar dengan pertanyaan lain. "Urusan apaan?! Kamu di cafe sama Sonia, kan?! JANGAN BOHONG SAMA IBU!" teriak Bu Rukayah sampai Ririn terperanjat.Di seberang, terdengar suara Rama terdiam beberapa detik. Dia mendadak linglung, tercekat karena shock dengan pertanyaan ibunya. Rama juga kebingungan mencari balasan."Bu … siapa bilang? Aku--"Lidahnya kelu. Rama menatap Sonia yang ikut gelisah. Wajah perempuan seksi yang sebelumnya semringah dan berbinar itu kini mendadak pucat pasi. Sonia tahu kalau ibu Rama tak menyukainya sejak dulu, apalagi sekarang statusnya sudah menjanda. "JANGAN NGIBUL! Ibu punya bukt

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   Bukti

    Hujan rintik masih turun ketika Ririn berdiri di balik pohon besar yang berada di seberang cafe mewah itu. Tangannya bergetar saat menggenggam ponsel. Matanya tak berkedip menatap ke arah kaca bening yang memamerkan pemandangan dalam kafe. Dan di sanalah, Rama duduk berhadapan dengan Sonia.Rama, suaminya, dengan senyum yang dulu membuat Ririn jatuh hati, kini dia tujukan pada perempuan yang pernah menghancurkan rumah tangganya. Sonia terlihat tertawa kecil, jemarinya nyaris menyentuh tangan Rama di atas meja. Sebuah kotak kecil berwarna merah berbentuk hati diambil oleh Sonia. Binar mata bahagia jelas terlihat saat perempuan itu membuka kotaknya lalu mengambil benda kecil berupa cincin dari dalamnya. Klik! Klik!Ririn memotret, lalu menekan tombol rekam video. Dia pastikan semua momen terekam jelas. Tatapan mesra, senyum penuh arti, bahkan gerakan tangan Rama yang menyentuh punggung tangan Sonia terekam di layar. "Hebat kamu, Mas. Katanya mau berubah, katanya mau memperbaiki hubun

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   Keputusan

    Dimas dan Wicaksono sudah pulang beberapa jam yang lalu, tapi kegelisahan Ririn masih begitu terasa. Wajahnya tampak tak bersemangat. Dia bimbang untuk maju atau diam di tempat. Namun, cerita ibunya dan bukti-bukti yang dibeberkan dua tamunya tadi membuatnya sedikit percaya jika mereka memang bagian dari keluarganya. "Nggak ada salahnya tes DNA, Rin. Kalau memang benar mereka keluargamu, ibu yakin mereka tak akan membuatmu terluka lagi. Ibu percaya mereka orang baik dan tulus. Kalau tidak, mana mungkin sibuk mencari bukti-bukti itu hanya untuk mencari adiknya yang hilang nyaris seperempat abad silam. Ibu juga minta maaf sama kamu karena dulu tak sempat menunggu lebih lama di Jogja. Ibu harus buru-buru pulang karena nenekmu sakit. Mungkin kalau ibu masih di sana beberapa hari lagi, mereka akan menemukanmu. Mereka akan tahu kalau kamu bersama ibu saat itu. Maafkan ibu ya, Rin. Secara tak langsung ibu sudah memisahkanmu dengan keluarga kandungmu sendiri. Ibu benar-benar menyesal," ujar

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   Tawaran Tes DNA

    "Darimana kamu tahu kalau saya punya tanda lahir itu di lengan kiri?" cecar Ririn lagi dengan perasaan tak karuan. Dia benar-benar shock dengan beberapa kejadian yang menimpanya akhir-akhir ini. Belum kelar gugatannya dengan Rama, muncul masalah lain tentang masa lalunya. "Oh, bapak yang memberi tahu mas ini soal tanda lahir saya ya? Pantas saja waktu itu-- "Bukan begitu, Mbak. Bukan sengaja melihat, tapi memang nggak sengaja. Tapi, semua itu juga ada hikmahnya. Saya sudah menyelidiki masa lalu Mbak Ririn dan memang kemungkinan besar adalah adik Mas Dimas ini. Sekarang Mbak Ririn tinggal tes DNA saja jika memang belum percaya sepenuhnya," balas Wicaksono setelah Ririn menghentikan kalimatnya. Ririn menghela napas panjang. Pikirannya kacau. Dia benar-benar tak mengerti karena semua serba dadakan. "Kalau boleh, biar saya bicara dengan ibu Mbak Ririn gimana? Kami menyelediki ini semua bukan untuk macam-macam atau memanfaatkan Mbak Ririn kok. Tapi, untuk kebaikan bersama. Keluarga m

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   Shock

    Suara ketukan pintu membuat Ririn yang sedang melipat pakaian di ruang tamu menoleh. Langkahnya sempat terhenti ketika pintu terbuka, menampilkan sesosok lelaki yang tak asing. Wicaksono tersenyum tipis lalu mengangguk pelan. Di belakangnya, Dimas berdiri dengan mata teduh yang menyiratkan beban besar. Ririn sempat kaget melihatnya karena ini pertemuan pertama mereka. "Assalamu’alaikum .…" Suara Wicaksono dalam, berusaha terdengar tenang."Wa’alaikumussalam." Ririn menjawab pelan, sedikit ragu. Matanya menatap bergantian pada dua lelaki di depannya. "Pak Wicaksono yang tempo hari-- Ririn tak melanjutkan kalimatnya setelah melihat anggukan Wicaksono yang membenarkan pertanyaannya. Ririn mulai tak tenang dan bertanya-tanya kenapa Wicaksono kembali datang dengan lelaki asing pula. Dia percaya ini tak sekadar bersilaturahmi biasa yang pernah dijanjikannya. "Silakan duduk, Pak. Maaf lumayan berantakan karena belum beberes," ujar Ririn lagi. Dia mempersilakan dua tamunya untuk masuk da

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   Amarah Yang Meledak

    Rama menyalakan mesin mobil dengan kasar. Wajahnya tegang, rahangnya mengeras. Di sebelahnya, Bu Rukayah duduk diam sambil sesekali melirik putranya yang mengemudi dengan kecepatan tinggi.Suasana mobil mencekam, hanya terdengar deru mesin dan napas berat Rama yang terdengar seperti mendidih."Apa-apaan ini, Bu?!" Rama akhirnya membuka suara dengan nada meledak. "Kita udah datang jauh-jauh ke sini buat minta maaf, tapi Ririn tetap nggak mau balik! Dia malah ngusir kita!" ujar Rama dengan suara meninggi. "Sabar dulu, Rama. Kita cari cara lain," balas Rukayah mencoba menenangkan."Sabar?! Sampai kapan aku harus sabar, Bu?! Dia masih sah menjadi istriku dan sekarang dia berani nolak aku mentah-mentah?! Di depan muka aku?! Dia pikir paling hebat apa?!" bentak Rama sambil membanting setir.Bu Rukayah memejamkan mata, menahan tangis. "Kalau Ririn nggak mau balik dan tetap bersikukuh memilih cerai, habislah kita, Bu." Rama kembali mengacak rambutnya kasar."Tenang saja. Langit nggak mungk

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status