Home / Romansa / Suami Dadakanku Ternyata Cucu Konglomerat / Bab 2 Jadi dia merebut kekasih kakaknya

Share

Bab 2 Jadi dia merebut kekasih kakaknya

Author: Handira Rezza
last update Last Updated: 2024-03-14 12:28:11

“Kamu cantik sekali, putriku,” puji Bu Amber sembari membetulkan sanggul Sabrina.

“Aku memang cantik sejak lahir, Bu,” balas Sabrina sambil tertawa.

Soraya memperhatikan ibu dan anak itu dengan hati yang sesak. Tatapannya sedih. 

Bukan hanya Cakra–pria yang pernah diimpikannya menjadi suami yang diambil Sabrina. Tetapi, segala hal yang berkaitan dengan impiannya, mendadak berbelok kepada wanita itu.

Contohnya, gaun pernikahan yang dikenakan Sabrina. Gaun putih dengan hiasan bunga di sudut pinggang, juga sanggul modern dipadu mahkota permata itu adalah gaun pernikahan impiannya.

“Aku baru tahu kalau kita benar-benar memiliki selera yang sama, Sabrina.”

Meski hatinya kesal bukan main, Soraya berusaha menjaga intonasi suaranya tetap rendah. Lagi, sebagai kakak yang baik, meski hatinya sedang terluka, dia ingin ada untuk hari bahagia adiknya. 

“Untuk apa kamu berada di sini? Cepat kamu ke dapur dan bantu-bantu di sana!” perintah Bu Amber, ibu angkat Soraya.

Wanita itu terlihat tidak senang kegiatannya bersama Sabrina terganggu dengan kehadiran sang anak adopsi.

“Bukankah semua pekerjaan sudah ada yang handle, Bu?”

Mendengar pertanyaan itu, Sabrina mendekat ke arah kakak angkatnya itu. Dia tersenyum meledek ke arah Soraya. “Memang sudah ada pelayan, tapi kamu sendiri ‘kan juga termasuk pelayan.”

Bu Amber pun tersenyum. “Sabrina benar. Lebih baik kamu jangan menunjukkan diri di depan para tamu kalau tidak ingin menanggung malu.” Mata wanita itu kemudian menilik penampilan Soraya dengan pandangan jengah. “Lagipula, dengan kamu memang lebih pantas berada di belakang, bantu bersih-bersih atau membawa makanan ke meja prasmanan.”

Ibu dan anak itu menertawakan Soraya. 

Walau geram, Soraya harus menahan amarahnya. Kendati demikian, Soraya berpikir ucapan ibu dan adiknya ada benarnya juga. 

Bagaimanapun, seharusnya, hari ini dia yang menikahi Cakra. Berada di keramaian akan membuatnya canggung. Apalagi kalau bertemu dengan orang yang dia kenal … pasti mereka akan banyak bertanya mengenai pernikahan ini.

“Baiklah, aku akan segera ke dapur.” Soraya tersenyum anggun. Wajah cantiknya yang teduh menatap Sabrina dengan tulus. “Sebelum itu, kuucapkan selama tatas pernikahanmu, adikku. Sayang, aku tidak membawa  hadiahku ke sini.”

Di ujung kalimatnya, Soraya tersenyum manis. Sedangkan di hadapannya, sang adik justru memicing menatapnya.

“Terima kasih atas ucapanmu, Kak.” Gadis itu kemudian tersenyum sembari memainkan bagian gaunnya. “Tapi, tidak perlu repot-repot. Hadiah terbaik untukku adalah melihatmu menemukan pengganti calon suamiku, Kak. Supaya Kakak tidak lagi berharap padanya.”

Pandangan Soraya menunduk serta menyelipkan anak rambut ke belakang telinga. Saat itulah dia tersenyum dengan suatu rencana sudah tersusun di benaknya.

“Tenanglah, Sab. Merebut sesuatu bukanlah gayaku.” Soraya menatap sang adik dengan tenang. ‘Apalagi merebut sampah sepertinya!’ sambungnya dalam hati sebelum akhirnya undur diri dari ruangan itu.

Melihat Soraya yang sudah keluar dari ruangan pengantin, Sabrina merapat pada sang ibu. 

Sabrina sedikit cemas sebenarnya melihat Soraya. Dandanan sang kakak sangat sempurna. Apalagi sosok Soraya memang mempesona. Terlebih, ketenangannya tadi … benar-benar membuatnya terintimidasi.

