Karena ingin keluar dari permintaan kolot orang tua masing-masing, sepasang sahabat melakukan tindakan yang dianggapnya terbaik dan sama-sama menguntungkan. Tindakan tersebut akan mengikat mereka seumur hidup, meski keduanya belum mempunyai cinta–layaknya sepasang kekasih. Seiring kebersamaannya, benih-benih cinta di antara Andri dan Zelda pun tercipta, sehingga membuat keduanya sulit terpisahkan. Apalagi dengan adanya kehadiran buah atas tindakan yang mereka ambil. Cinta itu milik semua orang, termasuk sepasang sahabat seperti kita–Zelda Kinarya Pagory. Meski awalnya kita sepakat bahwa tindakan ini hanya sebagai pelarian, tetapi kenyataan berkata lain. Lambat laun aku memiliki rasa berbeda kepadamu. Bukan rasa sekadar seorang sahabat, tetapi lebih dari itu. Rasa yang membuatku enggan berpaling darimu, melainkan keinginanku untuk selalu bisa menjadi pelindungmu–Andri Saputra Himawan.
View MoreLaki-laki bertubuh tinggi tengah gelisah menanti keluarnya wanita yang masih berada di kamar mandi melakukan tes urine. Hasil tes tersebut sangat menentukan salah satu hidup dari mereka sebulan lagi. Keduanya sangat berharap, hasil yang diperlihatkan oleh test pack sesuai keinginan mereka selama ini. Keinginan yang akan menjadi juru selamat untuk hidup keduanya ke depan. Bukan hanya itu, bahkan mereka akan terhindar dari hubungan dan ikatan yang dipaksakan.
Perhatian laki-laki yang sedari tadi mondar-mandir teralihkan ketika mendengar handle pintu kamar mandi diputar dari dalam. Dia mengernyit saat menatap wanita yang keluar juga terlihat gelisah seperti dirinya. “Apakah hasilnya tidak sesuai harapan?” batinnya menerka. “Zel, bagaimana?” tanya laki-laki bernama Andri dengan tidak sabar.
Bukannya menjawab, Zelda malah menyerahkan benda pipih di tangannya dengan santai kepada Andri. Dia berjalan menuju ranjang dan segera merebahkan tubuhnya. Tangannya dengan cepat menarik guling dan memeluknya untuk memperoleh kenyamanan raga serta jiwanya.
Meski sedikit kesal terhadap partner sekaligus sahabatnya karena pertanyaannya diabaikan, tapi Andri segera melihat benda pipih di tangannya untuk mengetahui hasil yang diperlihatkan. “Garis dua,” gumamnya.
Andri berjalan menghampiri nakas di samping ranjang dan mengambil kemasan test pack yang masih tergeletak asal di atasnya. Tanpa menunggu lagi, dia pun segera membaca keterangan mengenai garis dua yang ditunjukkan oleh test pack tersebut. “Berarti, kini Zelda tengah …?” Andri kembali bergumam setelah mampu mengambil kesimpulan dari keterangan yang dibacanya. Dia menatap wanita yang tengah memeluk gulingnya dengan erat.
Andri menarik sudut bibirnya ke atas karena hasil yang diperlihatkan test pack sesuai harapan, tapi dia ingin memastikannya lebih jelas kepada Zelda. “Zel, bangunlah dulu. Kita harus segera memastikannya ke dokter.” Andri menepuk pelan bahu Zelda yang berbaring memunggunginya.
Zelda mengendikkan bahu karena tidak terima acara tidurnya diganggu. “Nanti saja, An. Aku masih mengantuk.” Zelda menepis tangan Andri yang masih bertengger di bahunya.
Andri memutar bola matanya mendengar tanggapan Zelda. Dia menyeringai setelah ide jahil terbesit dalam benaknya. Tanpa aba-aba, dia membalikkan tubuh Zelda yang masih setia memeluk guling. Seringaiannya semakin lebar saat melihat Zelda bergeming atas tindakan lancangnya. Dengan gerakan cepat dia menjatuhkan diri di depan tubuh Zelda, dan menarik paksa guling tersebut serta melemparkannya.
