Share

BAB 4

Aвтор: Drama Hati
last update Последнее обновление: 2021-08-14 21:24:57

“Tumben cantik.” Suara Rosa membuat langkahku terhenti tepat di depan pintu.

Aku menoleh, sedang mendapati Rosa tengah menyisir kucing angora kesayangannya di teras sedangkan tak jauh darinya, di kursi teras papa tengah asyik dengan koran dan tentu saja dengan kolor santainya setiap pagi. Kalau kalian ingin tahu apa yang dilakukan sang pengusaha sukses Anwar Hartono di pagi hari? Ya beginilah! Duduk menyilangkan kaki di kursi teras memakai kolor legendarisnya ditemani secangkir teh hangat dan beberapa potong kue tradisinonal.

“Emang dari dulu kakak kan udah cantik.” Cibirku.

Rosa mencebik. Seakan tak percaya dengan apa yang aku katakan. Tentu saja dia tak akan percaya, karena pagi ini adalah pagi terniatku bangun sebelum subuh, mandi keramas, memilih baju sampai hampir satu jam lamanya dan tentu saja bersolek di depan cermin sangat lama. Hanya untuk mendapatkan predikat cumlaude di hasil make-upku.

“Mau ketemu Reinard ya?” papa mengangkat dagu lantas menutup korannya.

“Fitting baju, tapi nanti siang.” Jawabku tanpa menoleh. Tanganku sedang sibuk mengaduk-aduk tas dan mengambil kunci mobil dari sana.

Rosa terbahak. “Bener kan mau ketemu sama calon suami?” cibirnya. “Kak Julia mah enggaka pernah dandan seheboh ini kalau Cuma mau ke kantor. Ya gak pa?”

Papa hanya menjawab dengan deheman kecil.

“Duduk sini dulu Jul.” papa meletakkan lipatan korannya di atas meja.

Aku menurut, duduk di kursi kayu bersebrangan dengan papa. Aku tahu jika papa sudah menyuruh duduk, berarti ada hal penting yang ingin beliau bicarakan.

“Papa mau pernikahan kalian nanti jadi pesta besar ya.” Papa menatapku. Sorot matanya bukan meminta pertimbangan, melainkan sebuah tuntutan yang harus dipenuhi.

Aku menghela nafas gusar. Padahal aku sudah bilang sejak beberapa hari lalu—lebih tepatnya semenjak pertemuanku dengan Reinard waktu itu, bahwa akau tidak ingin sebuah pesta yang mewah. Cukup antara keluarga saja.

“Pa, aku pengen pernikahan yang intim saja antara keluarga. Kalau kita mengadakan pesta mewah, aku takut jika mereka menganggap ini pernikahan bisnis pa!” kataku bersikeras, namun sedetik kemudian aku mengerutkan dahi dan mencondongkan tubuhku ke arah papa. “Atau jangan-jangan papa memang menjadikan ini sebagai pernikahan bisnis? Iya pa?”

Papa berdecak padaku.

“Kalau itu tujuan papa, aku enggak mau!” aku melipat tanganku di depan dada dan melengos. Mataku kini tertuju pada Rosa yang asik dengan kucingnya dan tak peduli dengan pembicaraan antara aku dan papa.

“Enak saja!” Sahut papa kemudian. “Papa memang benar-benar tertarik pada Reinard Ketika pertama bertemu dia di salah atu pesta pernikahan anak teman papa. Dia baik, sopan dan tentu saja tampan.” Papa tergelak dan aku hanya menatapnya miris.

“Jadi bener ya, papa enggak ada maksud lain?” todongku.

“Bener Jul. kalau papa bohong, kamu bisa membatalkan pernikahan kalian.”

Aku menarik nafas lega. Setidaknya aku  bisa bahagia dengan pernikahanku nanti tanpa embel-embel ‘bisnis’ atau hal lainnya yang cukup membuatku tidak nyaman selama ini.

“Baiklah…papa boleh ngadain pesta. Tapi tetep ya pa, untuk dekorasi dan lokasi aku yang atur.” Kataku kemudian dan papa hanya mengangguk dengan senyum lebar.

*****

Reinard sudah menungguku di lobi Ketika aku baru saja selesai memarkir mobil dan masuk ke dalam rumah sakit. Setelah saling ber’say-hay’ dan bertanya keadaan dengan sedikit canggung—maksudku aku. Reinard mengajakku ke ruangannya di lantai lima. Awalnya aku ingin kami segera meninggalkan rumah sakit, tapi Reinard lupa tidak membawa ponselnya dan kami harus Kembali lagi ke lantai atas.

Aku memang mengira jika akan banyak orang yang terkejut dengan kehadiranku Bersama Reinard. Tapi aku tidak menyangka jika respon mereka seheboh itu. Aku tidak menyangka jika Reinard adalah dokter idola di rumah sakit ini. Aku bisa melihat betapa banyak raut kecewa ketika pria bertubuh tinggi itu berjalan beriringan denganku lantas memperkenalkanku sebagai calon istrinya di depan para perawat dan karyawan lain. aku jelas tersanjung, dan tentu saja bangga.

“Kenapa ngenalin aku sama karyawan kamu?” tanyaku Ketika Reinard sudah menutup pintu ruangannya. Pria itu sibuk melepas jas dokternya sementara aku duduk di sebuah sofa Panjang berwarna abu-abu.

“Bukannya aku memang harus memperkenalkan calon istriku?” Reinard menggantungkan jas dokternya tanpa menoleh ke arahku.

Aku tersenyum tipis, jujur kuakui pipiku pasti kini sudah bersemu merah karena malu.

“Aku pikir, kamu tidak siap dengan perkenalan-perkenalan macam ini.”

Bagus Julia. Kamu harus berfikir positif tentang sebuah hubungan, apalagi ini tentang sebuah hubungan perjodohan. Aku tahu kamu mulai tertarik pada calon suamimu, tapi dalam hal ini kamu harus menjadi wanita dengan harga diri tinggi. Ingatlah bagaimana selama ini kamu menjadi wanita mandiri yang tidak pernah diperbudak oleh perasaan tertarik pada laki-laki?

“Julia…..” Reinard menatap tajam ke arahku. “Apa kamu masih ragu dengan apa yang kukatakan waktu itu padamu?”

“Ka—kata-kata apa?” Tanyaku terbata. Aku tidak bisa berlama-lama menatap mata tajam itu, jika ingin perasaanku baik-baik saja.

“Bahwa aku tertarik padamu.”

Aku melengos kearah lain. aku memang sering mendengar Reinard menagatakan hal itu padaku, namun kenapa selalu tidak sampai di hatiku. Apakah karena kami memang belum pernah bertemu dan terlibat hubungan fisik sedikitpun—selain jabatan tangan dan dia mengusap dahiku waktu itu.

“Ya….aku percaya padamu.”kataku setengah berbohong, maksudku hanyalah agar ia tidak mengatakan kalimat itu lagi.

Aku melihat Reinard terseyum dengan salah satu sudut bibirnya lalu menghampiriku.

“Bagaimana kalau kita berangkat sekarang?” ia menunduk, mengambil ponselnya di atas meja. Saat itu hembusan parfum dari bajunya menguar di hidungku. Aku tidak tahu pasti sebabnya, namun bau wangi dari tubuh Reinard seolah sedang memainkan jantungku yang tiba-tiba berdegup dengan kencang. Aku mengakui bahwa aku memang udah gila sekarang. Gila dengan pesona berondong berkharisma di depanku ini.

“Bagaimana Julia?” seperti biasa, suara Reinard berhasil membuatku kembali dari alam bawah sadar.

Aku mengangguk cepat. “I—iya. Itu ide bagus.” Aku beranjak dari tempat dudukku dan mengikuti Reinard yang sudah membukakakn pintu untukku.

Di luar, keadaan masih tak jauh beda dengan sebelum aku masuk ke dalam ruangan Reinard. Bahkan aku melihat raut tidak senang itu bertambah saat Reinard mempersilakanku keluar sedang ia menutup pintu. Aku tersenyum pongah, tentu saja aku bangga. Aku bangga jika mereka mengira aku dan Reinard telah melakukan sesuatu yang hebat di dalam sana sampai mereka cemburu. Padahal kami tidak melakukan apapun selain Reinard membuka jas dokternya dan kembali mengajakku keluar.

“Dokter!” sebuah suara melengking nyaring memenuhi koridor.

Aku menoleh dengan cepat, begitu juga dengan Reinard dan beberapa perawat yang masih berkumpul di ruang jaga. Dari ujung Lorong, dibalik silau matahari sore yang menembus jendela, aku melihat dengan samar sosok wanita yang berlari kecil kearah Reinard. Semakin dekat, dan aku tahu jika sosok itu juga memakai jas dokter seperti yang Reinard gunakan.

“Ih, dokter. Aku cari kemana-mana lho. Ini….aku kan mau konsultasi pasien………..” cerocosnya Ketika dia sudah sampai di depan Reinard. Perempuan itu berbicara tanpa jeda dan tentu saja tak menganggapku di sana.

Aku melirik Reinard, ia tampak tenang-tenang saja dengan apa yang dilakukan perempuan itu. Keadaan ini cukup membuatku mendegkus cemburu, apalagi Ketika aku melihat para perawat di nurse station itu Kembali berbisik-bisik.

Sekali lagi, aku menatap perempuan itu dalam-dalam. Jas putih yang dipakainya memperlihatkan kalau ia juga berprofesi sama dengan calon suamiku. Wajahnya bulat telur dan putih. Terlihat menggemaskan dengan poni tipis di keningnya dan lesung pipit di sisi bibirnya. Untuk usia, dia mungkin lebih muda dariku bahkan mungkin juga lebih muda daripada Reinard.

“Baiklah, kalau kondisinya masih stabil……” Reinard membuka suara setelah penjelasan panjang lebar dari perempuan itu. Disinilah aku terpukau melihat betapa sabar dan cerdasnya dia menyampaikan sesuatu dengan bahasa kedokteran yang tak aku ketahui artinya.

“Mengerti sekarang?” Reinard menyudahi kalimatnya.

Perempuan itu tersenyum lalu pamit pada Reinard. Namun sebelum ia mengayunkan Langkah, tiba-tiba tatapannya tertuju padaku. Aku yang langsung di tatap dengan cara seperti itu cukup terkejut. Tatapannya sarat dengan keingintahuan yang mendalam.

“Kenalin Win….” Reinard tiba-tiba menarik pergelanganku agar lebih mendekat kepadanya.

“Dia Julia, calon istri aku.”

Aku benar-benar melihat wajah perempuan yang dipanggil ‘win’ itu berubah. Dari ekspresi datar menjadi terkejut. Di sisi lain, saat ini hatiku seakan menggelembung hebat. Begitu bahagia dengan apa yang baru saja dikatakan Reinard.

******

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Suami Idaman   BAB 72

    “Oke…..selamat berbelanja.” Kata Brian sebelum mengakhiri teleponnya.Siang ini aku pergi berbelanja ke supermarket untuk membeli kebutuhan harianku yang sudah menipis. Aku juga butuh beberapa coklat agar pikiranku rileks. Semenjak pertemuanku dengan Reinard dua hari yang lalu, aku jadi sulit tidur dan pikiranku bergejolak tidak tenang.Aku membeli beberapa ikat sayuran, makanan olahan, daging beku, ikan beku dan kebutuhan yang lain seperti peralatan mandi.Nge-mall untuk sekedar membeli sayuran atau sabun adalah hal paling menggembirakan bagiku. Setidaknya aku berhasil membuat perasaanku menjadi lebih tenang dan bahagia. Apalagi jika aku sudah disuguhkan dengan toko sepatu, tas ataupun toko pakaian. Yakin, aku bisa lupa diri.Setelah lebih dari satu jam asyik mengitari satu etalase ke etalase yang lain, akhirnya aku menyerah. Menuju kasir untuk membayar lalu pulang. Aku ingin bersantai sambil selonjoran kaki di rumah, menonton TV dan meminum soda.Saat siap mengambil plastic belanjaa

  • Suami Idaman   BAB 71

    Seandainya bisa, aku ingin memutar waktu kembali ke satu jam yang lalu. Dimana aku mengenyahkan perasaanku dan menggunakan logikaku untuk berfikir. Karena yang terjadi sekarang, aku menyesal dengan tindakan gegabahku dan bertemu dengan Reinard.Aku bisa melihat jika sorot mata pria yang duduk di hadapanku sekarang ini begitu bahagia. Mungkin karena aku datang setelah ia menunggu berjam-jam.“Kenapa baru datang sekarang Jul?” tanyanya dengan nada lembut.“Awalnya aku tidak ingin datang.” Sahutku ketus.“Tapi nyatanya kamu datang kan?” ia tertawa kecil.Aku membuang wajahku keluar jendela. Hujan masih terlihat rintik-rintik dan beberapa orang masih menggunakan payung agar terhindar dari basah, dan beberapa yang tidak membawa payung tengah berteduh di emperan toko yang sudah tutup.“Aku memang sengaja datang di jam segini. Aku pikir kamu sudah tidak ada.” Jawabku pada akhirnya, menahan malu.“Aku kan sudah bilang, kalau aku bakalan nungguin kamu disini Julia.”“Kalau aku tidak datang?” a

