Share

Menandai Betinanya

last update Last Updated: 2024-07-17 19:11:35

Mobil sedan mahal yang mengantarkan sang tuan muda dan istri barunya ke sebuah rumah bak istana Bogor itu berhenti di depan teras. Dengan sigap pengawal Harvey membukakan pintu mobil dan menunggu pria muda tampan itu turun dan mengulurkan tangan kanannya ke wanita yang ikut pulang bersamanya.

Jantung Isyana berdebar kencang karena dia tak yakin menginginkan kekacauan yang telah disepakatinya tadi. Tanda tangannya di surat perjanjian nikah kontrak bersama Harvey Adi Dharmawan itu tak bisa dibatalkan begitu saja. Ditambah kenyataan nyawa seseorang dipertaruhkan bila dia mundur dari kesepakatan yang saling menguntungkan ini.

"Rumah kamu gede, bagus!" puji Isyana dengan tegang. Dia merasa tubuhnya kaku di tempat ketika Harvey menggamit tangannya.

"Ini akan jadi tempat tinggalmu selama menjadi istriku, Manis!" Harvey tersenyum tipis melirik ke wajah Isyana yang tersipu malu. Dia menyadari wanita di sampingnya sulit berjalan lalu bertanya, "kau ini kenapa? Apa kakimu kram, Isyana?" Tanpa menunggu jawaban maka Harvey segera meraup bagian belakang tubuh Isyana ke gendongannya.

"Aarrh!" pekik Isyana terkejut saat dia tak lagi memijak bumi. Kedua lengannya reflek memeluk badan berotot suami barunya itu. Kemudian dia bertanya dengan suara mencicit panik, "apa yang akan kau lakukan?!"

Harvey gemas sekali dengan wanita yang tak sengaja ditemukan pengawalnya malam ini. Kalau diperhatikan justru pengantin penggantinya lebih cantik dibanding Rania Devina, calon istri kabur yang dikenalnya dari situs dating online.

"Memakanmu sebagai hidangan pencuci mulutku!" jawab Harvey mencandai Isyana yang tengah meronta-ronta dalam gendongannya.

"Jangan bercanda. Katamu tadi kau hanya mencari istri bukan mangsa untuk dijadikan santapan makan malam!" tantang Isyana dengan segenap keberaniannya.

Harvey pun tertawa renyah dan memberi kode asisten pribadinya untuk membukakan pintu kamar utama. "Ohh ya, istriku cerdas dan seorang pengingat yang baik rupanya!" pujinya puas. Standarnya untuk mencari pendamping hidup selama ini terlalu tinggi sehingga tak kunjung menikah. 

"Kenapa kau tidak bisa menjawab pertanyaanku dengan singkat, padat, jelas? Dasar pria menyebalkan!" gerutu Isyana yang detik berikutnya menjerit karena dilemparkan oleh Harvey ke tengah ranjang king size miliknya dan segera ditindih dengan badan besarnya.

"Memangnya kenapa? Apa kau menyesal menjadi istriku? Sayangnya sudah terlambat. Bahkan, bila aku tak mengizinkanmu keluar dari kamar ini selamanya maka itu yang akan terjadi!" ujar Harvey santai sembari membelai pipi mulus Isyana.

"Dasar tukang paksa!" tukas Isyana seraya mendengkus kesal.

Harvey tak menghiraukan protes wanita keras kepala itu dan mulai menurunkan tali tipis gaun merah cantik yang ada di bahu putih mulus istri barunya. Kecupan-kecupan bibirnya menjalar dari leher jenjang Isyana menuju ke bahu dan turun lagi ke bulatan kembar yang menyembul dari tepian bagian dada gaun terbuka itu.

Tubuh Isyana yang tak pernah mendapat perlakuan intim seperti itu mulai bergetar. Dia tak sengaja melenguh, "Oohh ... mmh!"

Diam-diam Harvey tersenyum merasa menang kali ini. Dia yakin wanita di bawah kungkungan tubuh kekarnya itu masih perawan. Sensitif sekali dengan sentuhan bibirnya. Telapak tangan Harvey menyingkap ujung bawah gaun merah Isyana lalu membelai kulit mulus paha wanita itu.

"Apa kau suka dibeginikan?" tanya Harvey dengan suara Bass yang maskulin.