“Andri!” hardik Zelda saat pelukannya pada guling terlepas, dan digantikan oleh tubuh Andri. Dia menatap horor laki-laki yang kini mendekapnya sambil menyeringai.
“Daripada memeluk guling itu yang jelas-jelas tidak bisa memberikanmu kehangatan, mending peluk aku saja. Aku berlipat-lipat lebih bisa memberi tubuhmu kehangatan sehingga membuat tidurmu semakin merasa nyenyak dan nyaman.” Andri mengeratkan dekapannya pada tubuh Zelda.
“Andri, lepas!” Zelda meronta agar tubuhnya bisa terlepas dari dekapan sahabatnya berbagi kehangatan.
Bukannya mengindahkan permintaan Zelda, Andri malah semakin erat mendekap tubuh di depannya. “Akan aku lepaskan jika kamu mau ke dokter untuk memeriksakan benihku yang telah berkembang di sini,” ujar Andri lembut sambil mengelus perut rata Zelda dari luar pakaiannya dengan sebelah tangannya.
Zelda berhenti meronta setelah mendengar ucapan lembut Andri. Kini dia mengamati mata teduh di hadapannya yang tengah menatapnya intens. “An, apakah jalan yang kita ambil ini benar? Apakah hanya ini jalan satu-satunya untuk kita lepas dari permintaan kolot orang tua masing-masing?” tanya Zelda saat menelaah tindakannya bersama Andri.
Andri melepaskan dekapannya dan mengubah posisi berbaringnya menjadi telentang. Dia mengembuskan napas sebelum menjawab pertanyaan Zelda yang juga menjadi tanda tanya dalam benaknya. “Zel, ditanyakan ke mana dan kepada siapapun, pasti tindakan kita tidak ada benar-benarnya. Membuatmu harus mengandung benihku dulu baru kita menikah, itu sangat tidak dibenarkan oleh siapapun. Jujur, aku sudah kehabisan akal dan cara untuk menghadapi orang tuaku yang tetap memaksakan kehendaknya padaku. Aku yakin kamu juga seperti itu, bahkan mungkin lebih dari yang kualami dan rasakan, mengingat perangai ibu tirimu.”
Zelda mengikuti posisi telentang Andri. Dia memejamkan mata saat Andri mengatakan keberadaan ibu tirinya. “Benar juga katamu, An. Aku diperlakukan layaknya boneka di rumah itu. Bahkan argumenku sedikit pun tidak pernah dipedulikan oleh mereka, terlebih Papaku. Semua keputusan yang mereka ambil merupakan titah mutlak untuk aku turuti.” Zelda menyusut cairan yang mulai mengganggu sudut matanya.
Andri menoleh saat mendengar suara serak di sampingnya. Dia kembali memosisikan tubuhnya berbaring menyamping. Dengan lembut dia menarik tubuh Zelda agar kembali berhadapan. “Sudah, jangan diteruskan. Terpenting sekarang, dengan keberadaan janin ini di rahimmu hidup kita akan berubah dan terbebas dari kekangan mereka,” Andri menenangkan sambil ikut menghapus cairan yang telah lancang keluar dari sudut mata Zelda.
“An, bagaimana jika tindakan kita ini tetap tidak berhasil?” Zelda menatap lekat mata laki-laki yang telah membuahi rahimnya saat menyuarakan ketakutannya.
“Kita tetap akan menikah, Zel. Aku tidak mau anak kita terlahir tanpa pernikahan. Kamu tidak usah mencemaskan itu. Meski bukan sepasang kekasih, tapi kita tetap harus menjadi pasangan suami istri untuk masa depan janin ini. Oleh karena itu, sebaiknya kita segera ke dokter untuk memastikan keadaan calon anakku ini. Ayo, bangun,” Andri menjelaskan. Setelah Zelda mengangguk, dia langsung menarik tangan calon ibu dari anaknya agar mengikutinya bangun.
“Kita harus mempersiapkan diri untuk kemungkinan terburuk atas tindakan ini dari orang tua masing-masing,” Zelda mengingatkan setelah duduk mengikuti Andri.
Andri mengernyit. “Contohnya?” tanya Andri dan menahan tangan Zelda yang ingin menuruni ranjang.
