Share

Pertemuan Nadia dan Abimana

Malam ini, Nadia kesulitan memejamkan matanya karena ingatan pertemuannya dengan Wira nanti yang mungkin akan membuka pintu dunia yang buruk. Gadis ini merinding hingga mengubur tubuhnya dengan selimut. "Siapa yang akan saya nikahi, Pak Wira atau anaknya? Tadi pria itu tidak membicarakan anaknya sama sekali, jangan-jangan Pak Wira yang akan mengambil alih menikahi Nadia!" Kecemasan melambung tinggi hingga menembus langit malam.

 

Nadia memutuskan menemui neneknya di kamar yang bersebelahan dengan miliknya. "Nek, sudah tidur?" bisiknya.

 

Saraswati segera membalik tubuhnya yang sebelumnya memunggungi pintu. "Belum, ada apa menemui nenek?"

 

Nadia bergegas duduk di atas tempat tidur empuk milik sang nenek yang juga didapatkan dari aset trakhir Abraham. "Nek, kira-kira Nadia jadi menikah atau tidak ya?"

 

"Jadi itu yang cucu nenek risaukan," kekeh wanita yang masih tampak bugar dibandingkan usianya, tapi keadaan fisik tidak menjamin umur panjang karena kematian bisa datang kapan saja, itulah yang setiap hari Saraswati cemaskan. Maka, sebelum dirinya menghadap Tuhan, Nadia sudah harus memiliki pendamping hidup yang membahagiakannya.

 

"Iya ... Nadia tidak bisa tidur karena memikirkannya," rengek gadis manja ini.

Saraswati duduk di samping cucu kesayangannya.

 

"Percaya saja pada papa kamu yang tidak mungkin memberikan jodoh abal-abal," nasihatnya dengan tawa kegelian.

 

"Nek, nenek bukan pelawak, tapi kok nenek selalu begitu sih kalau diajak berbicara serius," protes Nadia yang sudah tidak heran dengan sikap neneknya, tetapi tetap ingin menyampaikan rasa kurang nyaman.

 

"Jangan terlalu dibawa serius agar tidak cepat tua," kekeh Saraswati.

 

"Jadi bagaimana nek, kalau misalnya justru ternyata Pak Wira yang akan menikahi Nadia?"

 

"Kalau seperti itu kasusnya maka nenek akan segera mengusirnya tanpa peduli pada pesan trakhir papa kamu karena pria itu tidak tahu balas budi!" tegas Saraswati dengan suara berapi-api.

 

Nadia terkekeh, "Nah ini baru neneknya Nadia." Pelukan hangat nan sayang segera meluncur, "nek, Nadia janji tidak akan tinggalkan nenek walau mungkin nanti Nadia menikah, nenek akan dibawa ke rumah Nadia."

 

"Memangnya suami kamu akan memberi ijin nenek tinggal di sana? Tidak ada yang bisa nenek lakukan selain menyusahkan."

 

"Nenek jangan bicara seperti itu, Nadia tidak akan menikahi pria tidak punya hati! Pokoknya pria itu harus menyayangi nenek juga."

 

"Iya sudah, nenek akan ikut, tapi tidak janji ya," kekeh usil Saraswati.

 

"Tuh kan nenek begitu lagi!" Jadi, malam ini Saraswati puas menggoda Nadia-cucunya yang manis nan manja.

 

***

 

Waktu berhenti tepat di angka dua kala sebuah mobil mewah terparkir di halaman rumah Saraswati. Wanita tua ini segera menyambut hangat, "Selamat siang, senang bisa bertemu dengan anda."

 

Wira segera menyahut bersama kekeh, "Rupanya Nadia sudah mengatakan rencana kedatangan saya."

 

"Tentu saja, cucu saya gadis yang jujur dan baik."

