Beranda / Rumah Tangga / Suami Miskinku Ternyata Mafia Kaya / Bab. 05. Rumah Keprabon Menjadi Milik Cani

Share

Bab. 05. Rumah Keprabon Menjadi Milik Cani

Penulis: Kurnia
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-10 15:58:58

Dengan senyuman tipis, Han menjawab, “Uang ini milikku, Sayang.”

Sontak Cani terkejut sekaligus tak percaya. Masa iya, suaminya memiliki uang sebanyak ini? Dari mana coba?

“Mas Han jangan bohong ... Sekarang, Mas jawab jujur, dapat uang ini dari mana?” tanya Cani sedikit mendesak Han agar segera menjawab dengan benar.

Han menatap Cani intens. Sebelum menjawab, Han sempat menghela napas terlebih dahulu.

“Jangan mikir aneh-aneh. Uang ini dari hasil penjualan tanah,” terang Han.

“Apa? Tanah yang di mana? Kamu menjual tanah siapa?” cecar Cani gelisah.

Han menggelengkan kepala pelan. Tangannya meremat pundak Cani, meminta Cani untuk tetap tenang.

Han dengan santai memberi tahu Cani, jika uang yang ia bawa, ia dapatkan dari penjualan tanah peninggalan neneknya yang telah diwariskan kepadanya.

“Tanah peninggalan nenek? Kok, Mas nggak pernah kasih tahu aku sebelumnya? Mas mau main rahasia nih sama aku?” sungut Cani sedikit kesal dan merajuk.

Han segera meminta maaf pada Cani, dan menjelaskan mengenai alasan, mengapa ia baru sempat memberi tahu Cani sekarang. Han juga berusaha meyakinkan Cani jika dirinya saja lupa telah memiliki tanah warisan.

Mendengar ocehan Han yang begitu meyakinkan, dan masuk di akal pikirannya, wajah cemberut Cani pun memudar, digantikan dengan sebuah senyuman.

Han mengutarakan keinginannya untuk membantu Cani menyelesaikan permasalahan keluarga. Maka dari itu, Han menjual tanah warisannya. Han juga mengatakan jika tanah tersebut terjual dengan harga pantas.

Han berharap Cani tak lagi memikirkan mengenai tempat tinggal. Han ingin Cani hidup bahagia bersama dirinya, sesuai dengan janji Han di awal pernikahan mereka.

Cani sangat terharu dengan tindakan, dan pengorbanan suaminya. Han rela menjual tanah miliknya demi kepentingan Cani.

“Kamu bisa menggunakan uang ini untuk membeli rumah ayahmu,” ujar Han mengangguk kecil.

Air mata Cani meluncur begitu saja.

Melihat kekasih hatinya menangis. Han langsung menarik Cani ke dalam pelukannya.

“Apakah kamu mengingat perkataan yang aku ucapkan di malam pertama kita?” tanya Han tiba-tiba.

Kepala Cani menggeleng di dada Han. Pikiran Cani tak fokus karena sibuk meluapkan isi hatinya lewat tangisan tanpa suara.

“Aku akan selalu membuatmu bahagia, Sayang,” bisik Han mencium ubun-ubun Cani.

Cani melepas pelukannya pada tubuh kekar Han. Ia ingin melihat wajah tampan sang suami yang terus tersenyum.

“Undang seluruh saudaramu ke sini. Bayar mereka semua. Jangan lupa meminta Pak Lurah untuk menjadi saksi." Han memberi Cani arahan.

Cani menganggukkan kepala. “Terima kasih, Mas Han.” Cani kembali memeluk suaminya. Kali ini pelukan itu makin erat.

***

“Ada apa ini? Meminta kami untuk datang? Kamu pikir, kamu siapa?” ketus Bu Helena.

Orang pertama yang hadir, Bu Helena beserta anak dan menantu kesayangannya. Tak lama kemudian disusul oleh saudara-saudara Cani yang lain.

Dengan riang gembira Cani menyambut kedatangan keluarganya. Tak lupa, Cani juga menyajikan cemilan enak untuk mereka.

“Loh? Kok ada Pak Lurah, dan Pak RT juga?” tanya Mbak Fatin terkejut melihat kehadiran dua orang penting di desa.

“Emangnya hari ini, hari Tuan Indra membeli rumah, ya?” Mbak Fatin bingung karena tidak ada yang menanggapi, atau menjawab pertanyaannya.