Kakaknya yang tidak biasa memoles diri, hari ini tiba-tiba berdandan cantik. Rambut yang sudah dicurly, memakai make up natural, dan gaun pesta yang indah.

“Bu, apa kakak sengaja berpenampilan menarik hari ini?” gerutu Sabrina. “Apa dia masih berusaha menggoda Cakra untuk kembali padanya?”

Bu Amber menyentuh lengan sang putri dengan lembut. “Tenanglah, Sayang. Walau dia berdandan seperti itu, memangnya siapa yang akan melihatnya? Kamu tetaplah bintang hari ini.”

**

Soraya yang berdandan cantik nyatanya memang tidak keberatan ketika diminta bergabung dengan barisan para pelayan.

Gadis cantik itu mengededarkan pandangan, berusaha mencari sebuah spot tepat untuk dia hampiri demi rencananya.

Maka, ketika melihat seorang pelayan pria yang tengah bersiap membawa troli menuju tempat pesta, dia pun segera menghampiri.

“Boleh aku saja yang membawa troli berisi makanan itu?” tanya Soraya.

“Kamu lebih terlihat seperti tamu dari pada pelayan.” tanya pria itu dengan kerutan di kening. “Seorang tamu seharusnya menikmati pesta, bukan sibuk membantu pekerjaan kami.” 

Soraya tersenyum lembut. Dia mengembuskan napas sebelum menjawab, “Ayolah, ini hari pernikahan adikku. Aku hanya ingin ikut andil di hari bahagianya.”

Beberapa detik, pria itu terus menatap Soraya dengan ragu. “Maaf, meski kamu kakaknya mempelai, aku tidak bisa memberikan troli makanan ini begitu saja kepadamu.”

Pria itu kemudian bergegas ingin mendorong troli guna melanjutkan tugasnya. Sebelum pria itu sempat melangkah, Soraya kembali menahannya dengan menyentuh lengan pria itu.

“Ah, baiklah—"

Langkah pria itu berhenti. Tatapannya mengarah pada tangan Soraya yang kini menggelantung di lengannya.

“Ups, maaf!” Soraya lantas melepaskan tangannya. Dia berdiri kikuk, tetapi tetap berusaha membujuk pelayan tersebut. “Minimal, izinkan aku menemanimu membawa troli itu. Percayalah, aku hanya ingin membuat pernikahan adikku berkesan.”

Pelayan tersebut kemudian mengangguk. Soraya diam-diam berjengit kegirangan, sebab rencananya selangkah lebih dekat.

Dia terus mengekor pelayan itu yang bergegas masuk ke aula pesta. Ekspresinya langsung terkejut ketika mendapati dekorasi pesta.

"Mereka benar-benar hanya mengganti mempelainya.” Soraya mengedarkan pandangan ke sekeliling dengan sedikit tidak percaya. 

Dekorasi yang didominasi mawar putih dengan pelaminan minimalis, tata letak meja, baju pengiring pengantin, hingga souvenir pernikahan yang dibawa oleh para tamu … semua persis dengan apa yang dia pinta pada Cakra sebelumnya.

Melihat bagaimana semua orang berbondong-bondong menyakitinya seperti ini, rasa kasihan yang semula dia rasakan seketika hilang berganti semangat. Dia telah kehilangan kekasih, orang tua, bahkan mungkin nama baiknya—mengingat orang-orang mungkin sudah tahu perihal dia yang gagal dinikahi Cakra.

Dia ingin semua orang tahu seperti apa sebenarnya mereka—Cakra, Sabrina dan keluarga angkatnya.

“Tunggulah. Hadiah untuk kalian akan aku berikan sekarang juga!” tegasnya dengan berapi-api. 

Kemudian, Soraya mulai bersiap dengan hati-hati. Dia menukar file soundtrack pernikahan dengan hadiah yang telah dia persiapkan. 

Tepat saat pengantin masuk, dan iringan lagu diputar … suasana pernikahan berubah jadi gaduh. Tamu yang sebelumnya terpukau pada pernikahan dan kedua mempelai, mendadak berisik saat lagu yang seharusnya romantis itu berubah jadi sebuah rekaman bukti perselingkuhan.

Rekaman itu dia ambil ketika memergoki Cakra dan Sabrina di ruang kerjanya. Spontan, suasana romantis berubah jadi gaduh.

