Home / Rumah Tangga / Suami Dadakanku CEO Tampan / Pilihanku Tak Pernah Salah

Share

Pilihanku Tak Pernah Salah

Author: Kayinkayinn
last update Last Updated: 2023-12-08 08:44:31

Semenjak perjodohannya dengan Dewa dan perpisahannya dengan Haris, Harum terlihat termenung dan menyendiri di halaman belakang rumahnya sembari menatap langit malam yang tak berbintang. Sambil mengenang kembali kenangan manisnya dengan Haris, Harum memandangi sebuah aquarium kecil berisi 2 kura-kura yang masih kecil, pemberian dari Haris saat ulang tahunnya tahun lalu.

"Kenapa, Sayang? Ko, ngelamun?"

Sang ibu yang baru saja pulang bekerja langsung menghampiri anaknya dan duduk di sampingnya begitu melihatnya.

"Mih, apa keputusan Harum sudah tepat untuk memilih berpisah dengan Haris dan menerima perjodohan ini?" Harum menatap wajah ibunya dengan tatapan sendunya.

"Kamu kecewa dengan perjodohan ini, Nak?"

Harum menghela napas pendek dan kembali memandangi kura-kura miliknya dengan mata penuh kerinduan kepada sang pemilik asli kura-kura tersebut.

"Harum putus sama Haris hari ini, Mih. Bahkan, perpisahan ini disaksikan sendiri oleh kak Dewa."

"Dewa? Kalian bertemu hari ini?"

Harum menganggukkan kepalanya. "Iya, Mih. Hari ini, kak Dewa nganter Harum ke kampus. Bahkan, secara tidak langsung kak Dewa sudah bertemu dengan Haris. Kak Dewa juga bilang kalau dia suka sama Harum, Mih. Sejak dulu."

Sang ibu tersenyum kecil begitu mendengar cerita anaknya. Ia kemudian menggenggam kedua tangan anak gadisnya seraya menatapnya dengan lembut. "Dewa memang sudah menyukai kamu sejak dulu, Rum."

Kedua bola mata Harum membelalak. Ia cukup terkejut karena ibunya tahu tentang perasaan Dewa selama ini terhadapnya yang bahkan ia sendiri tidak tahu.

"Jadi, mamih udah tahu?" tanyanya kembali untuk memastikan.

Sang ibu kembali mengangguk seraya menyilangkan kedua kakinya kemudian menatap ke arah langit.

"Perjodohan ini juga terjadi karena memang sejak dulu, bahkan saat kamu masih kecil, Dewa sudah menyukai kamu, Rum. Kamu pasti nggak sadar, yah?"

Harum menggeleng dengan cepat. Ia langsung menarik-narik tangan ibunya seperti anak kecil yang meminta mainan untuk menceritakan lebih banyak tentang Dewa yang selama ini tidak ia ketahui.

"Mih, ceritain semuanya, dong!" rengeknya memohon.

"Cerita soal apa?"

“Soal kak Dewa. Soal perasaan kak Dewa tentang Harum,” katanya lagi.

Sang ibu tersenyum lebar dan kembali mengingat kejadian di masa lalu yang selama ini tidak pernah Harum ketahui.

"Beberapa tahun lalu, saat kamu baru masuk Sma, Dewa pernah datang ke rumah ketemu sama papihmu juga."

"Serius? Buat apa, Mih?" tanya Harum kembali terkejut dan terlihat begitu penasaran.

"Melamar kamu."

Mendengar hal tersebut, Harum terperangah dan tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. Karena begitu penasaran dengan sosok Dewa, sang ibu mulai menceritakan kisah masa lalu yang selama ini tidak pernah Harum ketahui.

6 tahun yang lalu . . .

"Nak Dewa?" seru ibunda Harum begitu ia membuka pintu, ada sosok pria tinggi tegap berkacamata berdiri di depan pintu rumahnya. Pria tersebut adalah Dewa yang tiba-tiba saja datang berkunjung ke rumahnya.

"Sore, Tante. Apa kabar?" katanya tersenyum ramah seraya mencium telapak tangan wanita paruh baya di hadapannya itu.

"Baik, kamu sama siapa ke sini?"

"Sendirian aja, Tan. Sekalian main, sekalian silahturahmi juga sama tante Ratna dan juga om Galih."

"Masuk, De," turur ibunda Harum mempersilahkan tamunya untuk masuk. "Pih, ada tamu spesial, nih!" teriak ibunda Harum memanggil suaminya.

Begitu di panggil istrinya, sang suami muncul dari lantai 2, kemudian turun ke lantai dasar seraya menuruni anak tangga begitu melihat tamu spesialnya sudah berada di ruang tamu bersama istrinya.

