Share

Bab 2

Author: ILLUSY PENA
last update Huling Na-update: 2022-11-19 07:24:24

"Aw!" Keduanya bertatap-tatapan cukup lama, sebelum perempuan itu segera mengalihkan pandangan dari Ronald.

Menyadari itu, Ronald merasa bersalah. "Maaf!"

Ronald pun kembali berjalan sambil menarik kopernya tanpa menunggu balasan gadis yang baru saja ia tabrak itu.

Aisyah kini memandangi belakang Ronald dengan tatapan sedikit kesal. Namun itu tak lama, karena ia kembali menoleh ke kiri dan kanan, seolah sedang mencari seseorang.

"Di mana Abah? Kemana Abah?" pikir Aisyah sangat khawatir.

Ia ingat jelas, sebelumnya ia menyuruh Abahnya untuk menunggu di tempat itu saat pergi mengambil kunci rumahnya yang ketinggalan di sebuah warung makan. Tapi, abahnya tidak terlihat!

Sementara itu, Ronald kini berdiri di pinggir jalan. Ia terlihat sedang memikirkan sesuatu.

"Jika aku berjalan hingga ke pinggiran kota, pasti akan membutuhkan waktu yang cukup lama. Sudah begitu, aku pasti akan sangat lelah," pikir Ronald, ia segera menghela napas.

"Sudahlah, lebih baik aku naik bus saja. Semoga saja harganya tidak mahal," pikir Ronald.

Ronald kini menoleh ke kanan. Ia siap menyambut kedatangan sebuah bus untuk ia tumpangi. Bagaimanapun juga, Ronald tidak mau berjalan sejauh berpuluh-puluh kilometer.

Namun, Ronald begitu terkejut ketika netranya tak sengaja menangkap sebuah mobil melaju dengan kecepatan tinggi. Padahal, ada sosok pria tua yang saat itu hendak menyeberang jalan. Kecepatan jalannya sangat lambat karena memakai tongkat--membuat Ronald sangat khawatir.

Ronald pun melepaskan koper yang ia pegang. "Awas!"

Ronald segera mendorong kakek tua itu sampai terpental ke sisi lain jalan. Sementara itu, Ronald tidak punya kesempatan untuk menghindar.

Pengemudi mobil berkecepatan tinggi itu juga terlihat berusaha menginjak pedal rem, namun terlambat. Ban mobil sempat berhenti dan terseret di jalan--membuat Ronald tetap tertabrak hingga terpental agak jauh.

Ronald kini bermandikan darah, ia sempat melihat beberapa orang yang segera mendekati dirinya kemudian akhirnya hilang kesadaran.

Lelaki tua itu begitu terkejut menyadari kejadian yang baru saja dilihatnya.

Sedari tadi, dia mencari keberadaan putrinya--Aisyah--, tetapi malah nyaris ditabrak dan diselamatkan pria yang tak dikenalnya.

Oleh sebab itu, dia merasa harus ikut bertanggung jawab atas apa yang Ronald alami saat ini.

Ia pun segera ikut bersama dengan para warga untuk mengantarkan Ronald ke rumah sakit, bersama sang penabrak yang bernama Mila Smith.

****

"Abah ke mana sih? Mana ponselnya ketinggalan lagi," gumam Aisyah yang saat itu khawatir.

Baru saja dia mengeluh, ponsel Abahnya kini berdering.

Tampak, nomor yang tidak dikenal kini menelepon nomor Abahnya. Namun, Aisyah memutuskan untuk mengangkatnya.

[Dengan siapa dan di mana?] ucap Aisyah di telepon.

[Ini aku, Abahmu! Aku sekarang sedang berada di rumah sakit Kota Asland. Datang ke sini sekarang!] kata Kiyai Sulaiman.

[Abah?! Apa yang terjadi? Siapa yang sakit?] Aisyah bingung, tetapi dia tidak menyembunyikan rasa senangnya ketika abahnya menelepon.

[Akan aku jelaskan saat kamu sampai. Cepatlah ke rumah sakit! Oh yah, jangan lupa bawa kartu ATM Abah ya!] pesan Kiyai Sulaiman dalam telepon.