Sesaat kemudian tangan kanan Isyana terangkat ingin menampar Harvey. Namun, reflek pria itu terlalu bagus, dia menepisnya dengan mudah. "Jangan main kasar kepadaku, Sayang. Istri harus patuh pada kehendak suami. Dan jangan lupa, Oma Widya menginginkan cucunya segera dilahirkan ke dunia. Kau mengiyakan pesannya tadi!" tegur Harvey dengan nada malas.

"Kau menjebakku!" tuduh Isyana meradang. Dia tak menyangka malam yang kacau karena pesta midodareni yang diserobot adik tirinya harus berakhir dalam situasi berantakan seperti ini.

Bukannya membalas perkataan Isyana, bibir Harvey justru asyik melumat bibir kenyal beraroma cherry itu. Dia merasa hasratnya tak tertahan lagi padahal mereka baru berkenalan beberapa jam lalu. Segala penolakan Isyana membuatnya gemas, malu-malu sekalipun mau.

Isyana pun terhanyut sekali lagi di bawah kendali suami dadakannya yang teramat dominan. Kedua tangannya ditahan Harvey di atas kepala dan pahanya direnggangkan oleh lutut kokoh Harvey. Satu hal yang masih menyelamatkannya ... pakaian mereka berdua masih utuh menempel di tubuh masing-masing.

"Istriku, apa aku boleh menikmati malam pertama bersamamu?" tanya Harvey coba-coba. Dia bertaruh jawaban Isyana dalam hatinya.

Kepala berambut panjang hitam legam itu menggeleng kuat-kuat. "Lepaskan—" 

"Bandel sekali!" potong Harvey gemas. Reaksi tubuh wanita itu tak ada penolakan, tetapi mulutnya terus saja berkata sebaliknya.

Akhirnya, Harvey memagut leher Isyana kuat-kuat dan meninggalkan bukti kepemilikan jelas berwarna merah di sana. "Aku menandai betinaku!" ucapnya lalu bangkit dari ranjang. Dia melenggang menuju ke kamar mandi untuk meredakan hawa panas yang membuatnya kegerahan. 

"Dasar wanita sialan!" gumamnya lalu memutar keran shower air dingin. 

Air mengguyur deras dari atas kepalanya dan membuat uap mengepul meninggalkan tubuh dengan gugusan otot padat nan kekar itu.

Sementara di atas ranjang luas yang sepreinya kusut, Isyana duduk memeluk kakinya yang bertungkai ramping sembari mengedarkan pandangan ke sekeliling. "Ukhh ... sepertinya suami dadakanku seorang milyarder. Tak seharusnya tadi aku kasar menolaknya. Dia menawariku satu milyar sebulan jika mau menjadi istrinya!" ucap lirih Isyana dengan menyesal.

Suara gemericik air yang terdengar dari arah kamar mandi berhenti dan Isyana kembali waspada. Dia bertanya-tanya apakah benar malam ini dia harus menyerahkan keperawanannya kepada Harvey yang baru saja dikenalnya?

"Ceklek!" Pintu kamar mandi berayun terbuka dan sosok yang hanya berbalut handuk putih di pinggulnya itu melangkah dengan gagah mendekati Isyana di atas tempat tidur.

Mulut Isyana menganga tidak anggun, dia seakan-akan sanggup mendengar bunyi detak jantungnya sendiri saking kencangnya. Wanita itu menelan ludah dan berdehem. "A—aku ... tidak—"

"Jangan kegeeran ya. Aku hanya ingin menawarimu untuk mandi. Kau tadi berkeringat di jalan, bukan?" potong Harvey lalu membalik lagi badannya. Dia berjalan beberapa langkah dan berkata lagi, "sayangnya kau belum melihat bagian terbaik dari tubuhku yang sempurna ini!" Lalu dia pun tertawa nyaring meninggalkan Isyana ke kamar sebelah yang memiliki pintu paralel dengan kamar yang ditempati Isyana.

Isyana cemberut memandangi pintu yang baru saja menutup rapat itu dan membeo perkataan sosok yang telah pergi tadi, "Dasar narsis! Sayangnya kau belum melihat bagian terbaik dari tubuhku yang sempurna ini!" 

Jam dinding di kamar menunjukkan pukul 23.45 WIB. Isyana merasa terlalu dingin baginya untuk mandi maka dia mengabaikan tawaran Harvey untuk mandi. "Lebih baik tubuhku kecut dari pada aku mandi hingga wangi lalu dia jadi tambah napsu. BIG NO!" putus Isyana dengan keras kepala lalu dia menarik selimut menutupi dirinya rapat-rapat karena AC pendingin ruangan mulai bekerja. Dengan mudah Isyana jatuh tertidur karena terlalu lelah.

