Share

Keputusan Abimana

Wira menyahut kalimat Saraswati karena Abimana tidak kunjung memerdengarkan suaranya, "Abimana grogi melihat gadis secantik Nadia." Tawa kecilnya di akhir.

 

Saraswati terkekeh kecil, "Tidak apa, ini pertemuan pertama mereka."

 

Abimana tersenyum kecil ke arah Sarawati, kemudian melirik ke arah Nadia yang sedang menunduk. Kenapa dia tidak mau menatap saya? Apa saya bukan kriterianya? Hati Abimana bertanya-tanya.

 

Wira melanjutkan obrolan dengan Saraswati, "Saya dengar hanya ini aset yang tersisa milik Abraham. Maaf saya lancang, tapi mengapa Abraham bisa bangkrut sampai ke akar-akarnya?"

 

Saraswati menghembus napas lirih, "Saat Naila menghilang, Abraham merogoh banyak uang untuk mencari istrinya, setelahnya Abraham sakit keras hingga mengharusnya menjalankan perawatan panjang, saat itu perusahaan hanya dipercayakan pada seorang tangan kanan, tetapi semakin lama, perusahanan semakin ambruk hingga membuat putra saya harus mengambil langkah besar dengan meminjam uang ke bank untuk menutupi kerugian serta biaya pengobatannya, tapi ... akhirnya perusahaan jatuh dan membuat kondisinya semakin memburuk hingga meninggalkan Nadia." Cerita pilu Saraswati sangat menyentuh hati Wira.

 

"Tidak seharusnya saya mengungkitnya, saya mohon maaf," sesal Wira.

 

"Tidak apa, anda berhak tahu." Saraswati tidak keberatan sama sekali.

 

Wira menatap Nadia yang sedang mengusap ekor matanya menggunakan jari rampingnya. "Saya akan menanggung biaya sekolah serta biaya hidup kalian karena Abraham juga sudah sangat banyak membantu saya."

 

Saraswati dan Nadia mengerjap, wanita tua ini berkata, "Sudah satu bulan ini Nadia tidak kuliah karena keterbatasan biaya, saya sangat berterimakasih jika Pak Wira bersedia membiayai sekolah cucu saya."

 

"Lanjutkan sekolahnya Nadia, tidak perlu memikirkan biaya lagi, ya," ucap lembut Wira pada si gadis.

 

Nadia mengangguk santun seiring berterimakasih pada Wira yang ternyata sangat baik hati, sedangkan

 

Abimana menatap ayahnya sesaat seiring berpikir jika balas budi dengan pernikahan telah dibatalkan, diganti dengan membiayai sekolah serta membiayai hidup si gadis. Maka, udara lega dihembusnya.

 

Wira menepuk bahu Abimana supaya menatapnya. "Papa dan papanya Nadia pernah membuat kesepakatan akan menikahkan anak-anak kami. Jadi, menikahlah dengan Nadia." Senyuman kecilnya di akhir. 

 

Seketika tubuh Abimana menegang. "Eu-pa, kita bicarakan tentang pernikahan di rumah saja, lagipula mama tidak di sini."

 

"Baiklah," setuju Wira karena kalimat Abimana masuk logika.

 

Nadia bersyukur karena pembahasan pernikahan dihentikan atas kalimat Abimana. Kini, obrolan Saraswati dan Wira hanya seputar kehidupan di masa lalu kala Wira dan Abraham berjuang bersama, sedangkan Nadia dan Abimana berdua di halaman.

 

"Kamu yakin mau menikah dengan saya?" tanya pria dengan perawakan propesional.

 

"Tidak tahu, andaipun menikah, saya hanya mengabulkan permintaan trakhir papa," jawab Nadia sesuai dengan isi kepalanya.

 

"Kalau papa saya dan nenek kamu bersikerasa menikahkan kita, apa yang akan kamu lakukan?"