Zelda mengecup sudut bibir Andri. “Pengusiran dan dicoret dari daftar keluarga masing-masing,” jawabnya seraya tertawa sumbang.
Andri menimpali tawa sumbang Zelda. “Semoga saja tidak sampai sejauh itu.” Andri mengecup balik bibir Zelda. Dia mengangkat Zelda dan mendudukkan di pangkuannya. “Rasanya sekarang aku ingin menunda mengajakmu ke dokter dulu,” bisiknya dan mulai mengecup bawah telinga Zelda.
Zelda menyeringai dan ingin membalas tindakan usil Andri, apalagi saat ini dia merasakan suatu benda telah mengeras di bawah bokongnya. Dengan sekali sentakan Zelda mendorong dada Andri sehingga membuatnya kembali telentang. Secepatnya dia turun dari pangkuan Andri dan ranjang.
“Ayo, kita ke rumah sakit sekarang saja. Sekalian makan siang, perutku sudah lapar.” Zelda menahan tawa saat melihat reaksi wajah kecewa Andri yang tidak bisa menyalurkan hasratnya.
“Akh, Zelda! Tunggu pembalasan dariku,” Andri menggeram saat melihat Zelda kembali memasuki kamar mandi. Apalagi kini dia mendengar Zelda terbahak di dalam kamar mandi.
“Zel, aku harap tindakan kita merupakan yang terbaik dan membuat orang tua masing-masing menyadari keegoisannya selama ini,” Andri membatin setelah duduk di pinggir ranjang.
Zelda yang sedang menduduki kursi malas di pinggir kolam renang sambil menyusui Edgar tertawa saat melihat Andri mengusili Kevin. Gara-gara terganggu oleh tawa renyah Papa dan Kakaknya, Edgar yang tadinya telah terbuai menjadi berhenti menyusu. Balita enam bulan tersebut kini malah menoleh ke arah kolam renang, tak lama kemudian Edgar pun ikut tertawa. Sejak kemarin siang Zelda bersama Andri dan kedua jagoan mereka telah berada di vila milik keluarga Pagory di daerah Ubud untuk menikmati liburan. Vila yang dulu menjadi saksi bisu pernikahan mereka. Andri sengaja mengajukan cuti selama seminggu dari kantor Luan agar bisa melepas penat bersama keluarga kecilnya setelah menyelesaikan tumpukan tanggung jawabnya.“Ed belum selesai menyusu?” tanya Andri yang sedang mengajari Kevin berenang.Zelda menjawabnya dengan gelengan kepala. “Gara-gara tawa kalian, dia menjeda aktivitasnya menyusu,” beri tahunya sambil mengusap pipi mulus Edgar yang kini sudah
Zelda yang baru saja selesai memoleskanlipstickberwarnapeachpada bibirnya menoleh ketika mendengar pintu kamarnya dibuka dari luar. Dia hanya menyapa dengan senyuman laki-laki gagah yang memasuki kamarnya sambil menggendong balita. Kedua laki-laki berwajah sangat mirip, tapi beda generasi tersebut sudah berpenampilan rapi. Dia kembali mengalihkan perhatian ke arah kaca rias di hadapannya demi memastikan penampilannya sendiri untuk terakhir kalinya.“Belum selesai?” Andri bertanya setelah berdiri di samping Zelda. “Mamamu cantik sekali ya, Sayang,” imbuhnya pada Kevin di gendongannya saat melihat penampilan Zelda melalui pantulan kaca rias.“Jika aku tidak cantik, mana mungkin dulu kamu bersusah payah mempertahankanku agar kita tetap hidup bersama,” Zelda menanggapinya sambil terkekeh. “Ayo berangkat, aku sudah selesai,” ajaknya setelah mengambilclutchyang tadi