Beberapa menit berselang Harvey kembali lagi masuk ke kamar sebelah untuk memeriksa Isyana. Dia tak menyangka wanita itu menolak untuk mandi. 'Hmm ... keras kepala seperti keledai betina. Aku harus mendidiknya agar patuh dan bersikap manis seperti kucing!' batin Harvey, tak ingin membuat Isyana terbangun dari tidur lelapnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (26)
goodnovel comment avatar
Jihan Khanaya
memang harus ya Harvey nikah kontrak langsung di unboxing
goodnovel comment avatar
Jihan Khanaya
takut amat di unboxing Harvey kalo mandi Isyana. enak Lo Isyana goyang goyang sambil desah manja gitu hahah.
goodnovel comment avatar
Jihan Khanaya
kenapa di tolak Isyana kan mayan tuh dapat satu milyar jadi istrinya Harvey. I milyar ya bukan 270 triliun .......
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Suami Dadakanku Ternyata Milyader   Happy After Party (THE END)

    Lampu-lampu di taman bunga yang dinamai Luna-Alba City Garden mulai dinyalakan sore jelang petang. Sepasang suami istri yang bergandengan tangan menyusuri jalan setapak di antara rimbunnya pepohonan pinus itu saling melempar tatapan mesra."Mas bangga sama kamu, Isya Sayang!" ujar Harvey dengan senyuman lebar."Makasih, Mas. Banyak hal yang kucapai hingga saat ini, semua nggak lepas dari dukungan yang besar dari kamu!" sahut Isyana kalem. Dia tidak lantas besar kepala karena pencapaiannya. Jauh di lubuk hatinya, Isyana masih sama seperti dulu. Wanita yang lugu dengan cara pandang sederhana terhadap kehidupan. Harvey menghentikan langkah mereka karena keduanya telah jauh dari keramaian. Dia melingkarkan kedua lengannya di punggung Isyana sembari menatap wajah cantik jelita istrinya. "Terima kasih untuk tidak berubah. Di mataku, kamu wanita yang mengagumkan dengan ketegaran dan kemurnian langka. Isya ... apa kau tahu jikalau aku bisa, seisi dunia akan kupersembahkan di bawah kakimu!" g

  • Suami Dadakanku Ternyata Milyader   Fashion Show Kurcaci-kurcaci Cilik

    "Jeng Cintya, lama nggak ketemu buntutnya sudah banyak aja nih!" sapa Isyana di sebuah family restoran yang ada di Jakarta Pusat. Dia bertukar peluk cium dengan sahabat lamanya itu yang memang belakangan sangat sibuk dengan karir dan keluarganya.Cintya Husodo, istri pengusaha tekstil dan garment tersebut hanya bisa tertawa malu-malu. Selama lima tahun pernikahan, mereka telah memiliki tiga anak, yang pertama perempuan yaitu Khanza. Adiknya laki-laki bernama Xavier, yang bungsu juga laki-laki yaitu Ronaldo. Karena sang ayah fans berat pemain sepak bola CR7."Ahh ... masih kalah sama kamu, Jeng Isya!" sahut Cintya seraya duduk di sofa bersebelahan dengan Isyana. "Beda satu aja lho, Jeng! Hahaha." Isyana yang memiliki empat anak pun tertawa renyah sebelum mengutarakan maksudnya mengajak sahabat lamanya itu bertemu. Isyana pun mulai berbicara serius, "Jadi begini Jeng Cintya, saya mendapat tugas dari perusahaan tempat saya bekerja; First Sunshine Apparel Company buat menyelenggarakan f

  • Suami Dadakanku Ternyata Milyader   Wanita yang Paling Bahagia

    Berita kelahiran putri kembar Isyana telah sampai ke Negeri Sakura. Nyonya Barbara Koganei langsung meminta Tuan Akehito Koganei untuk menemaninya terbang ke Jakarta dari Bandara Haneda. "Aku ingin putri kembar Isyana dan Harvey menjadi anak angkat kita, Mama. Apa boleh?" tanya Tuan Akehito kepada istrinya di dalam kabin pesawat Japan Airlines yang telah mengudara baru saja."Papa serius? Boleh, nanti Mama yang bilang ke mereka. Nama kedua bayi perempuan itu Luna dan Alba. Rencananya kita mau kasih kado apa nih?" tanya Nyonya Barbara. Suaminya itu konglomerat pengusaha bisnis jaringan supermarket dan minimarket di Jepang. Selain itu ada tiga hotel yang menjadi milik keluarga Koganei masing-masing di Tokyo, Nagoya, dan Osaka. Sejenak pria asal Jepang itu berpikir lalu tercetuslah ide, dia berkata, "Papa akan hadiahkan sebuah taman yang berlokasi di Jakarta dengan nama mereka. Pasti akan menjadi hadiah kelahiran yang berkesan dan dikenang sepanjang masa!""Wow, ide Papa spektakuler se

