Share

Bab 5

"Kok di dalam perut Tante Vika, sih? Kalau adik Rey, kan ada di dalam perut Bunda, kalau belum lahir."

Ucapan Rey membuat Ayu, Bi Sari serta Lily saling berpandangan. Perih sekali rasanya hati Ayu mendengar kepolosan anaknya itu. Bi Sari dan Lily sudah tidak bisa lagi menahan air matanya. Ayu sungguh sangat kasihan kepada anaknya karena harus menerima nasib seperti itu. Kenyataan yang sungguh sangat menyakitkan.

"Rey sayang sama Tante Vika, kan?" Tanya Bi Sari.

"Iya, Rey sayang sama Tante Vika, sama Nenek, sama Tante Lily juga Rey sayang." Ucap Rey dengan polosnya.

"Rey memang anak yang baik. Kalau Rey sayang sama Tante Vika, berarti Rey juga harus sayang sama adik bayi yang ada di dalam perut Tante Vika. Anggap adik bayinya kayak adik Rey sendiri." Ucap Bi Sari dengan mata berkaca-kaca.

Rey memandang Bi Sari dengan heran. Rey menatap Ayu, lalu memeluknya. Rey juga merabah perut Ayu dan berkata, "Kalau adik bayi dalam perut Tante Vika lahir, Rey akan sayang sama adik bayinya Tante Vika. Nanti dalam perut Bunda aka ada adik bayinya. Rey akan lebih sayang lagi. Iya kan, Bun?"

Ucapan Rey berhasil membukam mulut Ayu. Bagaimana bisa ia memiliki bayi lagi sedangkan dirinya telah bercerai dengan Anton.

Ikhlas itu memang sesuatu yang sangat berat untuk di lakukan.

'Mengapa adik kandungku harus menjadi pelakor dalam rumah tanggaku? Bagaimana aku bisa ikhlas menerima kenyataan ini, ya Allah? Suamiku di rebut oleh adikku sendiri.' Batin Ayu.

Saat Ayu sedang melamun memikirkan nasibnya juga nasib anaknya, tiba-tiba Rey bertanya membuyarkan lamunan Ayu.

"Bunda, Ayah dimana? Kok Ayah nggak tidur sama kita?" Tanya Rey yang ternyata belum tidur.

Ayu menarik napas dalam-dalam, dan berpikir keras dalam otaknya untuk menyusun kata-kata yang akan ia lontarkan kepada Rey, anaknya.

"Rey sayang, tadi kan Nenek Sari sudah bilang, kalau Tante Vika sedang hamil, dan Ayah harus menjaganya. Karena itu sekarang kita tidur berdua, yah?" Ucap Ayu pada anaknya.

"Nanti Ayah kesini atau tidak? Rey juga ingin ditemani Ayah." Rengek Rey.

Hati Ayu semakin sakit mendengar permintaan anaknya. "Sayang, Rey kan sudah besar, terus Rey juga sudah ditemani Bunda. Kalau Tante Vika, kan nggak ada yang nemenin kalau Ayah kesini."

"Tapi Rey juga ingin tidur sama Ayah, Bun." Celoteh Rey.

Ayu bisa melihat kesedihan di mata anaknya. Rasa sesak itu kembali menjalar dalam benak Ayu. Mata Ayu sudah berembun, buru-buru Ayu mendongak agar air matanya tidak tumpah mengenai Rey. Ayu kembali menatap anaknya dengan tersenyum.

"Sabar yah, sayang. Lain kali, Rey bisa tidur sama Ayah. Malam ini sama Bunda dulu yah?" Bujuk Ayu.

Menjelaskan permasalahn dewasa kepada anak yang masih berusia 5 tahun memang sangat tidak muda. Namun Ayu mencoba menjelaskannya dengan kata-kata yang muda di mengerti oleh Rey.

Ayu masih saja merasakan sesak dalam dadanya. Ini adalah malam pertama bagi Anton dan Vika. Meski ini bukan kali pertama mereka berhubungan. Hal yang membuat hati Ayu terasa sakit adalah kenyataan bahwa Ayu tidak bisa lagi memeluk Anton ketika tidur. Ayu tidak bisa lagi mencurahkan segala penatnya kepada laki-laki itu. Ayu juga tidak bisa lagi bersandar di bahu Anton ketika Ayu sedang merasa terpuruk. Ayu harus berusaha menerima kenyataan bahwa Anton bukan miliknya lagi.

***

"Ayah... Ayah mana Bun? Ayah..." Rengek Rey dalam tidurnya. Sepertinya Rey sedang memimpikan ayahnya. Ayu jadi merasa tidak tega melihat anaknya mengigau memanggil-manggil ayahnya seperti itu.