Di tengah kesibukan Andri yang kembali beraktivitas di perusahaan sejak beberapa bulan lalu, laki-laki tersebut tetap mempunyai waktu bersama keluarga kecilnya, terutama saatweekenddan hari libur. Seperti hari ini, dia menemani Zelda membeli kebutuhan mereka dan sang buah hati disupermarket. Zelda meminta bantuan Zara untuk menjaga Kevin yang masih terlelap di apartemen Andri. Jagoannya tersebut kini telah berusia satu tahun.Sejak usia Kevin empat bulan, Andri dan Zelda kembali tinggal di Denpasar. Alasannya karena Luan masuk rumah sakit dan harus mendapat perawatan setelah tiba-tiba pingsan sepulangnya dari kantor. Dari hasil pemeriksaan dokter, penyebab kondisi Luan seperti itu karena kelelahan dan kurang beristirahat. Setelah mempertimbangkan dengan matang, akhirnya Andri memutuskan untuk kembali tinggal di Denpasar agar Zelda juga bisa merawat Luan yang tengah sakit. Bahkan, untuk mengurangi beban pikiran Luan dan agar fokus pada keseh
Dulu rumah sederhana yang ditinggali hanya berdua, kini sudah diramaikan oleh tangis bayi. Zelda dan bayinya sudah kembali ke rumah seminggu yang lalu. Sejak kepulangannya dari klinik bersalin, Zelda meminta bantuan Bi Rani agar mengajarinya memandikan bayi. Setelah melihat cara Bi Rani beberapa kali memandikan anaknya, kini Zelda sudah bisa melakukannya sendiri.“Zel, Papamu berkunjung,” Andri memberitahukan kedatangan mertuanya kepada Zelda yang tengah duduk sambil menyusui anaknya usai dimandikan. Dia berjongkok di hadapan Zelda.Zelda mengangguk. “Kamu temani dulu Papaku. Setelah Kevin tidur, aku akan menyusulmu,” ucapnya pelan agar anak di pangkuannya yang baru memejamkan mata tidak terganggu oleh suaranya.“Baiklah,” balas Andri tanpa mengalihkan tatapannya dari bibir mungil Kevin yang masih menyesap pabrik ASI istrinya.“Cepat keluar!” usir Zelda ketika memergoki tatapan lapar Andri. Dia juga menyenti
Mendapat kabar dari ibunya mengenai kondisi istrinya membuat Andri dilanda kekhawatiran sekaligus kepanikan. Dia terpaksa meminta izin dadakan kepada bosnya untuk menyambangi tempat istrinya dibawa. Untunglah saat menuju klinik bersalin yang diberitahukan ibunya, jalanan tidak seramai pagi hari sehingga dia terhindar dari kepadatan lalu lintas.Sesampainya di tempat tujuan, Andri melihat dokter kandungan istrinya tengah berjalan tergesa-gesa bersama seorang perawat. Dia sangat yakin jika mereka menuju ruangan istrinya berada, hal tersebut membuatnya semakin cemas. Dia takut telah terjadi sesuatu yang buruk menimpa istri dan anaknya. Tanpa menegur, Andri langsung mengikuti dokter dan perawat tersebut dengan langkah kakinya yang lebar.“Zelda,” panggil Andri khawatir saat melihat istrinya berbaring sambil meringis. Bahkan, kedua sudut mata istrinya terlihat basah, yang dia asumsikan karena menahan sakit.“An,” balas Zelda lirih nyaris tanpa
Untuk menghabiskan sisa liburnya, Andri menemani Zelda yang ingin berjalan-jalan di pantai. Awalnya Andri menolak dan menyarankan untuk berjalan-jalan di halaman rumah saja karena langit mulai mendung, tapi saat melihat ekspresi kecewa Zelda, akhirnya dia memutuskan menurutinya.“An, sedang melamunkan apa?” tegur Zelda ketika menyadari suaminya hanya membisu, meski tetap mengikuti langkah kakinya.Andri menoleh dan mengeratkan pelukannya pada pinggang Zelda dari samping. “Aku hanya memikirkan perkataanmu tadi pagi,” jawabnya.Langkah kaki Zelda terhenti dan menghadap suaminya. “Perkataanku yang mana?” tanyanya bingung.“Jika Mamaku dan Papamu tetap bersama, maka kisah cinta kita tidak akan pernah ada,” ucap Andri sendu.Spontan Zelda tertawa mendengar ucapan suaminya. Dia tidak habis pikir jika perkataannya tadi pagi ditanggapi serius oleh suaminya, padahal yang dilakukannya hanya untuk mengalihkan to
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments