Share

Suami Idiotku Ternyata ....
Suami Idiotku Ternyata ....
Penulis: Reina Putri

Dinikahi Pria Idiot

"Saya terima nikahnya Alifa Zea Amanda bin Syaron Wardana dengan mas kawin tersebut dibayar tunai!"

Deg!

"Kenapa pria ini mampu mengucapkan kalimat tersebut dengan lancar?" batinku tak percaya kala mendengar ikrar suci tersebut.

Dadaku tiba-tiba saja terasa sesak dan penuh dengan rasa kekesalan dan kekecewaan.

Biar bagaimanapun, aku telah lama menantikan momen sakral ini. Namun sayangnya, bukan dengan pria yang kini duduk di sampingku.

"Horee ...! Arsen akhirnya punya istri!"

Tiba-tiba saja, ia bersorak seraya bangkit dari duduknya.

Melompat-lompat bak anak kecil yang senang karena dapat permen.

Kontan saja hal itu menambah rasa ilfill-ku padanya.

Untungnya, Bu Hanum yang kini telah menjadi mertuaku itu, langsung menghampiri anak semata wayangnya dan membujuk Arsen untuk kembali duduk dan mengaminkan doa yang belum selesai dibacakan.

"Arsen duduk dulu, ya! Aminkan doanya, supaya pernikahan kalian diberkahi oleh Allah," bisiknya.

Pria yang memiliki nama lengkap Arsenio Cleosa Raymond itu langsung mengangguk-anggukan kepalanya seraya terus tersenyum.

Ia pun kembali duduk, tetapi sebelum itu aku dapat melihat dari sudut mataku ia sempat memandangku untuk beberapa saat.

Entahlah!

Seketika, aku merasa gemetar membayangkan bagaimana nasibku nanti malam. Harus tidur satu kamar dengan pria idiot yang bahkan baru kukenal satu bulan yang lalu.

Jauh-jauh aku datang dari kampung ke ibu kota dengan niat mencari kerja.

Namun, siapa sangka aku malah dipertemukan dengan Bu Hanum yang mengajakku untuk tinggal di rumahnya sebagai rasa terima kasihnya karena aku telah menolongnya dari tukang jambret.

Karena memang belum punya tempat tinggal dan pekerjaan, aku langsung menerima saja tawarannya.

Sayangnya hingga satu bulan aku numpang, belum ada satupun lamaranku yang diterima.

Alih-alih lamaran kerjaku yang diterima aku justru malah dilamar oleh Bu Hanum untuk anaknya.

"Ze, gimana kalau kamu nikah saja sama Arsen?" ucap Bu Hanum kala aku sedang membantunya memasak.

Jariku sampai terluka saking aku terkejutnya mendengar ucapan dari Bu Hanum saat itu.

Namun, kebaikan ia selama satu bulan aku menumpang di rumahnya membuat aku tak kuasa untuk menolak permintaannya.

Apalagi Bu Hanum sampai menitikan air mata seraya mengungkapkan rasa khawatirnya pada Arsen.

Ia khawatir tidak akan ada yang bisa menggantikan dirinya untuk menjaga Arsen jika suatu hari nanti Bu Hanum tiada.

"Ze? Zea?"

Aku terkesiap saat sadar tangan Bu Hanum tengah melambai-lambai di depan wajahku. Ia terlihat sedikit mengernyitkan dahinya menyadari aku melamun tadi.

"Salim dulu, sayang. Arsen tengah mengulurkan tangannya sedari tadi," bisiknya.

Mendengar itu, aku pun menoleh pada Arsen. Pria yang kini jadi suamiku itu nampak mengulurkan tangan padaku senyam-senyum.

Aku sontak langsung meraih tangan Arsen dan menciumnya dengan takjim.

Dalam hati, aku berdoa semoga suatu hari nanti tiba-tiba saja Arsen bisa berubah menjadi pria yang normal.

Karena jika hal itu terjadi, sungguh aku akan menjadi wanita yang paling beruntung.