  • Suami Idaman   BAB 70

    “Halo ma……” Brian mencium pipi mamanya, lalu menarik kursi di sebelahku dan duduk di sana.“Kenapa baru datang? Mama dan Julia sudah menunggu kamu sejak tadi.” Sahut Lydia ketika putranya tersebut sudah duduk.“Tadi sore setelah kelas terakhir, Brian ada keperluan dengan rector.” Brian menoleh kepadaku. “Kamu sudah pesan makan?” tanyanya kemudian.Aku mengangguk dan mengedik kearah meja. Ada beberapa makanan yang tersaji di sana, dan semua itu Lydia-lah yang memesan. Perutku masih cukup kenyak meskipun baru terisi makanan ketika sarapan tadi. Tapi pertemuanku dengan Reinard tadi berhasil membuatku tidak berselera makan.“Kami berdua sudah pesan, tinggal kamu Brian.” Lydia yang menyahut.Brian memanggil salah satu waiters lalu memesan beberapa makanan. Selama menunggu makanan tiba, kami berbincang.“Bagaimana kesehatan mama?” Tanya Brian sambil menuang air putih ke dalam gelas.“Kata dokter mama sudah membaik kok.” Sahut Lydia. “Iya kan Julia?”Aku mengangguk. “Iya bibi.” Meskipun sebe

  • Suami Idaman   BAB 69

    Sejam lalu, Brian menelponku agar aku bisa menyisihkan waktu untuk menemani mama-nya check up ke rumah sakit. Awalnya aku bingung, apakah yang terjadi antara aku dan dia beberapa malam yang lalu itu membuat hubungan kami berubah? Apakah sebuah ciuman memang bisa merubah status seseorang dari lajang menjadi berpacaran?Aku sulit memahami itu. Namun dari yang tersirat, sepertinya Brian memang sudah menganggap aku sebagai kekasihnya. Mungkin tindakan yang aku lakukan malam itu memang sepenuhnya tidak benar, aku terlalu terpukul sehingga logikaku memang tidak jalan. Saat itu aku butuh sebuah sandaran, sebuah kekuatan. Dan nyatanya kekuatan itu hadir dari ciuman Brian yang berhasil membuat dadaku terasa nyaman.“Maaf bibi, sudah menunggu lama.” aku berjalan tergesa untuk menemui Lydia yang sudah menungguku di depan rumah sakit. Wanita itu sendirian, aku tak menemukan Yohana di sampingnya.“Tidak. Bibi juga baru datang kok.” Sahut Lydia tersenyum manis ke arahku.“Bibi Yohana kemana?” tanya

  • Suami Idaman   BAB 68

    Aku hanya tersenyum ketika melihat Claire yang sudah asyik berbincang dengan seorang pria yang baru dikenalnya. Pria itu bernama Jo dan seorang keponakan dari teman sekelas kami. Pria itu masih single dan terlihat jika Jo maupun Claire saling tertarik satu sama lain. Maka dari itu, sebagai teman yang baik aku memberi mereka ruang untuk saling berbincang, lagipula sebentar lagi Marina juga akan datang menemuiku.“Kamu seharusnya di dalam, di luar begitu dingin.” Brian datang menyusulku.Aku menoleh padanya. Aku pikir setelah apa yang dilakukannya semalam dengan tiba-tiba menungguku di depan pintu apartement, lalu memelukku akan membuatnya canggung ketika bertemu denganku. Namun kenyataannya, pria itu malah semakin memperlihatkan perasaannya kepadaku. Ia begitu hangat, bahkan sore tadi ia datang menjemputku. Mengabaikan bisik-bisik dari orang-orang di kampus yang menerka-nerka tentang hubungan kami.“Aku sedang menunggu Marina.” Sahutku.“Perempuan kemarin?” Ia mengerutkan dahinya. Memp

