Max menggendong tubuh Clara ke ranjangnya yang lebar, membaringkan gadis itu sembari menatap wajahnya lekat-lekat. Bila sudah yakin melepas keperawanannya malam ini, artinya 80% Clara harus mau menjadi istrinya kelak, 20% sisanya pilihan yang lain. Tetapi, dia serius, keperawanan itu mahal harganya jadi tidak bisa dianggap enteng.
"Untuk terakhir kalinya, Clara. Aku ingin bertanya, apa kamu serius ingin menyerahkan mahkotamu sebagai seorang gadis kepadaku?" tanya Max serius ketika berada di atas tubuh Clara yang terbaring di ranjangnya.
Mata Clara berkabut gairah, dia tak ingin mundur kali ini. "Ya, aku yakin, mulailah Max. Kita lalui malam ini berdua ...," jawab Clara dengan keyakinan tak tergoyahkan.
Mendengar jawaban Clara, dia pun memagut bibir Clara dalam-dalam. Tangan Max membuka risleting mini dress di punggung Clara. Ketika menurunkan pakaian itu, bulatan padat kembar menyembul di dada Clara. Max sudah lama sekali tidak mencicipinya, dulu ... dulu sekali
Sepanjang malam Max dan Clara memadu kasih berulangkali dari satu puncak gairah ke puncak gairah berikutnya, saling menyentuh dengan rasa dahaga akan cinta. Max sudah lama tak menyentuh wanita, sedangkan bagi Clara ini adalah pengalaman pertamanya bersama seorang pria.Namun, ketika pagi tiba ... mereka harus menghadapi kenyataan. Orang tua Clara tentunya butuh penjelasan dimana dan dengan siapa Clara menghabiskan malamnya.Ponsel Clara bergetar-getar di nakas. Mamanya menelepon berkali-kali tak menyerah karena anak gadisnya sejak semalam tidak bisa dihubungi, padahal panggilan itu berhasil masuk.Max pun membangunkan Clara. "Cla ... Clara ... mama kamu nelpon terus itu. Ayo bangun!" ujar Max menggoyang-goyang bahu Clara yang polos.Gadis remaja itu tak memakai selembar pakaian pun di bawah selimut. Max mencubit bokong Clara yang membulat penuh itu agar gadis itu terbangun."Aaaww! Sakit Max!" jerit Clara bangun seraya mengelus-elus pantatnya
Siang itu ketika melewati jalan menuju ke rumah Inez, mobil Mario dicegat oleh 2 motor dengan 4 orang lelaki bertampang sangar. Hatinya mencelos, sepertinya ada yang tidak benar, duganya.Pintu kaca jendela mobil Mario diketok dengan tangan. Pria berbewok itu berseru, "Woiii keluar kamu!"Mario menghela napas dalam-dalam menenangkan dirinya bersiap untuk yang terburuk. Dia mengingat ajaran Mr. Miguel untuk membela dirinya kali ini. Mungkin ini saat yang tepat untuk mempraktikkan ilmu dari Mr. Miguel. Dia pun turun dari mobil."Ada apa ya, Bang?" tanya Mario pada pria berbewok itu yang langsung disambut dengan bogem keras di wajahnya.'Sial, orang-orang ini mau cari gara-gara!' batin Mario.Dia pun mengelak serangan berikutnya, tetapi keempat pria sangar itu mengepungnya dan melancarkan serangan bertubi-tubi. Mario pun dengan segera menghajar pria itu satu per satu, mencoba mengelak tiap serangan yang datang. Namun, melawan 4 orang sekaligus sungguh
Ketika Mario melongok ke dalam kamarnya dan melihat Inez sedang melipat baju yang akan dia bawa untuk kunjungan perusahaan ke Surabaya.Perjalanan bisnis itu akan berlangsung 3 hari kurang lebih, Pak Baruna Pratama, Head Marketing Manager sudah membagikan jadwal acara kunjungan itu kepada Inez kemarin pagi."Lagi siap-siap ya, Inez Sayang? Ada yang perlu Mas bantu?" tanya Mario seraya berjalan mendekati Inez yang duduk di tepi ranjang memasukkan baju-bajunya ke koper kecil.Inez menoleh ke arah Mario lalu berkata, "Nggak usah, Mas. Inez sudah hampir selesai kok. Acaranya cuma 3 malam aja, bajunya sedikit. Jangan kangen sama Inez ya ...""Pasti kangenlah, tapi ditahan .... Hati-hati ya pergi sendiri. Oya, William apa ikut juga acara ke Surabaya ini?" balas Mario menyelidik.Dia pun duduk di belakang Inez sambil memeluk istrinya dari belakang. Aroma parfum Inez yang segar membuatnya turn on. Tangannya mulai bergerilya di tubuh Inez."Kur
Perjalanan rombongan survey PT. Jansen Pharma ke Surabaya berjalan lancar sekalipun agak lama, mereka harus berhenti untuk beristirahat, makan, dan buang air kecil di beberapa rest area sepanjang jalan yang mereka lewati.Di setiap kesempatan, William selalu menempel pada Inez. Dia mengikuti Inez kemanapun wanita itu pergi yang tentu saja membuat Inez merasa agak risih. Kalau bukan karena urusan pekerjaannya, rasanya Inez ingin mencegat bus dan segera kabur pulang ke Jakarta saja. Dia benar-benar lelah dengan segala perhatian William yang berlebihan.Untungnya setelah belasan jam mereka lalui, mobil Alphard itu akhirnya masuk ke kota Surabaya. Inez pun merasa lega, dia bisa menjauhkan dirinya sejenak dari William setelah sampai di hotel tempat mereka menginap.Rencananya selepas jam makan siang nanti, rombongan survey akan berkunjung ke pabrik PT. Cahaya Mustika Ratu, kompetitor kuat PT. Jansen Pharma di bidang kosmetika dan perawatan kulit dari bahan herbal tra