Dilihat dari segi fisik, sebenarnya Arsen itu pria yang tampan.

Tubuhnya tinggi tegap dengan wajah mirip oppa Korea.

Hidungnya mancung, memiliki alis tebal, dan bibir yang ... ah, sulit digambarkan ketampanannya.

Hanya sayangnya, wajah tampan itu selalu menunjukan ekspresi bodoh.

Tanpa terasa, serangkaian acara sederhana telah selesai dilaksanakan.

Meski Bu Hanum terbilang orang kaya, tapi dia tidak membuat pesta besar-besaran untuk pernikahan anaknya.

Tidak ada keluarga besarnya.

Beliau benar-benar hanya mengundang tetangga terdekat saja.

Sedangkan aku, kedua orang tuaku telah lama meninggal dunia.

Saudara? Jangan tanya mereka.

Aku bisa sampai sebesar ini pun adalah sebuah kebaikan yang harus selalu kuingat karena mereka mau mengurusku secara bergilir.

Ya, lebih tepatnya mereka selalu melempar-lempar diriku yang malang ini dari satu rumah ke rumah yang lain saking gak maunya aku numpang hidup sama mereka.

Makanya setelah lulus SMA, aku putuskan saja untuk merantau.

"Terimakasih, ya nak Zea! Kamu sudah mau menerima pernikahan ini," ucap Bu Hanum membuyarkan lamunanku.

Wanita berjilbab itu tersenyum lembut padaku.

Melihat itu, aku pun hanya bisa tersenyum seraya mengangguk pelan.

"Harusnya aku yang berterimakasih atas semua kebaikan yang sudah ibu berikan," sahutku.

"Mulai malam ini, kamu tidur di kamar Arsen, ya! Ibu titip dia, ibu percaya sama kamu," ucapnya.

Lagi-lagi jantungku berdegup tak menentu. Antara takut, risih, dan juga ... ah! Otakku terus saja menebak-nebak apa yang mungkin dilakukan pria idiot itu.

"Ibu ke kamar dulu, udah ngantuk," pamit Bu Hanum seraya menepuk bahuku pelan.

Ia beranjak dari duduknya lalu berjalan lurus hingga menghilang di balik pintu kamarnya.

Ragu, aku pun mendongak ke atas, lalu menatap setiap anak tangga yang mengarah menuju kamar Arsen.

Dengan satu tarikan nafas panjang, aku memberanikan diri untuk menaiki anak tangga dan menyusul Arsen yang telah lebih dulu masuk ke kamarnya.

"Aaa!"

Spontan aku berteriak seraya menutup mata saat masuk ke dalam kamar dan mendapati Arsen terlentang di atas kasur dan hanya mengenakan dalaman saja.

"Arsen tolong pakai celanamu dulu!" ucapku setengah panik.

"Memangnya, kenapa?" tanyanya dengan nada yang menjengkelkan.

Anehnya, suara Arsen begitu dekat.

Apa pria itu tengah berdiri di depanku?

"Pakai saja Arsen!" ucapku semakin panik. Tanpa sadar, aku setengah membentak.

"Zea kok bentak aku?" tanya Arsen terdengar menahan tangis.

Dengan rasa kesal, aku pun menurunkan kedua tanganku dari wajah dan mendongak menatap wajahnya.

Dengan senyum yang dipaksakan, aku pun kembali membujuknya. "Arsen nurut saja, ya! Soalnya malam ini ibu bilang aku harus tidur di sini, dan aku gak mau lihat kamu cuma pakai dalaman saja, ya!" ucapku pelan.

"Ya udah, pakein!" ucapnya seraya berbalik dan mengambil piyama yang sudah tergeletak di atas kasur.

Aku hampir saja menutup mataku kembali sebelum akhirnya aku lihat ternyata ia sudah meililitkan handuk di pinggangnya.

Tapi, tunggu! Apa katanya? Pakein bajunya?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status