  • Suami Idaman   BAB 67

    Marina langsung memelukku ketika kami saling berhadapan. Pelukannya sangat erat, seakan ini wujud pelampiasan rindunya yang ia tahan untukku selama ini. Karena memang semenjak perceraian itu, aku sama sekali tidak bertemu dengannya. Bahkan saat bercerai, aku hanya mengabarinya lewat telepon dan itu benar-benar membuat Marina menangis terisak-isak.“Julia, aku tak menyangka bahwa akan bertemu denganmu lagi.” Perempuan itu melepaskan pelukannya, lalu mengusap ujung matanya yang basah. Marina tak banyak berubah. Wajah perempuan itu masih saja terlihat cantik. Hanya saja rambutnya kini berubah warna menjadi coklat terang.“Aku juga tidak menyangka jika kamu akan menelponku Marina. Bagaimana kabarmu? Dan dimana si kecil Lily?” tanyaku bertubi-tubi. Mataku beralih pandang ke sekeliling. Tapi aku tak menemukan Lily di sekitar sini. Padahal aku sudah berharap akan menemukan gadis cantik itu disana. Lily sudah berusia kurang lebih lima tahun sekarang. Dan pasti ia akan bertambah cantik dan men

  • Suami Idaman   BAB 66

    Lydia, seorang wanita berusaha setengah abad lebih, namun terlihat masih begitu muda dan cantik meskipun kali ini ia terlihat pucat dan terbaring lemah di rumah sakit.Melihat kedatanganku dan Brian, perempuan itu berusaha untuk duduk dengan dibantu seorang wanita yang usianya tak jauh berbeda. Di luar tadi Brian sempat cerita bahwa perempuan itu adalah seorang bibi yang Lydia bawa dari Indonesia, namanya Yohana.“Siapa ini Brian?” matanya berbinar saat menatapku. Kelihatan ia sangat terkejut namun juga bahagia.Aku hanya mengulum senyum sedangkan Brian tiba-tiba merangkulku, dan reflek giliran aku yang sekarang terkejut.“Brian kan sudah bilang ma, kalau ini adalah pacar Brian.”Aku melotot tidak percaya. Setidaknya Brian harus mengenalkanku sebagai sahabatnya saja, bukan pacarnya. Lagipula kami juga tidak dalam hubungan seperti itu bukan? Saat Brian menyatakan cintanya saja, aku menolak.“Brian…..”Desisku dengan alis berkerut. Tidak nyaman saja dengan apa yang dia lakukan.Bukannya

  • Suami Idaman   BAB 65

    Aku tahu jika Brian sedang tidak main-main dengan kata-katanya. Dan aku juga tahu, bahwa pria itu juga sungguh-sungguh dengan niatannya untuk menikah denganku. Namun semua hal tidak akan semudah itu. Andai saja aku tidak mengalami trauma dengan masa laluku, mungkin Brian adalah salah satu pria yang bisa kuperhitungkan. Hanya saja, untuk saat ini luka yang singgah di hatiku dua tahu lalu sama sekali belum mengering dengan sempurna. Ada saja nyeri yang masih menusuk hatiku setiap ingat tentang hal itu.Bukankah ada suatu pepatah yaitu, jika kamu masih teringat trauma masa lalumu dan hatimu sudah tidak sakit lagi, berarti lukamu sudah sembuh? Sedangkan aku, setiap mengingat saat-saat itu, hatiku masih sakit seperti biasanya.Setelah menjawab kalimat Brian dengan. “Brian, aku tidak bisa dan mungkin tidak akan pernah bisa. Lupakan aku dan carilah wanita lain yang bisa memberimu semua hal yang kamu inginkan.”, aku segera menghabiskan makanku dan mengajakny untuk pulang.Meskipun berulang ka

  • Suami Idaman   BAB 64

    Aku menatap arloji kecil yang melingkar di pergelangan tanganku. Sudah lebih dari limabelas menit dan Claire belum juga nampak batang hidungnya sama sekali. Padahal aku tahu dengan jelas bahwa Claire adalah tipe orang yang selalu tepat waktu. Bahkan sering pula ia yang menungguku. Jadi malam ini ia begitu aneh dengan telatdi acara pertemuan yang sudah kami rancang beberapa hari ini.Setelah kembali menunggu lima menit, dan mobil Claire juga belum terlihat masuk ke dalam restoran, aku mulai cemas. Jangan-jangan terjadi sesuatu dengan perempuan itu. Dengan cepat aku membuka handbag yang sejak tadi ku pegang erat, dari sana aku mengeluarkan ponselku dan dengan cepat mencari nama Claire di kontak teleponku.Setelah bunyi ‘tuuut’ ketiga perempuan itu mengangkat teleponnya.“Claire kau dimana? Aku sudah menunggu hampir setengah jam di depan restoran dengan penampilan yang……” aku berdecak dan menelisik penampilanku. Sangat formal sekali aku pikir. Karena Claire yang memintaku berpakaian demi

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status