Cani berdehem lalu memulai mengungkapkan maksud, dan tujuannya mengadakan pertemuan keluarga ini.

“Terima kasih telah datang. Aku ingin mengubah keputusanku. Aku tidak akan pernah menjual rumah ini kepada Indra,” lontar Cani, suaranya terdengar tegas dan lantang.

Pernyataan Cani membuat mereka semua terkejut.

Detik setelahnya, Victory malah meledek Cani yang plin-plan seperti orang bermuka dua yang omongannya tidak bisa dipegang.

“Maumu apa sih, Mbak? Mau bikin suamiku marah? Suamiku sudah menyiapkan uang buat beli rumah ini!” murka Victory.

“Siapa juga yang mau bikin suamimu marah? Dari awal aku memang tidak mau menjual rumah ini. Mangkanya, aku memutuskan untuk membeli rumah ini,” tegas Cani.

Suara tawa terdengar nyaring, itu suara Indra. Lelaki berwajah tua itu tak bisa menahan gelitik yang dia rasakan atas pernyataan-pernyataan omong kosong Cani.

“Mbakmu kok unik, Dek?” cibir Indra menatap Victory.

“Mbak Cani mau beli pakai apa? Memangnya punya duit?” ejek Victory tak habis pikir.

“Punya duit kok," jawab Cani.

"Idih, duit dari mana? Ngutang?" Victory tak kuasa untuk mencibir.

"Mas Han dapat rezeki dari jual tanah miliknya yang ada di kota. Uangnya aku gunakan untuk menebus rumah ini,” jelas Cani dengan bangga mengatakannya.

“Huh? Mas Han punya tanah? Punya banyak tanah?” cecar Victory menatap sengit Han, tatapannya seakan memaksa Han untuk berbicara.

Han menjelaskan kepada semua orang bahwa ia hanya memiliki satu bidang tanah warisan dari neneknya.

Jawaban Han agaknya membuat Victory bernapas lega.

“Mas Han menjual tanah di kota untuk membeli rumah jelek ini? Kenapa kalian enggak pindah saja ke sana?” cibir Victory memutar kedua bola matanya, heran.

“Ya sudah, mana uanganya! Jangan cuma modal omongan saja!” sela Bu Helena.

Cani mengambil koper yang sedari tadi berada di bawah kursi. Lalu meletakkan koper tersebut di atas meja. Begitu koper terbuka, semua pasang mata di sana langsung tertuju pada lembaran uang seratus ribu yang bersinar terang.

Cani meminta maaf karena telah mengurus surat perjanjian jual beli rumah tanpa sepengetahuan keluarga. Seharusnya Cani tak perlu meminta maaf, toh, mereka juga tidak memberi tahu Cani mengenai rumah keprabon yang harus dibagi.

Bu Helena terlihat kesal, ia tidak menyangka jika Han memiliki tanah warisan. Rencananya untuk mendepak Cani dari rumah ini harus gagal.

“Aku membeli rumah ini sesuai dengan kesepakatan kita sebelumnya. Tiga ratus juga rupiah,” kata Cani tersenyum.

Saudara-saudara Cani saling melirik satu sama lain, seolah sedang berbicara melalui penglihatan mereka. Sedangkan Indra menatap Cani dengan penuh kebencian.

“Untuk para mbakku, dan Masku yang sangat aku hormati. Aku nggak tahu, apakah sebelum melakukan ini padaku, kalian menerima uang dari Indra atau tidak, yang pasti, aku bakal bagi uang ini ke kalian sesuai dengan nominal yang tertera di surat perjanjian,” beber Cani membalik keadaan.

“Sombong kamu. Baru dapat uang segitu aja tingkahnya sudah melebihi orang kaya beneran,” cemooh Mbak Fatin.

Indra yang sudah kepalang malu, memutuskan untuk menjadi orang pertama yang meninggalkan tempat. Harga dirinya jelas tergores. Terlebih, sedari tadi Han tak berhenti menatapnya. Seakan memberi Indra sebuah tekanan, dan anehnya, Indra tak berkutik dengan tatapan Han.

“Sayang, jangan pergi dulu. Uangnya belum dibagi loh. Kamu tega ninggalin aku? Nanti aku pulang naik apa?” Victory menahan Indra yang sudah berada di ambang pintu rumah.

“Jangan pergi, Indra. Kamu bisa menjadi saksi,” pinta Cani.