 

"Tidak tahu." Nadia tidak memiliki rencana hidup terlalu jauh karena niatnya kini hanya menjalani kehidupan bahagia bersama sang nenek dengan cara apapun."

 

"Berapa usia kamu?" selidik Abimana karena Nadia terlihat masih polos.

 

"Dua puluh." Tatapan Nadia menyimpan banyak kesedihan yang membuat Abimana prihatin karena lukisan mata itu sangat membatin. Namun, dirinya tidak mungkin membantu apalagi menikahinya sebagaimana pesan trakhir Abraham.

 

"Lanjutkan sekolah kamu, jangan berpikir akan menikah dengan saya, saya tidak baik buat kamu." Dingin Abimana.

 

Nadia memandangi pria yang berdiri di sisinya, wajahnya sangat dingin dengan hati yang beku. "Saya tahu." Gadis ini menundukan wajahnya, tidak ingin kembali menatap Abimana.

 

Abimana berlalu begitu saja, masuk ke dalam ruang tamu meninggalkan Nadia yang menatap punggung berisi nan lebarnya. "Sudah saya duga, pria yang dipilih papa tidak akan mau menikahi saya walau papa menganggap pria itu terbaik atau karena Pak Wira harus membalas budi baik papa yang entah apa? Pernikahan bukanlah hal yang harus dipakai membalas budi, itu tidak masuk akal."

 

Nadia yang sejak awal tidak menginginkan pernikahan ini semakin mundur saja setelah melihat sikap dingin Abimana yang mencerminkan isi hatinya.

 

Cukup lama Wira dan Abimana berkunjung ke kediaman Saraswati dan Nadia, kini keduanya sudah kembali dan menceritakan pertemuan tadi kepada Mila. "Kasihan sekali Nadia, papa tidak tega melihatnya," tandas Wira setelah bercerita panjang lebar.

 

"Mama juga," iba Mila yang kini memikirkan kesedihan si gadis.

 

Abimana berkata, "Tapi Abi tidak bisa menikahi Naila."

 

Seketika Wira dan Mila menatap penuh kebingungan pada putra mereka. "Mengapa? Nadia gadis cantik dan baik, kamu melihatnya sendiri?" tanya pria ini.

 

"Nadia tidak cocok dengan Abi. Pola pikirnya masih kekanak-kanakan sesuai dengan usianya."

 

"Itu bukan masalah besar, wajar Nadia kekanak-kanakan karena dia memang gadis yang polos."

 

"Seharusnya di usia dua puluh seorang gadis sudah memiliki pemikiran dewasa." Itu adalah hasil pemikiran sepihak Abimana.

 

Wira menghembus uadara pendek. "Jika bukan karena kebaikan hati Abraham, belum tentu kamu sampai di usia dua puluh enam seperti saat ini."

 

Seketika perhatian Abimana sangat tercuri oleh kalimat Wira. "Memangnya apa yang dilakukan pria bernama Abraham sampai-sampai papa harus membayarnya dengan pernikahan?"

 

"Abraham adalah pria berhati malaikat, dia menyelamatkan nyawamu saat keadaan kritis. Jika bukan karena pertolongannya kamu bukan Abimana yang sekarang."

 

"Tapi pa, apa jadinya masa depan Abi jika harus menikah dengan Nadia, bahkan dia tidak bisa dikenalkan pada rekan-rekan Abi, Nadia terlalu muda. Apa kata mereka? Mungkin mereka akan berpikir jika Abi penyuka anak kecil!"

 

"Jangan bicara kasar begitu, berterimakasihlah pada Abraham yang telah menyelamatkan nyawamu," ulang Wira supaya Abimana mengerti.

 

Abimana membuang wajahnya sesaat. "Abi sudah memiliki seorang wanita matang, usianya hanya satu tahun di bawah Abi, wanita itu pantas menjadi istri bukan Nadia," jelas santun pria ini.

 

Bersambung ....

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status