Inez duduk semeja makan dengan personil rombongan survey di restoran hotel. Mereka mengobrol dengan seru rencana untuk jalan-jalan malam ke Tunjungan Plaza nanti seusai survey pabrik kompetitor.Mal terbesar di Jawa Timur itu memang iconic sekali dengan bangunan gedung yang sangat banyak, Tunjungan Plaza 1 hingga 6. Mereka tentunya jauh-jauh dari Jakarta tidak ingin melewatkan kesempatan untuk mengunjungi Tunjungan Plaza.Tiba-tiba William datang bergabung bersama mereka di meja makan itu. Semua sontak menjadi tegang yang tadinya ceria dan seru. Namun, William tidak merasakan perubahan suasana itu. Dia duduk di kursi sebelah Inez yang kosong."Nez, kartu kunci kamarmu ketinggalan tadi. Ini ...," ujar William seraya menyerahkan kartu kunci kamar Inez.Dengan tidak nyaman, Inez pun menerima kartu kunci kamarnya dari tangan William. Kemudian berkata, "Terima kasih, Kak William. Sarapan dulu saja karena masih pagi, takutnya nanti makan siang masih lama.
Menjelang jam makan malam, Inez sudah siap dengan dress selututnya warna merah maroon. Rambut ikal panjangnya tergerai rapi sepunggung membuatnya tampak lebih muda dari usianya yang sudah kepala 4.Sesuai janjinya pada Tristan tadi siang, dia akan datang ke rumah pria itu untuk makan malam bersama mamanya Tristan. Sebenarnya ketika rombongan survey itu meninggalkan gedung pusat PT. Cahaya Mustika Ratu, William berulang kali membujuk Inez membatalkan kedatangannya untuk acara makan malam itu. Namun, Inez merasa Tristan adalah calon rekan bisnis yang berguna untuk masa depan Jansen Pharma.Dia pun berangkat sendiri tanpa William, diantar oleh Pak Baruna Pratama ke kediaman keluarga Barata di Pakuwon City Residence. Tristan sudah mengirimkan share location ke ponsel Inez tadi sore."Bu Inez, nanti pulangnya gimana, ya?" tanya Pak Baruna."Saya pulang sendiri saja, Pak. Anak-anak 'kan katanya mau jalan-jalan ke Tunjungan Plaza. Nanti saya malah merepotkan Pak
Inez terdiam ketika Tristan menanyainya mengenai statusnya. Bila dia mengizinkan Tristan mendekatinya karena statusnya sebagai single mom tanpa suami, itu pasti lebih salah. Tetapi, hubungannya dengan Mario itu statusnya adalah pernikahan kontrak sekalipun sah di mata negara. Sungguh dilema!"Gimana, Nez? Kok malah diam saja nggak dijawab pertanyaanku tadi ...," ujar Tristan memecahkan lamunan Inez.Dengan gestur yang tidak nyaman, Inez pun terpaksa menjawab, "Aku tidak ingin menjalin hubungan spesial dengan pria yang baru kukenal, Tristan. Maafkan aku ..."Tristan pun menghembuskan napasnya dengan kasar lalu menatap jalan raya di depan mobilnya. Dia berhenti bercakap-cakap dengan Inez.Tak lama kemudian mereka sampai di Wyndham Hotel tempat dia menginap di tengah kota Surabaya. Sebelum Inez turun dari Ferrari-nya, Tristan meraih wajah Inez lalu menautkan bibirnya ke bibir wanita itu."Aku menyukaimu, Nez. Kurasa aku siap menunggumu untuk membuka h
Jalanan yang dilewati oleh mobil Alphard rombongan survey itu mulai sepi karena sudah lewat pukul 22.00. Lampu-lampu kota yang menerangi kegelapan malam terlewati satu per satu menuju ke arah Kota Jakarta.Inez menatap ke luar kaca jendela mobil itu sambil merenungkan kehidupannya akhir-akhir ini yang sepertinya bertambah rumit karena pria-pria yang menyukainya secara pribadi. Namun, di antara ketiga pria itu, dia melibatkan perasaan mendalam pada suami kontraknya yaitu Mario. Dia seolah siap menghadapi dunia bersama pemuda itu sekalipun hubungan mereka sangat aneh.Selain hanya berdasarkan kontrak pernikahan, usia mereka terpaut agak jauh sekitar 14 tahun. Mario itu baru melewati usia 27 tahun ini, sementara Inez sudah 41 tahun. Itu yang membuat Inez selalu berpikir ulang mengenai hubungan mereka. Bagaimana tidak? Yang muda yang masih 'seger kinyis-kinyis' aja banyak. Terlebih lagi Mario bekerja di dunia adonis atau pemahat tubuh yang harus menjaga penampilan.