Share

Bab 6

Akhirnya apa yang Vika inginkan akhirnya terwujud. Cintanya pada Anton akhirnya terbalas saat mereka berdua telah melakukan hal itu. Sejak saat itu, Vika dan Anton selalu main diam-diam. Setiap ada kesempatan, pasti selalu mereka manfaatkan dengan baik. Tapi tentunya Vika tidak ingin jika dirinya terus-terusan menjadi wanita simpanan Anton.

Tanpa diketahui oleh Anton, Vika dengan sengaja tidak lagi meminum pil Kb yang selalu diberikan oleh Anton. Tujuan Vika tentu saja agar dirinya hamil, dan bisa menuntut pertanggung jawaban dari Anton agar Anton bisa menikahinya.

Akhirnya beberapa bulan kemudian, Vika hamil anak dari Anton. Tentu Vika sangat bahagia. Tinggal menunggu waktu yang tepat sampai akhirnya ia memberitahukannya kepada Anton.

"Mas, aku hamil."

"Apa? Kamu hamil?" Pekik Anton yang sangat terkejut dengan ucapan Vika.

"Iya Mas, disini ada anak kita." Ucap Vika sembari mengambil tangan Anton, untuk mengelus perutnya yang masih rata.

"Nggak Vik. Ini udah nggak bener. Kita harus segera menggurkan kandungan itu."

Ucapan Anton bagaikan kilatan petir di siang hari yang langsung menyambar hati Vika.

"Kamu egois Mas! Bagaimana mungkin kamu bisa bilang kayak gitu sama aku." Ucap Vika yang sudah menangis.

"Vika, Kakakmu pasti bakalan sedih jika tahu hal ini. Lagi pula apa yang akan di katakan oleh orang-orang tentang kita nanti."

"Kamu egois Mas! Kamu hanya peduli sama Kak Ayu, lalu bagaimana dengan aku? Kamu nggak adil! Aku nggak mau kehilangan bayi kita. Lagi pula aku juga tidak peduli dengan ucapan orang-orang yang nantinya hanya mencemoohku." Ucap Vika dengan suara tinggi, sengaja agar supaya Ayu bisa mendengar percakapannya dengan Anton.

"Pokoknya aku nggak mau menggurkan bayi ini."

"Vika, kecilkan suara kamu!" Ucap Anton yang merasa was-was bila nanti di dengar oleh Ayu.

"Bayi siapa yang akan digugurkan? Apa yang sedang kalian bicarakan?" Tanya Ayu yang kini sudah berdiri tidak jauh dari Vika dan Anton.

Diam-diam Vika tersenyum miring. Rencananya untuk menarik perhatian Ayu akhirnya berhasil. Vika kembali berakting dengan menujukan dirinya yang terlihat lemah layaknya perempuan yang polos, Vika hanya menangis tanpa mengucapkan satu kata apapun.

"Vika, kamu kenapa menangis? Bayi siapa yang kalian bicarakan? Kamu nggak lagi hamil, kan?" Selidik Ayu.

Vika masih dengan keadaan yang sama, ia terus saja menangis dan hanya terdiam membisu.

"Siapa laki-laki itu, Vika? Bilang sama Kakak!" Pintah Ayu yang ikutan panik dan menangis.

Ayu beralih menatap Anton.

"Mas, apa kamu tahu siapa yang melakukan ini sama Vika? Katakan, Mas!" Desak Ayu. Bukannya menjawab Anton malah diam membisu, sangat jelas raut ketakutan dari wajahnya.

"Maaf, Kak..." Ucap Vika yang kini membuka suara setelah dari tadi terdiam.

"Kenapa Vika?" Tanya Ayu.

Vika menatap Anton, lalu kembali beralih kepada Ayu. "Laki-laki itu.... adalah Mas Anton." Ucap Vika lalu kembali menunduk.

Ayu terdiam sejenak, ia mencoba mencerna ucapan Vika baru saja.

"Apa maksudnya ini, Vika?! Tolong bicara yang benar!" Sentak Ayu yang sudah mulai berkaca-kaca.

"Apa benar yang dikatakan Vika, Mas?" Tanya Ayu beralih menatap Anton yang hanya diam menunduk.

Anton tetap diam.

"Jawab Mas!" Sentak Ayu.

Akhirnya Anton menjawab dengan anggukan lemah.

Hancur, hancur hati Ayu saat mengetahui fakta yang sekarang ini. Suami dan adiknya ternyata selama ini bermain api dibelakangnya?

"Kau bejat Mas! Kau tega! Bagaimana bisa kamu melakukan itu dengan Vika? Dia adikku, Mas! Adik kandungku!" Maki Ayu yang sudah emosi.