Aisyah pun menurutinya. Kini, dia bergegas kembali ke parkiran untuk segera mengambil mobilnya. Bahkan, dia pulang ke rumah untuk mengambil kartu ATM sang Abah.

*****

Ronald sedang ditangani oleh para tenaga medis di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Asland.

Sementara itu, Kiyai Sulaiman terlihat berjalan mondar-mandir di depan pintu gawat darurat, begitu khawatir dengan keadaan sang penyelamat nyawa.

Namun, gerak-gerik Kiyai Sulaiman membuat risih Mila Smith yang saat itu sedang duduk.

Dengan ekspresi kesal, Mila pun berdiri dan berkata, "Bisa tidak, kamu duduk diam saja? Lagian tidak ada yang menyalahkan dirimu, kamu bisa pergi jika mau. Aku yang akan bertanggung jawab."

Namun, Kiyai Sulaiman memandang Mila hanya sedetik karena pria itu segera memalingkan wajahnya ketika menyadari penampilan Mila yang terbuka.

"Sudahlah, aku ingin keluar sebentar. Toh ada kamu yang menjaganya," ucap Mila. Ia segera pergi meninggalkan Kiyai Sulaiman sendiri di situ, merasa Kiyai Sulaiman begitu aneh.

Kiyai Sulaiman hanya mengangguk dan menanti hasil perawatan Ronald.

Tak berapa lama, Aisyah bersama dengan Umi Nayla kini datang menghampiri Kiyai Sulaiman yang masih terlihat khawatir.

"Ada apa Abah? Siapa yang sakit?" tanya Aisyah khawatir.

Kiyai Sulaiman kini menghela napas.

"Tadi, aku hampir ketabrak. Beruntungnya ada seorang pemuda yang menolongku. Karena menolongku, pemuda itu harus ketabrak mobil dan akhirnya dilarikan ke rumah sakit," ucap Kiyai Sulaiman menjelaskan.

Aisyah dan sang umi mengangguk.

Ketiganya pun kemudian menunggu di depan pintu gawat darurat. Mereka tentu saja sangat berharap Ronald baik-baik saja.

Menit demi menit berlalu, tetapi dokter belum selesai menanganinya. Bahkan, Mila tidak terlihat. Hanya saja, seorang petugas administrasi mengatakan bahwa biaya medis telah dibayarkan perempuan itu.

Kiyai Sulaiman hanya menggeleng, menyadari tindakan tidak bertanggung jawab perempuan itu. Untung, dirinya, Aisyah, dan istrinya mau menunggu sampai Ronald dipastikan baik-baik saja.

"Allahu Akbar Allahu Akbar..."

Suara adzan tiba-tiba terdengar jelas di telinga ketiganya--menyadarkan mereka akan kewajiban yang harus segera dilaksanakan.

"Lebih baik, kita pergi sholat Maghrib dulu. Nanti, kita doakan agar dia baik-baik saja," ucap Kiyai Sulaiman.

Mendengar itu, Aisyah dan Uminya menghela napas. Namun, tetap mengikuti perintah sang kepala keluarga untuk bergegas ke musholla--melaksanakan ibadah sholat Isya.

Dalam sholat, ketiganya berharap Ronald bisa pulih dan lolos dari kondisi kritis. Sayangnya, itu tidak semudah yang mereka harapkan.

Setelah selesai sholat Isya, mereka bertiga kembali dan menemukan bahwa sang dokter telah selesai melakukan penanganan.

Ada kabar baik dan buruk tentang Ronald.

Kabar baiknya, Ronald telah melewati masa kritis. Sedangkan, kabar buruknya: Ronald mungkin akan cacat. Ronald akan sulit berjalan.

Tentu, Kiyai Sulaiman yang paling terpukul. Melihat itu, Umi Nayla berusaha menenangkan sang suami.

"Apa dia benar-benar tidak bisa pulih seperti sebelumnya, dok?" tanya Aisyah panik. Perempuan itu tak ingin ayahnya sedih.

"Memang masih ada kemungkinan besa pasien bisa sembuh, tapi kemungkinannya sangat kecil."