 

Nadia mengintip lewat gorden kamarnya. "Hah, Pak Wira datang!" Rasa tidak percaya menyelimuti, kemudian memerhatikan sekali lagi, "tapi ... di mana putranya?" Gadis ini memasang mata elang mencari-cari keberadaan calon suaminya, kemudian berprasangka, "jangan-jangan benar Pak Wira yang akan menikahi Nadia bukan putranya. Papa ...!" raungnya.

 

Tidak lama Wira dan Saraswati berbasa-basi, kini mereka sudah duduk di ruang tamu termasuk Abimana. "Sebentar ya, saya panggilakan Nadia," pamit Saraswati yang segera menghilang dari ruang tamu.

 

"Ayo, calon suamimu sudah datang," bisik Saraswati saat mendapati Nadia sedang duduk cemas di depan meja rias di kamarnya.

 

"Siapa yang nenek maksud calon suami Nadia, Pak Wira? Nadia tidak mau ...," rengeknya diiringi frustrasi.

 

"Sembarangan, calon suami kamu masih muda, namanya Abimana, dia sudah menunggu kamu di ruang tamu!" riang Saraswati karena putra Wira tidak mengecewakan.

 

"Tapi bagaimana atittudenya? Nadia tidak mau menikah dengan pria beratittude rendah nanti bagaimana kalau dia tidak memperlakukan Nadia dengan baik?" kecemasan gadis ini masih berlanjut.

 

Saraswati membelai lembut puncak kepala cucunya yang masih duduk di depan meja rias seiring tengadah ke arahnya. "Jangan berpikir yang tidak-tidak, sekarang lebih baik temui dulu calon suami Nadia," bujuk lembutnya yang senada dengan ucapannya.

 

Nadia membuang udara keberatan, tapi percuma saja karena pria bernama Abimana telah tiba dan menunggunya. Nadia berdiri dengan kedua kaki lemas. "Nek ..., Nadia tidak siap," rengeknya.

 

"Sekarang kamu bisa bilang tidak siap, tapi nenek yakin akan berbeda cerita saat kamu melihat Abimana!" Antusias Saraswati.

 

"Kok nenek bersemangat sekali? Nadia curiga deh, jangan-jangan Abimana ganteng sekali. Hihi ...." Nadia sudah mampu berkelakar karena melihat ekspresi Saraswati.

 

"Nenek yakin, Nadia belum pernah melihat laki-laki seganteng Abimana." Senyuman excitednya. Dengan memasang wajah seperti ini memudahkan Saraswati menggiring cucunya menuju ruang tamu.

 

Nadia berjalan anggun di sisi Saraswati walau bersama seribu ragu yang kembali menjalar, saat itu Abimana melihat sosok gadis cantik semampai pilihan ayahnya. Sejenak, senyumannya mengembang begitu saja, tapi sedetik kemudian mengembalikan sikap tenangnya.

 

"Mohon maaf lama menunggu, biasa ... anak gadis grogi jika akan bertemu calon suaminya," kekeh Saraswati.

 

Wira terkekeh kecil, "Tidak apa, wajar saja, jangankan Nadia, Abimana saja berkeringat dingin."

 

Abimana segera berkata penuh wibawa, "Tidak, pa."

 

Kini, Nadia duduk di sisi Saraswati di hadapan Wira dan Abimana. Wanita ini mengenalkan Nadia secara formal pada kedua tamunya, "Ini Nadia-putri satu-satunya Abraham dan Naila."

 

"Senang mengenal putri dari sahabat saya," sahut hangat nan ramah Wira, sedangkan Abimana hanya tersenyum kecil.

 

"Nak Abimana, nenek rasa Pak Wira sudah menceritakan tentang Nadia. Jadi, nenek harap Nak Abimana bisa menerima Nadia dengan senang hati dan menyayanginya seperti kami menyayangi Nadia."

 

Abimana bergeming, entah apa jawaban yang harus dikatakannya pada wanita tua di hadapan serta pada Wira tentang pertemuan yang mengarah pada perjodohan ini.

 

Bersambung ....

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status