Senyuman di wajah Cani benar-benar membuat Indra muak. Pada akhirnya, demi menemani Victory, Indra kembali ke tempat duduknya.

Han mengeluarkan ponsel jelek miliknya, ia mulai memotret kegiatan pembagian uang, dan penandatanganan surat-surat penting yang dilakukan keluarga Cani.

Han akan menggunakan foto itu sebagai barang bukti. Tak lupa, Han juga merekam beberapa bagian percakapan mereka.

“Buat apa kamu lakuin itu, Han? Kurang kerjaan. Kamu nggak percaya sama para saksi?” Indra mencibir kelakukan Han.

"Untuk mengantisipasi saksi yang mungkin akan mengungkapkan kesaksian palsu di masa depan.”

Bersambung ...

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Suami Miskinku Ternyata Mafia Kaya   Bab. 161. Awal Dari Kehidupan Baru

    Setelah menghancurkan tablet tersebut hingga tak berbentuk, tiba-tiba layar televisi di sampingnya menyala sendiri, menampilkan adegan di mana Hime mengakui segala kebohongannya mengenai kemandulan Han. Seketika tubuh Hime melorot dan terjatuh di atas lantai.Perhatian Hime kembali fokus pada layar televisi ketika sosok Han tampil di sana. Han menyatakan jika kini ia sudah tidak peduli kepada Hime. Han juga telah mengeluarkan Hime dari Black Ice. Han mencabut segala fasilitas yang ia berikan pada Hime.Di akhir ocehan Han, pria itu tersenyum dan berterima kasih pada Hime. Namun Han berjanji akan menjaga keselamatan Hime.“Sialan! Beraninya kamu membuangku setelah semua yang aku lakukan untukmu!” geram Hime melempar piring berisi makanan ke layar telivi yang masih menyala.Hime berteriak seperti orang kehilangan akal. Semua rencanya berantakan, dan sekarang justru rencana itu berbalik menusuknya. Dia sama sekali tak menyangka jika Han aka

  • Suami Miskinku Ternyata Mafia Kaya   Bab. 160. Penjebakan Kejam

    Setelah makan malam romantis, Han mengajak Hime ke sebuah hotel bintang lima yang sangat terkenal di kota. Keduanya menikmati suasana nyaman yang tersaji dari balkon kamar, dengan Han yang memeluk Hime dari belakang.“Han ... Apa kamu benar-benar menyukaiku?” tanya Hime mamastikan.“Tak hanya menyukaimu, aku juga mencintaimu,” jawab Han cepat.Hime tertawa kecil. “Tapi ... Kita tidak bisa bersama.”“Kenapa?” Han membalik tubuh Hime agar menghadap dirinya.“Karena ada Cani,” bisik Hime menenggerkan kedua lengannya pada pundak lebar Han.Han tertawa renyah, ia berkata, “Itu bisa diatur.”“Jadi, kamu akan menceraikan wanita kampung itu?”Han tidak menjawab, ia justru menggendong Hime, dan membawa tubuh sexy Hime menuju ranjang. Han melempar tubuh Hime di atas kasur, lalu menindihnya.“Han? Kamu serius?” Hime melototkan kedua matanya. Apalagi saat Han merobek gaun indah yang dikenakan Hime.“Hime, apa kamu tahu? Cani sedang hami sekarang,” ucap Han bernada rendah.Sontak Hime terkejut, na

  • Suami Miskinku Ternyata Mafia Kaya   Bab. 159. Rencana Han

    Jika memang benar Cani hamil sebelum diculik oleh Rio, maka bayi yang dikandung Cani merupakan darah daging Han. Demi membuktikan, dan meluruskan segalanya, hari ini juga Han mengunjungi klinik dokter kenalan Hime yang menyatakan bahwa ia mandul.Begitu sampai di klinik, Han langsung mengobrak-abrik tempat praktik dokter tersebut. bahkan Han juga menyandera para asisten dokter guna makin memberi tekanan.Han memaksa Dokter untuk mengatakan yang sebenarnya, jika tidak, Han akan melubangi kepala Dokter dengan peluru. Tak hanya itu, Han juga mengancam akan membuat kematian Dokter terasa sangat menyakitkan. Dalam kata lain, Han tak ‘kan begitu saja melenyapkan nyawa Sang Dokter.Dengan ekspresi penuh ketakutan, Dokter akhirnya mengaku jika ia dibayar Hime untuk membohongi Han mengenai kesuburan. Darah Han seketika mendidih ketika Dokter mengungkapkan segalanya.Han yang berada dalam kendali amarah, langsung memasukkan ujung pistol ke dalam mulut Dokter, dan melepas peluru yang membuat kep