"Nak Dewa, apa kabar?" sapa ayahanda Harum yang langsung menghampiri Dewa dan juga istrinya yang berada di ruang tamu.

Begitu melihat sosok ayahanda Harum muncul, Dewa yang tadinya sedang duduk langsung berdiri kembali dan menghampiri beliau seraya mencium telapak tangannya kemudian memeluknya.

"Baik, Om Galih. Gimana kabar om sendiri?"

"Baik, om sangat baik. Ada apa kamu ke rumah kami? Tumben banget loh kamu ke sini. Om sampai kaget kamu bisa juga berkunjung ke rumah kami," katanya menjawab seraya mempersilahkan tamunya untuk kembali duduk begitu ia sudah duduk terlebih dahulu.

"Dewa ke sini tuh ada maksud sih, Om. Mau ada yang di bahas dan di rundingkan sama om Galih juga tante Ratna."

"Apa itu?" tanya Galih terlihat penasaran.

Dewa terlihat begitu gugup. Saking gugupnya, ia beberapa kali terlihat membenarkan kacamatanya sampai asisten rumah tangga di rumah tamu kehormatannya pun datang membawa minuman.

"Di minum, De," turur Ratna mempersilahkan tamunya untuk meminum jamuan darinya.

"Iya, makasih tante," katanya terlihat gugup.

Dewa mulai mengambil cangkir berisi teh yang sengaja di hidangkan untuknya. Begitu mulai meminum teh tersebut, setidaknya ia mulai merasa tenang dan kembali terlihat santai.

“Kedatangan Dewa kali ini ke sini, tanpa mengurangi rasa hormat Dewa kepada om dan juga tante, Dewa cuma ingin menyampaikan beberapa kalimat yang mungkin sebenarnya ingin om dan tante dengar.”

“Apa itu?” tanya Galih seraya memandangi wajah Dewa dengan ekapresi wajah yang terlihat serius.

"Jujur saja om, Tan, Dewa sebenarnya sudah tahu kalau om dan tante menjodohkan Dewa dan juga Harum saat kalian baru saja menikah, bahkan sepertinya sebelum Dewa lahir. Karena mamah sama papah sendiri bilang, kalau mereka berteman baik dengan om dan juga tante dari kalian masih kuliah."

Begitu mendengar apa yang dikatakan Dewa barusan, sontak Galih dan Ratna tersenyum lebar.

"Lalu apa responmu?" tanya Galih kembali begitu mendengar penuturan anak muda yang duduk di hadapannya itu.

Dewa tersenyum malu-malu. Ia kembali membenarkan kacamatanya setiap kali ia gugup. Dewa juga menundukkan kepalanya sejenak namun kembali menatap wajah Galih dengan penuh rasa percaya diri.

"Awalnya, Dewa merasa ini sangat konyol. Tapi, lama-lama Dewa sadar kalau Dewa menyukai anak tante dan juga om."

"Semudah itu? Padahal, kalian kan jarang ketemu, loh. Usia kalian saja terpaut 12 tahun. Memangnya, Dewa mau nikah sama anak kecillah yah istilahnya," tukas Ratna yang hanya di balas senyuman oleh Dewa.

"Apalah arti sebuah umur, Tan. Kalau sudah suka ya nggak mandang usia. Lagi pula, nggak semudah itu juga Dewa suka sama anak tante dan juga om. Semua kan mengikuti proses. Mungkin, usia kami terpaut sangat jauh, mungkin juga semua ini berawal dari keisengan orang tua Dewa dengan tante dan om saat masih muda dulu yang sangat ingin menjodohkan anak-anaknya kelak di masa depan."

Dewa kembali membenarkan kacamatanya. Sementara Galih, ia mengambil cangkir berisi kopi miliknya kemudian meneguknya. Sementara Ratna sendiri, ia terlihat menunggu dan mendengarkan dengan serius dengan apa yang diucapkan oleh anak muda di hadapannya itu.

"Tapi," lanjut Dewa kembali. "saat kami masih kecil dulu, Dewa kan sering banget berkunjung ke rumah tante dan juga om sambil menemani Harum bermain. Mungkin saja, Harum tidak ingat karena saat itu usianya juga masih kecil banget," katanya yang terlihat sedang bernostalgia mengenang masa kecil.

"Dewa tahu nggak, om sama tante Ratna aja dulu menikah di usia yang terbilang ya sudah tualah, yah. Karena kami berdua ini sibuk berkarir. Saat itu, kami belum kepikiran juga untuk menikah. Mana tante aja sempet kosong 7 tahun kan setelah menikah, sampai udah ngerasa di titik pasrah saja karena belum isi-isi juga. Kalau saja nggak kosong lama, mungkin kalian usianya nggak akan sejauh seperti sekarang ini. Tapi, semua ini kan sudah rencana dan takdir Tuhan. Ya, kan?"