  • Suami Dadakanku Ternyata Milyader   Panik, Heboh Di Sore Hari

    Handphone di tas kerja Cakra berdering terus selama beberapa menit. Akhirnya, Joko yang mendengarnya pun menghampiri bosnya dan berkata, "Mas Bos, hape sampeyan muni terus niku!" (Mas Bos, handphone kamu berbunyi terus itu!)Dengan perasaan tak enak Cakra pun berlari-lari ke teras belakang rumah di mana dia menaruh tas bersama barang-barang milik karyawannya. Ketika melihat si penelepon adalah istrinya dengan catatan lima kali missed call, Cakra segera menjawab panggilan tersebut, "Halo, Dek Al. Ada apa? Tumben kok telepon nggak henti dari tadi?" "Halo, Mas—aku sudah di IGD Rumah Sakit Mitra Keluarga. Tadi Pak Yono yang jemput aku di gerai kue di mall. Aku sudah pecah ketuban, Mas!" ujar Alicia dengan kepanikan tersirat dari suaranya."Oke, Mas nyusul kamu ke sana sekarang. Apa ada yang nemenin di IGD, Dek?" tanya Cakra yang ikut panik."Kak Isya nungguin aku di sini, Mas. Hahaha. Jadi wanita hamil nungguin wanita mau melahirkan nih!" Alicia masih sempat-sempatnya bercanda. Sementara

  • Suami Dadakanku Ternyata Milyader   Semua Mata Tertuju Padanya

    Blitz kamera wartawan menyerbu sosok wanita berperut buncit yang memberikan press conference di atrium Mall Fritzgerald. Isyana berbicara mewakili First Sunshine Apparel Company cabang Indonesia di podium. Bob Oliver yang duduk menemani big bossnya di deretan kursi tamu VVIP tersenyum dengan tatapan kagum. Dia berkomentar, "Luar biasa, saya turut bangga dengan prestasi Nyonya Isyana, Tuan Muda!""Dia wanita yang sepadan sebagai pendamping hidupku, Bob. Bahkan, kehamilan tidak menghalangi segala aktivitasnya yang sibuk. Isabella juga memuji istriku!" jawab Harvey dengan senyuman menghiasi wajah tampannya. "Oya, bakery Nyonya Alicia ramai diserbu pengunjung mall ini, Tuan Muda Harvey!" lapor Bob Oliver yang tempo hari membantu mengurus soft opening gerai bakery dan pastry milik Alicia.Alis Harvey terangkat sebelah melirik ke asisten pribadinya itu. "Baguslah, awasi terus bisnis Alicia. Aku ingin tahu apakah dia sehebat kakak tirinya dalam berusaha!" titahnya."Tentu saja, akan saya p

  • Suami Dadakanku Ternyata Milyader   Tawaran Menjadi Ambassador Designer

    "Halo, apa benar ini Ibu Isyana Prameswari?" "Halo, iya. Saya Isyana Prameswari, dengan siapa saya berbicara?" jawab wanita itu di telepon dari nomor baru tak dikenal.Suara wanita yang terdengar profesional menjawab Isyana, "Perkenalkan, saya Nikita Alexandra. Di sini saya menghubungi Anda mewakili First Sunshine Apparel Company yang berpusat di Houston. Kami ingin menawarkan kerja sama bisnis dengan Bu Isyana. Desain outfit Anda khususnya busana anak-anak menarik perhatian CEO perusahaan induk di Amerika. Mrs. Isabella MacConnor-Benneton ingin merekrut Anda sebagai desainer perwakilan kami untuk wilayah Asia. Bagaimana tanggapan Anda, Bu Isyana? Kami berharap akan ada respon positif."Isyana nyaris tak dapat berkata-kata, dia telah lama mengidolakan Isabella MacConnor yang desainnya sungguh spektakuler dan unik. Tak ada angin maupun hujan, dirinya direkrut menjadi tim desainer malahan menjadi Ambassador Designer untuk wilayah Asia. "T—tentu saya mau bergabung, Bu Nikita. Apakah ki

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status