“Jadi dia merebut kekasih kakaknya?” 

“Mempelai ternyata juga seorang sampah. Kok bisa memacari kakak adik sekaligus?!”

Bisik-bisik dan penilaian buruk para tamu untuk Sabrina dan Cakra terus terdengar. Semakin lama, semakin gaduh hingga membuat Bu Amber yang semula tersenyum bangga … kini menggeram menahan marah dan malu.

“Kurang ajar! Cepat hentikan rekaman suara ini!” 

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Enisensi Klara
Kapok deh ..kacau pernikahannya
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Suami Dadakanku Ternyata Cucu Konglomerat   Bab 117 Hidup Bahagia bersama Damar. (Tamat)

    Orang yang mengetuk kaca mobil Damar adalah Kanaya adik dari Pak Kwong. Damar membuka kaca mobilnya dengan rasa malas meladeni perempuan itu. Tapi dia penasaran juga mau bertingkah apa lagi wanita ini "Ada apa?" tanya Damar. "Boleh kita bicara sebentar?" ucap Kanaya dengan lembut "Tidak usah berbasa basi, aku suka pembicaraan yang langsung ke intinya," tegas Damar. Kanaya menyelipkan rambut ke telinga. Dia tersenyum ke arah Damar mencoba untuk menggodanya. "Apa kita bisa bicara sebentar?" tanya Kanya. "Tidak," jawab Damar tegas, dia sudah terbiasa menghadapi wanita murahan seperti ini. "Aku sangat terhina ditolak mentah-mentah olehmu. Padahal aku sangat ingin membicarakan hal yang serius mengenai orang tua kandung Soraya," ucap Kanya. Merasa hal itu sangat penting baginya, Damar turun dari mobilnya. Dia menatap tajam Kanaya yang tampak sumringah karena bisa memancing Damqr keluar dari mobilnya untuk berbicara dengannya. "Jangan membohongiku. Karena aku tak akan segan-

  • Suami Dadakanku Ternyata Cucu Konglomerat   Bab 116 Aku bersumpah tidak akan ada wanita lain.

    Pak Kwong yang menghampiri Damar. Dia terlihat pucat karena takut Damar akan melepaskan kekesalannya karena sikap Mama dan adiknya yang kurang ajar. "Ada Apa?" tanya Damar. "Mereka tidak ada hubungannya denganku, bahkan aku susah melarang mereka melakukan itu. Perilaku mereka diluar tanggung jawabku," jawab Pak Kwong tegas. Pernyataan dari Pak Kwong membuat mereka berdua menganga karena tidak percaya dengan ucapan yang keluar dari mulut Pak Kwong. "Ini tidak mungkin, bagaimana bisa kakak tega pada kami," ucap Adik Pak Kwong lirih. "Aku sudah memperingatkan kamu sebelumnya," balas Pak Kwong. Bu Liliana menunjukkan aksinya. Dia langsung menangis sesenggukan di depan banyak orang. Biasanya kalau sepeti ini Pak Kwong langsung menghiburnya dan menenangkannya bahkan Pak Kwong langsung menuruti apa yang Bu LiLiana inginkan. "Terserah kamu mau apakan mereka," ucap Pak Kwong lalu pergi, meninggalkan Mama dan Adiknya yang melakukan drama. Sudah lelah sepertinya Pak Kwong meladen

  • Suami Dadakanku Ternyata Cucu Konglomerat   Bab 115 Balas Dendam

    Adik dan mama Pak Kwong saling pandang lalu mereka tampak terbata menjawab pertanyaan Pak Kwong. "Bukan urusanmu," ucap Mama Pak Kwong ketus. "Aku akan memutus semua uang bulanan untuk kalian kalau tidak mau menjawab," ucap Pak Kwong. "Jangan jadi anak durhaka!" seru Mama Pak Kwong. Mereka menggertakkan giginya kesal karena ancaman Pak Kwong bisa-bisanya dia seperti itu kepada ibu dan adiknya sendiri. Kenapa harus mengancam tidak memberi uang bulanan. "Aku akan menjadi anak durhaka kalau kalian menggagalkan rencanaku," balas Pak Kwong. "Rencana apa yang kami gagalkan, Kak?" tanya Adik dari Pak Kwong. "Aku tahu kalian itu sedang berencana untuk menyerang Soraya dengan meminta bantuan seseorang yang berpengaruh di kalangan atas. Aku tak akan membiarkan itu!" gertak Pak Kwong. "Memangnya kenapa? Dia pantas mendapatkan rumor jelek, anak tidak tahu berterima kasih, kamu menghalangi mama tak akan gentar," ucap Mama Pak Kwong. "Kalau begitu, aku betulan akan menyetop kebutu