Kiyai Sulaiman semakin sedih.

Rasa bersalah saat menatap Ronald yang sedang terbaring dan masih belum sadar, semakin besar.

Aisyah dan Umi Nayla menghela napas. Bagaimanapun, Ronald mengalami nasib malang ini karena Kiyai Sulaiman, abahnya Aisyah.

"Abah...." lirih keduanya memeluk sang kepala keluarga.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Suami Gangster sang Ustadzah   Bab 55 | Ending

    Dari belakang pria yang menodongkan pistol, muncul seorang pria kurus dengan membawa alat pemukul bola bisbol. Dengan wajah tersenyum, ia mulai memukuli sang pria bejat sambil berkata, "Beraninya kau memaksa nafsumu pada wanita tidak berdosa, mati saja kau!" Aisyah segera ditarik keluar dari ruangan itu. Sementara dua orang mulai memukuli pria bejat itu.Orang itu terus memukuli sampai tongkat bisbolnya hancur. Beberapa tembakan juga menembus kaki dan tangan pria hidung belang itu. Aisyah berhasil diselamatkan sebelum pria bejat itu melakukan hal intim. Meskipun sebenarnya itu sudah termasuk pelecehan. Aisyah segera dilarikan ke rumah sakit. Sementara itu, Ronald terlihat lemas. Ia nyaris tak lagi memiliki tenaga untuk melawan. Andai saja Ronald tidak diikat menggunakan rantai, Enzo dan Frigia beserta anak buahnya telah wafat. "Bagaimana rasanya melihat orang-orang yang kau sayangi di perlakukan seperti ini?" tanya Enzo, mencengkeram rahang bawah wajah Ronald. "Akan ada seseoran

  • Suami Gangster sang Ustadzah   Bab 54

    Aisyah menangis ketika melihat Rian dipukuli tanpa boleh melawan. Kepalanya kini telah berlumuran darah. Tapi tatapan Rian tetap tertuju pada ibu angkatnya. Dalam hati, Rian hanya ingin melindungi Aisyah. Meskipun sebenarnya ia tidak sanggup dan tidak dapat melakukan apapun. Pada akhirnya, Rian harus pingsan lantaran tubuhnya sudah tidak sanggup dipukuli lagi. Setelah puas melihat adegan itu, Frigia memerintahkan anak buahnya untuk membawa Aisyah dan Rian pergi menemui Ronald di kota Chester. ***Di sebuah gudang besar dengan lampu yang sedikit redup. Terlihat Ronald yang sedang diikat dengan rantai. Tampak sangat jelas di tangannya ada bekas jahitan. Sepertinya Enzo memang tidak membiarkan Ronald mati dengan mudah. Hanya karena ingin melihatnya mati perlahan. Bagaimanapun, Enzo juga memiliki dendam kesumat dengan Ronald. Karena telah membunuh kedua putra kesayangannya. Ketika Ronald membuka matanya, ia menatap Enzo penuh kemarahan. "Tidak perduli kau menyiksaku bagaimana, itu t

  • Suami Gangster sang Ustadzah   Bab 53

    Melihat Ferdi ditembak mati, Ronald akhirnya murka. Ia mengeluarkan dua pistol dan menembak dengan sangat cepat. Setiap peluru yang dilepaskan mengenai jantung dan langsung membuat korbannya meninggal dunia. Namun, jumlah yang harus dilawan oleh Ronald ada puluhan. Dan masing-masing dari mereka telah membidik Ronald sejak awal. Sehingga, sebuah peluru mengenai lengan kiri dan kanannya. Nasib Lisa juga tidak kalah mengenaskan. Lengan kanan dan kirinya terluka akibat serangan peluru. Itu membuat Lisa tidak mampu mengangkat pistolnya untuk menyerang. Seseorang mendekat dan memukul kepala Lisa dengan keras, sampai ia pingsan. Sementara Ronald, ia mengeluarkan belati dan menyerang orang yang hendak menangkapnya. "Sudah terluka parah dan kau masih melawan? Ronald... kau memang tidak pernah mengecewakan ku." kata Enzo dari jauh. Ronald bergerak sangat cepat, membunuh delapan orang dengan belati, kemudian sesekali menggunakan pistol untuk menembak. Tangannya yang terluka karena peluru

