Dari belakang pria yang menodongkan pistol, muncul seorang pria kurus dengan membawa alat pemukul bola bisbol. Dengan wajah tersenyum, ia mulai memukuli sang pria bejat sambil berkata, "Beraninya kau memaksa nafsumu pada wanita tidak berdosa, mati saja kau!" Aisyah segera ditarik keluar dari ruangan itu. Sementara dua orang mulai memukuli pria bejat itu.Orang itu terus memukuli sampai tongkat bisbolnya hancur. Beberapa tembakan juga menembus kaki dan tangan pria hidung belang itu. Aisyah berhasil diselamatkan sebelum pria bejat itu melakukan hal intim. Meskipun sebenarnya itu sudah termasuk pelecehan. Aisyah segera dilarikan ke rumah sakit. Sementara itu, Ronald terlihat lemas. Ia nyaris tak lagi memiliki tenaga untuk melawan. Andai saja Ronald tidak diikat menggunakan rantai, Enzo dan Frigia beserta anak buahnya telah wafat. "Bagaimana rasanya melihat orang-orang yang kau sayangi di perlakukan seperti ini?" tanya Enzo, mencengkeram rahang bawah wajah Ronald. "Akan ada seseoran
“Selamat, hari ini Anda telah bebas. Kuharap Anda dapat menjadi lebih baik lagi, dan tidak akan kembali ke tempat ini. Jadilah orang baik!” ujar salah seorang sipir.Ronald hanya tersenyum ketika mendengarnya. Lagian, siapa juga yang mau kembali ke penjara?“Terima kasih, aku juga tidak bisa menjamin akan menjadi masyarakat yang baik. Tapi, aku akan berusaha untuk tidak kembali ke tempat ini,” jawab Ronald sambil tersenyum pahit ketika mengingat masa-masa penderitaannya di dalam penjara. Ia bertekad tidak akan pernah menginjakkan kakinya lagi di penjara.Setelah itu, Ronald pun berbalik. Sipir tadi juga kembali ke dalam setelah menutup gerbang besar--yang selama lebih dari sepuluh tahun telah mengurung Ronald.Ronald lalu menatap ke langit yang terlihat cerah.Mungkin, itu pagi yang cerah dan biasa bagi kebanyakan orang di luar sana. Namun, ini adalah permulaan baru dalam hidup Ronald.Sesaat setelah menatap langit cerah, Ronald seakan bisa melihat wajah adiknya yang tersenyum lebar
"Aw!" Keduanya bertatap-tatapan cukup lama, sebelum perempuan itu segera mengalihkan pandangan dari Ronald. Menyadari itu, Ronald merasa bersalah. "Maaf!" Ronald pun kembali berjalan sambil menarik kopernya tanpa menunggu balasan gadis yang baru saja ia tabrak itu.Aisyah kini memandangi belakang Ronald dengan tatapan sedikit kesal. Namun itu tak lama, karena ia kembali menoleh ke kiri dan kanan, seolah sedang mencari seseorang."Di mana Abah? Kemana Abah?" pikir Aisyah sangat khawatir. Ia ingat jelas, sebelumnya ia menyuruh Abahnya untuk menunggu di tempat itu saat pergi mengambil kunci rumahnya yang ketinggalan di sebuah warung makan. Tapi, abahnya tidak terlihat!Sementara itu, Ronald kini berdiri di pinggir jalan. Ia terlihat sedang memikirkan sesuatu."Jika aku berjalan hingga ke pinggiran kota, pasti akan membutuhkan waktu yang cukup lama. Sudah begitu, aku pasti akan sangat lelah," pikir Ronald, ia segera menghela napas."Sudahlah, lebih baik aku naik bus saja. Semoga saja ha
Saat tengah malam sampai dini hari, Kiyai Sulaiman sholat tahajud di rumahnya.Mereka semua memang sudah pulang ke rumah. Namun, hati pria tua itu tak tenang.Sepanjang sepertiga malam, kiyai Sulaiman melaksanakan Sholat istikharah meminta petunjuk Allah.Kiyai Sulaiman akhirnya berhenti setelah hatinya cukup tenang. Sebuah keputusan telah dibuat.*****"Umi Nayla ... Aisyah ... ada sesuatu yang Abah ingin katakan. Ini sangat penting." Umi Nayla dan Aisyah menahan napas. Mereka berdua hanya diam, siap mendengarkan amanah Kiyai Sulaiman.Kiyai Sulaiman menarik napas. "Aisyah, kamu sudah besar. Sudah waktunya kamu menikah." "Tapi Abah, aku masih belum mempunyai calonnya," ucap Aisyah seketika. Umi Nayla yang adalah ibu kandung Aisyah segera memegang tangannya dan menatapnya. Aisyah seketika diam dan menunduk."Pemuda itu mengalami nasib buruknya adalah karena ingin menyelamatkan Abah. Sepanjang malam, Abah sholat istikharah dan meminta petunjuk Allah. Yang aku pikirkan, hanya pemuda