"Tenang yah, Nak. Bunda disini. Tidur yang lelap sayang, jangan panggil-panggil Ayahmu lagi. Biar Bunda yang menjaga kamu." Bisik Ayu tepat di telinga Rey, sembari memeluknya erat.

•Flashback On•

"Dasar anak dekil, nggak punya ibu. Kasian banget." Olok teman-teman Vika waktu kecil.

"Jangan temenan sama dia, nanti ibu kita, bisa mati kayak ibunya. Dia kan anak pembawa sial." Ucap yang lainnya.

Vika kecil hanya bisa menangis saat dirinya di kucilkan. Tak ada yang mau berteman dengan Vika. Berbeda dengan Ayu, dia mempunyai banyak teman dan tidak ada yang mengolok-olokan dia seperti teman-teman Vika yang selalu mengolok Vika.

Vika kecil selalu merasa iri kepada kakaknya, Ayu. Karena orang-orang lebih memperhatikan Ayu dibanding dengan dirinya. Hal itu membuat Vika kecil membenci kakaknya sendiri, tapi Vika tidak bisa menunjukan kebenciannya kepada Ayu karena orang-orang akan lebih membela Ayu daripada dirinya. Vika semakin tidak menyukai Ayu, apalagi kehidupan sekolahnya selalu di atur oleh Ayu.

Vika juga tidak terima saat Anton memilih menikahi Ayu, kakaknya. Vika sangat cemburu, karena Ayu mendapatkan laki-laki setampan dan sebaik Anton. Sejak pertama kali melihat Anton, ternyata Vika sudah menyukainya. Vika berusaha menarik perhatian Anton, tapi selalu gagal karena Anton hanya melihat Vika sebagai anak kecil bukan sebagai wanita seperti Ayu.

"Kelak aku akan mendapatkanmu, Mas. Bagaimanapun caranya!"

Vika tahu kalau Anton itu adalah suami dari kakaknya, tapi Vika tidak peduli. Demi mendapatkan hati Anton, Vika selalu berbuat baik dan penurut.

***

"Mas Anton, aku sangat mencintaimu." Ucap Vika pada Anton.

"Aku ini suami kakakmu, Vik. Kamu nggak boleh seperti itu!" Tolak Anton.

"Kalau Mas Anton suami dari Kak Ayu, emangnya kenapa? Apa salah kalau aku juga mencintai Mas Anton? Perasaan ini muncul begitu saja, Mas. Lagian aku sudah mencintai Mas Anton sedari lama, cuma aku tidak berani mengungkapkannya saja. Mas Anton selalu saja menganggapku ini sebagai anak kecil, lihat Mas! Aku sudah dewasa sekarang."

"Vika, kita ini...."

"Apa? Saudara ipar? Kamu bisa menikahiku jika kamu mau, Mas!"

***

Saat itu Ayu sedang berada di warung toko, dia belum pulang sedangkan Anton pulang ke rumah untuk mengambil barang yang tertinggal.

Waktu itu, Vika baru saja selesai mandi, ia menuju ke dapur untuk mengambil segelas air. Awalnya Vika terkejut melihat kedatangan Anton, tapi sedetik kemudian ia tersenyum miring. Vika tidak akan menyia-nyiakan kesempatan.

"Mas Anton, sudah pulang? Kak Ayu mana?" Tanya Vika dengan bersikap manja untuk menggoda Anton.

"Ayu.... masih ada di toko. Ada barang yang harus ku ambil, makanya aku pulang duluan." Kata Anton sembari menatap lekat-lekat keindahan tubuh Vika yang ada di depannya.

Vika mendekati Anton, dan bergelayut manja di bahunya. Vika dengan sengaja membuka lilitan handuk yang membalut tubuhnya.

"Vika, apa yang kamu lakukan?" Tanya Anton dengan gugup.

Vika tersenyum, "Aku hanya melakukan apa yang seharusnya kita lakukan sejak dulu, Mas." Bisik Vika tepat di telinga Anton, sedetik kemudian dia beralih pada leher Anton dan mencium leher Anton dengan lembut.

"Tapi, Vika...."

"Tenang aja, Mas. Nggak akan ada yang tahu kok. Dirumah cuma ada kita berdua. Lagian Rey lagi main di rumah Bi Sari."

Anton terdiam sejenak, susah payah Anton menelan salivanya saat melihat tubuh Vika yang nampak menggoda imannya.

"Kita lakukan di kamarku saja, Mas." Ucap Vika sambil menuntun Anton menuju ke dalam kamarnya.

•Flashback Off•

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status