  • Suami Gangster sang Ustadzah   Bab 52

    Ronald sekeluarga akhirnya sampai di desa Routh setelah menempuh perjalanan. Kedatangan Ronald disambut baik oleh para warga di desa Routh. Aisyah kemudian dibawa masuk ke rumah besar, yang dulunya adalah kediaman Tuan George. "Rumah ini dulu adalah rumah milik tuan George, tapi sekarang tidak lagi. Rumah ini sudah dijadikan tempat pemerintahan desa Routh. Kantor desa, puskesmas, perpustakaan, dan balai desa, bahkan juga sekolah di bangun di halaman belakang. Semuanya menyatu di tempat ini." kata seorang penatua desa. Dia bernama Jigar. Seseorang yang dituakan dan dihormati di desa Routh. "Sepertinya desa ini mengalami perkembangan. Aku ikut senang melihatnya." kata Ronald. "Tentu saja ini tidak akan terjadi tanpa bantuan Tuan Ronald. Kau tahu, banyak warga desa menatap patung mu di lapangan dengan ekspresi kagum. Mereka menjadikan mu sebagai sesuatu yang harus dicontoh. Anak-anak rajin belajar, berinovasi, dan kreatif. Ada juga yang berlatih beladiri agar kelak bisa menjadi sepert

  • Suami Gangster sang Ustadzah   Bab 51

    "Jika Ayah nanti pergi, tolong jaga Aisyah seperti kamu menjaga ibu kandung mu." kata Ronald, sedang berjalan menuju apartemennya. "Aku sudah menganggap ayah dan ibu sebagai keluargaku, aku pasti akan melindungi ibu dengan segenap kemampuan ku." kata Rian. "Kau juga jangan malas latihan. Meski aku belum mengajari mu bertarung, tapi kau harus memperkuat fisik mu dengan latihan berat setiap hari sebagai pondasi." "Jangan meremehkan konsisten, bahkan batu yang sangat keras sekalipun dapat dilubangi dengan setetes air yang dijatuhkan dengan konsisten. Begitupun dengan tubuhmu, meski kau lemah, jika kau konsisten untuk berlatih, maka kau akan menjadi sangat kuat nantinya." kata Ronald. "Aku akan mengingatnya, Ayah!" kata Rian. Ronald tersenyum. Akhirnya Ronald dan Rian sampai di apartemen. "Apa yang ingin kau lakukan di luar kota?" tanya Aisyah. "Hanya urusan mendadak. Ini mengenai teman-temanku, Aisyah. Tolong pengertiannya." kata Ronald. Aisyah menghela napas. "Aku ikut saja den

  • Suami Gangster sang Ustadzah   Bab 50

    Beberapa hari berlalu, Ronald dan Rian keluar untuk bekerja di restoran ketika pagi hari.Ketika baru saja keluar dari apartemen, langkah Ronald terhenti ketika melihat pria tua dengan pakaian compang-camping dari seberang jalan."Ayah, kasihan banget orang itu. Bagaimana kalau kita kasih sedikit uang?" tanya Rian. Ronald tersenyum dan menjawab, "Jangan lihat dirinya yang tua dan penampilan yang lusuh. Dia itu adalah orang yang sangat berbahaya. Kau harus menjauh darinya." Ronald berjalan, Rian mengejar dari belakang, memegang tangan Ronald dan bertanya, "Kenapa? Kelihatannya dia cuma kakek-kakek tua yang kasihan." Rian kemudian kaget saat tiba-tiba tangan seorang kakek tua berada di pundaknya. "Nak, apa yang ayahmu katakan benar." pria tua itu kemudian berada di depan Rian sambil tersenyum. "Kau tampan dan gagah seperti ayahmu," kata pria tua itu. Ronald menangkap tangan pria tua dan menjauhkannya dari Rian. "Apa yang kau inginkan? Sudah lebih sepuluh tahun, kita juga tidak ad

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status