Dewa menganggukkan kepalanya begitu mendengar sekilas cerita pernikahan Ratna dan juga Galih.

"Apa karena dulu sering main sama Harum terus nemenin dia waktu kecil, makanya Nak Dewa jadi suka sama Harum?" tanya Galih kembali yang terlihat penasaran.

Dewa kembali tersenyum tipis. "Dulu, Dewa cuma menganggap Harum adek, Om. Tapi, ada satu kejadian saat Harum ulang tahun yang ke-8 kalau nggak salah. Mungkin, Harum lupa kali yah kalau dulu dia pernah ngajak Dewa menikah. Secara nggak langsung dia ngelamar Dewa, Om," katanya tersenyum malu-malu begitu mengingat kejadian tersebut.

"Serius?" tanya Galih kembali tak percaya.

"Iya, sejak saat itu, Dewa nggak pernah lupa akan lamaran isengnya itu. Lama-lama, saya kepikiran juga Om. Terus, saya ketemu lagi sama Harum di acara bakti sosial di salah satu panti asuhan. Ternyata, gadis yang pernah melamar saya dulu sudah beranjak dewasa dan tumbuh menjadi gadis yang cantik, pribadi yang cerah juga berhati lembut. Sejak saat itu, Dewa memutuskan ingin menikahinya jika dia sudah beranjak dewasa nanti," katanya yang terlihat penuh harapan dan seperti sedang meminta izin kepada Galih dan Ratna untuk mencintai anaknya.

"Jadi Om, Tan, izinkan Dewa untuk menikahi Harum jika dia sudah dewasa nanti. Walaupun harus menunggu lama, Dewa siap untuk menunggu. Karena Dewa yakin dan tak pernah salah dengan pilihan Dewa saat ini."

Deg!

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Suami Dadakanku CEO Tampan   Hubungan yang Semakin Intim

    Malam hari itu, cahaya senja memancar memasuki jendela rumah Harum dan Dewa. Ruangan itu dihiasi dengan bunga segar yang menyebar wangi dengab lembut. Setelah kejadian di kantor tadi siang, Dewa dengan senyum lembut di wajahnya, menciptakan suasana makan malam yang indah dan romantis di tengah-tengah rumah mereka. Meja makan mereka terhias dengan kain putih yang elegan, piring-piring cantik, dan lilin-lilin kecil yang menyala dengan lembut. Malam hari ini Dewa sengaja menciptakan makan malam romantis, sebagai tanda permintaan maafnya dan kesungguhannya atas rasa cintanya kepada istrinya itu."Harum, aku ingin membuat malam ini istimewa. Aku ingin kita merayakan hari ini bersama, baik sebagai pasangan maupun sebagai rekan bisnis yang sukses. Ayo duduk, makan malam kita sudah siap."Harum terkesima dengan keindahan yang dibuat suaminya, dengan hati yg berdebar-debar ia duduk dengan lembut di kursi yang telah disiapkan sang suami. Dewa yang begitu perhatian dan romantis, membuat hati Ha

  • Suami Dadakanku CEO Tampan   Percikan Api

    "Hay, Martin. Sudah lama yah kita tak berjumpa!" katanya menyapa ramah, dengan sorotan matanya yang terlihat bersahabat, dan merindukan sosok pria bernama Martin itu."Jesika? Sedang apa kau ada di sini?" Martin membelalak.Kedua bola matanya membulat tajam dengan sempurna. Ia terlalu terkejut begitu melihat sosok perempuan tinggi semapai, dengan rambut bergelombang kecoklatan itu, tiba-tiba saja membuka pintu dan masuk ke dalam ruang kerja Dewa.Perempuan cantik bernama Jesika itu melangkahkan kakinya berjalan menghampiri Martin, bersama dengan Gladis yang berada dibelakangnya."Dia jadi brand ambassador new brand fashion milik perusahaan Dewa bersamaku. Bagaimana kabarmu, Martin?" tanya Gladis sambil mengulurkan tangannya.Martin tersenyum dan membalas uluran tangan Gladis. "Aku baik, bagaimana kabarmu?""Nice. Kapan kamu kembali ke Indonesia?" tanyanya kembali dan sedikit melirik ke arah Dewa yang sejak tadi hanya diam saja dan tampak kaku."2 hari yang lalu," tutur Martin menjawab