  • Suami Dadakanku Ternyata Cucu Konglomerat   Bab 115 Tidak bisa melawan keluarga Huang

    Tentu saja semua itu sudah atas kehendak Tuhan yang maha esa. Manusia hanya bisa berencana dan Tuhan yang akan memberikan keputusan apapun yang kita rencanakan. "Jangan tanya kenapa. Mungkin semua itu adalah ketentuan yang sudah ditetapkan. Seharunya kamu banyak instrospeksi diri kenapa Soraya lebih unggul daripada kamu," jawab Bu Amber. "Jadi ibu membela anak itu?" tanya Sabrina. "Tidak juga, ibu tetap berada dipihakmu apapun yang terjadi. Tapi saat ini ibu mohon kepadamu, bersabarlah. Kita mengalah saja sedikit saja agar bisa satu langkah di depan atau minimal setara dengan Soraya," jawab Bu Amber. Cakra menghembuskan nafasnya. Mempunyai istri yang manja sepeti ini membuatnya kesal juga Lama-lama. Tidak bisa menahan diri karena melihat orang lain lebih unggul. "Sabrina, aku mohon kepadamu turuti saja perintah Ibu. Aku yakin kita bisa melewati semua ini. Tapi untuk saat ini kita hanya bisa bergantung kepada Soraya. Jangan gegabah menuruti nafsu untuk melawan orang yang tidak

  • Suami Dadakanku Ternyata Cucu Konglomerat   Bab 114 Kenapa dia beruntung

    Tante merenung sebentar lalu berkata, "Kita mulai dari rumor yang mengatakan bahwa Soraya melupakan keluarga yang sudah mengasuh dan membiayai hidupnya dari kecil," Nenek Sabrina mengangguk pelan, sepertinya rumor seperti ini akan cepat menyebar luas kalau di ucapkan oleh orang yang tepat. "Kita harus mencari sumber gosip yang dipercaya," ucap Nenek Sabrina."Maksud mama orang besar yang selalu di percaya kalau menyebarkan rumor?" tanya Tante."Ya, begitulah. Siapa ya Kira-kira orang yang tepat untuk menyebarkan rumor tentang Soraya yang tidak mempedulikan orang tua yang sudah susah payah mendidiknya, mengeluarkan biaya untuk sekolahnya," jawab Nenek Sabrina."Aku tahu siapa dia. Serahkan saja masalah ini padaku. Aku akan segera menemui beliau," balas Tante.Mereka lalu pergi meninggalkan kediaman Pak Kwong sambil tertawa dan merasa akan menang melawan Soraya yang sudah berada di atas angin itu. Sedangkan di kediaman Pak Kwong sendiri. Cakra mengingatkan agar mengawasi Tante dan Ne

  • Suami Dadakanku Ternyata Cucu Konglomerat   bab 113 Jangan bawa-bawa istriku

    Keluarga Huang susah di hadapi, Bu Amber menggelengkan kepalanya tanda tidak setuju dengan permintaan sang mertua "Kita pikirkan hal lain," ucap Bu Amber."Apa kalian takut? Kita tinggal sebarkan rumor yang tak sedap kepada masyarakat mengenai hal itu," ujar Mertua Bu Amber.Bu Amber lagi-lagi menggelengkan kepalanya lalu sesekali memijit kepalanya yang sakit."Ibu tidak tahu betapa mengerikannya keluarga Huang kalau kita mengingkari janji yang kita sepakati," ucap Bu Amber."Kalau kamu tidak berani, biar ibu saja," balas Mertua Bu Amber.Brak! Pak Kwong menggebrak meja. "Kalau tidak tahu seperti apa kejamnya kelurga Huang lebih baik Ibu diam saja," ucap Pak Kwong yang terlihat jelas wajahnya sangat marah."Kenapa Kalian tidak berani menghadapi wanita tidak tahu diri itu, padahal dia tidak punya orang tua!" seru Ibu Pak Kwong."Dia memang tidak punya orang tua atau keluarga, tapi sekarang dia menjadi bagian dari keluarga Huang. Masih mending keluarga Huang mau memberikan bantuan mo

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status