"Ayu... tolong dengarkan penjelasanku dulu. Kita bisa bicarakan ini dengan baik-baik." Bujuk Anton.

"Bicara baik-baik? Tidak ada lagi pembicaraan di antara kita! Aku benci sama kamu, Mas!"

Ayu histeris dan langung berlari meninggalkan rumah. Ayu berlari ke rumah Bi Sari.

Anton ingin mengejar Ayu, tapi Vika menahannya.

"Apa kau tega membiarkan aku dan bayi kita, Mas?" Ucap Vika dengan wajah memelas.

"Argghh!!" Teriak Anton, mengusap wajahnya yang frustasi.

***

"Mas, apa kamu menyesal menikaj denganku?" Tanya Vika sembari memeluk Anton.

Ini adalah malam pertama mereka setelah mereka resmi menjadi pasangan suami-istri.

"Tidak." Jawab Anton singkat.

"Apa Mas masih mencintai Kak Ayu?"

Anton diam membisu mendengar pertanyaan Vika. Kalau ditanya apakah Anton masih mencintai Ayu? Tentu saja iya. Ayu adalah seorang wanita yang tangguh, juga Ayu adalah ibu dari anak Anton, Rey. Tapi, Anton tidak bisa mengatakan kalau dirinya masih mencintai Ayu, Anton masih memikirkan perasaan Vika. Saat ini Vika sedang hamil muda, jadi sangat rentan terkena stres.

"Aku tahu, aku nggak sebaik Kak Ayu, dan aku juga nggak bisa menggantikan posisi Kak Ayu di hati Mas Anton." Vika melepaskan pelukannya, lalu memiringkan tubuh dan memilih membelakangi Anton.

Sejenak kemudian terdengar isak tangis yang berasal dari Vika.

"Sudahlah. Jangan bahas itu lagi. Sekarang kamu adalah istriku, dan di dalam perutmu juga ada bayi kita. Jangan berpikir aneh-aneh yang nantinya bisa membahayakn anak kita." Anton memeluk tubuh Vika.

"Mas Anton tidak mencintaiku." Vika menolak pelukan Anton.

"Aku mencintaimu, sayang. Karena itu aku bersedia menikahimu."

"Terus gimana sama Kak Ayu? Mas masih mencintainya, kan?" Lagi Vika bertanya.

Terdengar Anton menghela napas dalam-dalam dan berusaha bersikap tenang menghadapi Vika.

"Beri aku waktu untuk mencintaimu seutuhnya, Vik. Tidak muda bagiku untuk menghadapi semua ini. Mas mohon untuk kamu mengerti posisi Mas saat ini. Mas janji akan menjadikan kamu satu-satunya wanita yang ada di dalam hidup, Mas."

Vika membalikan badannya dan menatap Anton. "Apa Mas bersungguh-sungguh? Itu bukan hanya untuk menyenangkanku, kan? Mas nggak bohong?"

"Mas nggak bohong. Tapi tolong, kasih Mas waktu untuk menata hati. Ini juga berat untuk Mas lalui." Terang Anton.

Dengan lembut Anton menghapus sisa air mata yang ada di pipi Vika. Vika pun akhirnya tersenyum manis ke arah Anton.

"Aku sangat mencintaimu, Mas."

"Iya, Mas tahu."

"Mas Anton jahat!" Tiba-tiba Vika kembali merajuk.

"Kenapa lagi? Mas salah apa lagi?" Anton bingung, dan tidak tahu dimana letak kesalahannya.

"Tadi aku bilang kalau aku mencintai Mas, tapi Mas sama sekali nggak jawab ucapanku." Muka Vika kembali ditekuk dengan bibir cemberut.

"Hem... Mas minta maaf. Mas juga mencintaimu, sayang." Anton memeluk Vika lalu mendaratkan kecupan lembut di kening Vika.

Vika tersenyum manis dan membalas pelukan Anton.

"Sekarang kita tidur, yah. Kamu pasti capek setelah acara tadi. Bayi kita juga butuh kamu istirahat agar dia bisa tumbuh dengan sehat."

Vika mengangguk lalu memejamkan kedua matanya.

Sementara Anton masih belum terlelap. Ia masih memikirkan Ayu. Apakah ia bisa melupakan Ayu, dan menganggap Ayu hanya sebagai kakak iparnya? Rasanya kepala Anton mau meledak memikirkan hal itu. Apalagi sekarang ini mereka tinggal satu atap. Anton juga bingung bagaimana nantinya menjelaskan kepada Rey, kalau sekarang ia sudah tidak bisa lagi tidur sekamar dengan Ayu, ibunya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status