  • Suami Miskinku Ternyata Mafia Kaya   Bab. 158. Kebenaran Mulai Terbuka

    Hime tersenyum tipis. “Yang memintaku tinggal di sini adalah Han. Tapi, jika Kepala Keluarga Ditmer mengusirku, aku akan hengkang.”Albert mencengkeram pergelangan tangan Hime ketika wanita itu hendak beranjak meninggalkannya. Ia sangat ingin membahas mengenai dokter perkebunan yang meninggal mengenaskan, namun Albert menundanya. Entah mengapa, perasaannya tidak enak.“Kembalilah mengurus Kartel, aku membutuhkan bantuanmu,” pinta Albert.Hime melipat kedua tangan pada dada. Ia menghela napas sebelum berkata, “Kamu masih membutuhkan bantuanku untuk mengurus Kartel? Bukankah aku di sini untuk membantu Cani?” Hime mengernyitkan dahi.“Sudah banyak pelayan yang membantu Cani,” sahut Albert. “Biarkan Cani mengurus segala urusan di rumah ini sendirian,” tandasnya menatap lurus Hime.Dengan amat sangat terpaksa, Hime menyetujui permintaan Albert.“Aku menurutimu karenam neghomatimu sebagai Pemimpin Black Ice,” pungkas Hime berlalu meninggalkan Albert yang terdiam.Dari sekian banyak pria di

  • Suami Miskinku Ternyata Mafia Kaya   Bab. 157. Tak Goyah Sedikitpun

    Beberapa hari berlalu, Han melangkah pelan ke sisi ranjang, tangannya terulur untuk meraih tangan Cani yang dingin. Han tahu istrinya masih bersedih, masih terombang-ambing dalam kenyataan pahit tentang siapa ayah dari bayi di perutnya.Tanpa berkata apa pun, Han menggenggam tangan Cani, memberikan ketenangan yang hanya bisa diberikan oleh sentuhan lembut seorang suami.Cani terisak, sesekali mengusap perutnya yang masih tampak rata. Kehamilannya, seharusnya menjadi kabar gembira, namun malah membuatnya hancur."Sayang ...." bisik Han lembut. "Percayalah, aku tak peduli siapa ayah bayi kita. Yang penting, bayi ini akan tumbuh dalam keluarga kita, dengan cinta dan kasih sayang kita berdua. Aku akan menjadi ayahnya, aku akan bertanggung jawab sepenuhnya."Air mata Cani kembali menetes, kali ini bukan air mata kesedihan, melainkan haru. Han bersungguh-sungguh, Cani dapat melihatnya dari sorot mata Han yang penuh kasih sayang."Kenapa? Aku telah mengkhianatimu, Mas," lirih Cani mengalihka

  • Suami Miskinku Ternyata Mafia Kaya   Bab. 156. Kenyataan Pahit Dari Hime

    Senja menyelimuti kediaman keluarga Albert. Di ruang kerjanya yang luas, Albert, kepala keluarga yang disegani, duduk termenung dengan ditemani secangkir kopi yang masih hangat di tangannya. Pikiran Albert dipenuhi oleh cerita Eila, pelayan pribadi sekaligus sahabat Nyonya Ditmer, tentang kecurigaan Eila terhadap sikap aneh Hime.Setelah beberapa saat berpikir, Albert mengambil keputusan. Ia bangkit dari kursinya, wajahnya dipenuhi dengan keraguan. Ia memanggil anak buahnya yang berada tak jauh darinya. "Ya, Tuan?"“Aku perlu kau melakukan sesuatu. Awasi Hime. Laporkan setiap gerak-geriknya kepadaku. Lakukan dengan hati-hati, jangan sampai ia menyadari hal ini.” Suara Albert terdengar tegas. Pria tinggi tegap itu mengangguk hormat, menerima perintah tanpa bantahan.***Di sisi lain, angin yang berhembus sepoi-sepoi, membawa aroma tanah basah dan sedikit bau anyir dari kandang buaya raksasa.Hime memandang Han yang berdiri sambil memperhatikan buaya peliharaannya, beberapa ekor buay

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status