  • Suami Dadakanku CEO Tampan   Inovasi Baru

    Hari itu, Harum membantu Dewa seharian penuh di perusahaannya. Dengan kemampuan yang ia miliki dan mengerti sangat jelas tentang dunia fashion dan desain, ia berada di ruang rapat bersama tim riset dan tim desain perusahaan Dewa. Mereka semua tampak sibuk mempersiapkan acara peluncuran brand baru fashion yang akan menjadi tonggak bersejarah bagi perusahaan Lumiere Mode."Wah, koleksi ini sudah sangat bagus, tapi saya punya ide untuk sedikit mengubah dan memperbaharui desainnya," ujar Harum sambil melihat-lihat desain fashion milik perusahaan suaminya."Tentu, Ibu Harum. Kami sangat terbuka dengan saran dan ide Anda. Bagaimana Anda ingin merubahnya?" tanya salah satu tim desain."Pertama, saya pikir kita bisa menambahkan sedikit sentuhan warna yang lebih cerah. Mungkin dengan menambahkan aksen warna cerah seperti kuning, merah, atau biru pada beberapa busana, ini akan membuat koleksi kita lebih menarik dan mencuri perhatian," katanya memberi saran."Itu ide yang bagus. Warna cerah bisa

  • Suami Dadakanku CEO Tampan   Elysian

    "Ini tidak mungkin terjadi! Bagaimana bisa Startlight menciptakan brand yang sangat mirip dengan brand baru kita? Ini bisa mengacaukan peluncuran kita nanti!" seru Dewa dengan ekspresi terkejut dan rasa cemas begitu ia sampai di ruang meeting, ketika pagi tadi dihubungi oleh sekertarisnya, untuk segera datang ke kantor."Kami juga sangat terkejut dengan situasinya. Kami sedang menyelidikinya untuk melihat, apakah ada pelanggaran hak cipta yang terjadi. Namun, sepertinya mereka telah menemukan celah dalam sistem perlindungan kita, Pak," tutur Ria menjelaskan.Dewa menggenggam tangannya dengan ketat, ekspresi wajahnya terlihat kecewa dan amarahnya sangat terlihat diwajahnya."Ini benar-benar tidak masuk akal. Peluncuran brand baru kita adalah langkah besar bagi perusahaan kita.""Kami sepenuhnya memahami, Pak. Kami sudah memeriksa legalitas desain dan nama merk kita, dan kami meyakini bahwa kita memiliki hak yang sah atas brand ini. Namun, kita harus mencari tahu langkah apa yang harus d

  • Suami Dadakanku CEO Tampan   Sarapan Romantis

    Pagi yang cerah menyambut Harum dan Dewa, sepasang pengantin muda yang baru saja bangun tidur. Matahari terbit dengan lembut, menerangi kamar mereka yang dipenuhi dengan cahaya hangat. Harum membuka matanya perlahan dan tersenyum melihat Dewa yang masih terlelap di sampingnya.Ah, pagi yang indah," tutur Harum pelan begitu membuka mata dari mimpi indahnya, serta menggaruk-garuk ke dua matanya sambil tersenyum lebar. "Selamat pagi, Sayangku. Sudah siap menyambut hari yang penuh kebahagiaan?" ucap Dewa lembut sambil memandangi wajah istrinya yang berbaring disampingnya, kemudian memeluk istrinya dengan mesra.Harum tersipu malu begitu suaminya memeluknya dengan mesra. Rasanya sangat aneh, seperti mimpi ia telah resmi menjadi istri sah dari seorang CEO muda dan tampan seperti Dewa. "Pagi, Sayangku. Aku selalu siap menghadapi hari yang cerah seperti ini," sahutnya sambil membalas pelukan suaminya, kemudian bermanja-manja dalam pelukan suaminya itu."Oya, bgaimana kalau kita memulai hari

  • Suami Dadakanku CEO Tampan   Kejutan Harum

    "Martin? Sedang apa kau di sini?" Pria berbadan tinggi tegap itu datang menghampiri Dewa. Begitu jarak ke duanya cukup dekat, ia tiba-tiba saja mengulurkan tangannya seraya tersenyum lebar."How are you, Dewa?""Fine. Long time no see, Martin!" serunya sembari membalas uluran tangan pria bernama Martin itu kemudian memeluknya dengan erat, "jadi, kapan lo balik ke Indonesia?" tanyanya begitu mereka berdua berada di ruangan kerja Dewa."Hm, yesterday the day after. How?" tanya Martin yang membuat Dewa bingung."Bagaimana apanya?" Dewa mengernyitkan keningnya bingung."Life after marriage?"Dewa tertawa lebar. Ia melipat ke dua tangannya kemudian menatap Martin, sepupunya yang sudah lama tinggal di New York dan baru saja kembali lagi ke Indonesia."Kenapa lo tertawa? Apa pernikahanmu tidak menyenangkan?" tanya Martin dengan mata menyelidik."It's fun. It's amazing and just what i imagined all along. Menyusullah kalau sudah ada pasangan," tutur Dewa menggoda sepupunya.Martin hanya terta

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status