"Siapa kalian?" tanya Ronald seketika. Ronald kaget ketika menyadari sudah ada tiga orang yang menjenguknya. Ia sebelumnya termenung sampai tidak menyadari kedatangan Kiyai Sulaiman dan sekeluarga. Kiyai Sulaiman tersenyum. "Nak, terima kasih kau telah menolongku. Jika bukan karena dirimu, mungkin aku yang berada di posisimu sekarang." "Oh, jadi kamu kakek-kakek tua yang aku selamatkan itu?" ucap Ronald, Kiyai Sulaiman mengangguk membenarkan apa yang Ronald katakan. Ronald kemudian memalingkan wajahnya.Aisyah yang menyaksikan dari belakang Abahnya kini hanya bisa menghela napas seraya mencoba untuk bersabar. Inilah, calon suaminya."Kau tidak menyesal menolongku, kan?" tanya Kiyai Sulaiman lagi."Percuma saja menyesal, semuanya sudah terlanjur terjadi. Terus berandai-andai malah hanya akan menyakiti perasaan dan kesehatan ku," ucap Ronald dengan nada pelan. Meski suara Ronald pelan, namun itu terdengar jelas di telinga Kiyai Sulaiman, Umi Nayla, dan Aisyah itu sendiri.Kiyai Sula
" ... Jadikanlah hamba dan suami hamba kelak sebagai orang-orang yang beriman dan dirindukan surga. Bimbinglah kehidupan rumah tangga hamba ke jalan yang engkau Ridhoi Ya Allah.""Ya Allah... hamba serahkan semuanya kepadamu."Aisyah berdoa sepanjang waktu di malam hari. Ia menyerahkan segalanya kepada Allah. Aisyah akan menjalani kehidupan dan akan menerima setiap apa yang takdir berikan kepadanya.*****Setelahnya, Aisyah pun telah memantapkan hatinya, ia juga sudah pasrah dengan perjodohan ini. Di usianya yang sekarang, Aisyah memang sudah seharusnya membina kehidupan rumah tangga. Meski calon suaminya sungguh jauh dari harapan, tetapi semua telah terjadi. Namun, jauh di dalam hati, Aisyah dan sekeluarga masih belum tahu kasus apa yang pernah Ronald lakukan, sehingga ia bisa dipenjara selama sepuluh tahun. Pria itu tidak mengatakan apa pun.Pernikahan Aisyah dan Ronald ditunda sampai keadaan Ronald mulai membaik. Menit demi menit. Jam demi jam. Hari demi hari, hingga ak
Di sepertiga malam, Aisyah mengelap air matanya dan bangun untuk melaksanakan salat tahajud.Bukan karena hanya dia seorang ustadzah, Aisyah memang sudah terbiasa untuk melaksanakan salat tahajud di sepertiga malam setiap harinya. Lingkungan tempat tinggal Aisyah yang berada di sekitar pesantren menjadi alasan paling besar terbentuknya pribadi yang sholehah dalam diri Aisyah. Apalagi, kyai Sulaiman selaku Abahnya merupakan seorang yang paham agama.Saat Aisyah bangun ia sempat menoleh dan memperhatikan suami barunya itu."Haruskah kubangunkan?" lirih Aisyah. Namun, dia menggeleng dengan cepat.Gegas, Aisyah kemudian segera bergegas menyiapkan sajadah untuk melaksanakan salat tahajud. Ternyata, kejadian itu disaksikan oleh oleh Ronald, suaminya sendiri. Sebelum memulai melaksanakan salat tahajud, Aisyah sempat melirik dan memperhatikan suaminya.Timbul keinginan lagi di dalam diri Aisyah untuk mengajak suaminya salat tahajud bersama. Namun, mengingat kondisi suaminya yang sedang lum
Aisyah tersenyum ketika Ronald menanyakan mengapa ia masih memasang cadarnya meski hanya ada Aisyah dan Ronald sendiri di rumah itu. "Aku sudah lama menunggumu mengatakan hal seperti ini," ucap Aisyah yang kemudian segera mendekat dan menunduk di depan Ronald. "Jika kau memang ingin melihat wajahku, maka lepaskanlah cadar ku dengan tanganmu sendiri." ucap Aisyah. Ronald sempat merasa ragu, namun rasa penasarannya mendorong Ronald untuk membuka cadar Aisyah. Ronald juga merasa sangat gugup saat melakukannya. Apalagi tatapan tajam mata Aisyah yang indah seolah telah terkunci pada dirinya. Hal itu membuat jantung Ronald berdetak sangat cepat dan tidak karuan. Ronald juga sebenarnya tidak mengerti akan apa yang ia rasakan sekarang. Satu hal yang pasti, mulut Ronald kini berbentuk 'O' ketika melihat wajah cantik istrinya. Ronald kemudian memalingkan pandangan matanya tepat setelah melihat wajah Aisyah yang bagaikan bidadari. Kedua tangan Aisyah yang lembut, kini mengarahkan wajah Ron