Beranda / Rumah Tangga / Suami Miskinku Ternyata Mafia Kaya / Bab. 04. Mengukur Ulang Tanah Warisan

Share

Bab. 04. Mengukur Ulang Tanah Warisan

Penulis: Kurnia
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-10 15:39:25

Perdebatan sengit tak terhindarkan. Saudara Cani yang lain mulai ikut menyudutkan Cani. Menyalahkan Cani, dan menuduh Cani serakah.

"Rumah keprabon harus dibagi!" bentak Mbak Fatin.

“Sebelum ayah meninggal. Ayah sudah membagi tanah kosong samping rumah. Sedangkan rumah ini adalah hakku. Ayah sendiri yang mengatakannya,” tegas Cani.

“Mana buktinya kalau ayah kasih rumah ini sama kamu? Jangan asal ngoceh kamu!” tuntut Mbak Fatin.

Cani menatap kakak pertamanya, dan Bu Helena yang menjadi saksi waktu itu. Cani meminta dua orang itu mengungkapkan kebenaran. Namun, keduanya mengelak pernyataan Cani. Bu Helena malah menuduh jika Cani suka ngarang.

“Kok tega kalian bohong?” Cani putus asa.

Cani mencegah Han yang ingin membantu dirinya berbicara. Cani tidak ingin Han diserang oleh saudara-saudaranya yang beringas. Alhasil, Han pun tak bisa mengeluarkan pendapatnya. Padahal Han sudah geregetan.

“Kamu yang bohong! Mana ada ayahmu ngasih rumah keluarga kepadamu! Dasar halu!” cela Bu Helena.

Cani terus mengelus dadanya yang terasa sesak.

Bagi Cani, ocehan Bu Helena barusan sudah membuktikan jika ibu tirinya itu tidak menjaga amanat dari mendiang suaminya sendiri.

“Dikasih pilihan enak kok malah mempersulit. Pusing kepalaku!” gerutu Indra tidak suka dengan suasana di dalam ruangan sempit itu.

Cani menghela napas. Dia berusaha mengatur detak jantungnya yang terus berdebar kencang.

“Baiklah, aku setuju rumah ini dijual,” putus Cani dengan berat hati.

“Nah, gitu dong! Dari tadi kek! Masak nunggu bertengkar dulu? Dasar mental orang miskin,” cemooh Victory.

“Besok kita lakukan pengukuran tanah dan bangunan. Soal surat-suratnya, biar aku yang urus,” kata Bu Helena.

“Nanti, uang hasil penjualan bisa kita bagi rata,” ucap Victory tersenyum penuh kemenangan.

“Tapi, Mbak Cani dapat bagian paling dikit,” imbuhnya memandang rendah Cani.

“Sudah tidak ada yang perlu diomongin lagi, kan? Kalau gitu, kami pulang duluan ya,” pamit Victory.

Victory mengajak suami serta ibunya untuk pergi meninggalkan rumah reot milik mendiang ayahnya.

Begitupun dengan Saudara Cani lainnya ikut mengundurkan diri saat Victory beranjak.

Tubuh Cani lemas seketika. Ia terduduk di atas kursi dengan wajah murung.

“Bisa-bisanya seluruh saudaraku terpengaruh oleh ibu tiri, dan adikku,” lirih Cani masih agak menyangkal jika dirinya dimusuhi oleh semua saudaranya.

“Mereka diiming-imingi dengan uang yang akan mereka dapat,” kata Han.

Han mengelus pundak istrinya dengan lembut. Ia ingin memberikan perhatian penuh kepada kekasihnya, agar Cani tak merasa sendirian.

Cani menghembuskan napas lelah. “Kita harus segera mencari rumah kontrakan untuk tempat tinggal kita nanti,” ucap Cani.

“Kamu serius ingin meninggalkan rumah ini?” tanya Han memastikan.

“Sungguh, aku tidak rela. Dari kecil aku tinggal di rumah ini. Meskipun rumah ini sudah lapuk. Banyak kenangan indah yang aku lalui di sini,” ungkap Cani. “Tapi ....”

“Tapi apa?”

Cani menggelengkan kepalanya yang berdenyut sakit.

Melihat istrinya sedang dalam kondisi yang kurang baik, Han meminta sang istri untuk beristirahat.

“Pergilah tidur, Sayang,” pinta Han, suaranya terdengar lembut, dan penuh perhatian.

“Nggak ngantuk aku, Mas. Nanti aja aku tidurnya, Mas,” tolak Cani. “Lagi pula, sudah mau jam tiga sore. Hari ini, Mas sift dua. Aku siapin bekal dulu."

Cani beranjak dari tempat duduknya menuju ke dapur. Han membiarkan Cani. Mungkin hal tersebut bisa membuat Cani merasa lebih baik.

“Mas Han siap-siap dulu, gih! Seragamnya aku letakkan di atas kasur kamar!!” teriak Cani dari dapur.

Han langsung bergerak, menuruti perkataan Cani, istrinya tercinta.

Setelah Han mengenakan pakaian kerjanya. Han menghampiri Cani yang masih sibuk berkutat di dapur. Tanpa aba-aba Han memeluk tubuh Cani dari belakang.

“Mas Han, selalu mesra gini. Aku malu loh, Mas,” kata Cani lirih.

Kedua pipi Cani telah memerah. Han membalik tubuh istrinya sehingga kini bisa leluasa memeluk tubuh berisi sang istri.

“Aku berangkat kerja dulu, ya. Kamu kunci semua pintu rumah. Pokoknya jangan dibuka sebelum aku datang. Kamu mengerti?”

Cani mendongak untuk melihat wajah tampan Han.

“Mas Han wangi banget. Aku suka deh,” puji Cani.

Sekarang giliran Han yang tersipu malu. Han selalu bertingkah seperti itu setiap kali sang istri memuji, atau membanggakan dirinya.

Han memberi sebuah kecipan manis pada kening Cani, kemudian berpamitan.

"Aku kerja dulu."

***

Keesokan harinya, di rumah keprabon. Victory datang bersama Pak Lurah untuk mengukur luas tanah dan rumah yang akan dibeli suaminya nanti. Meskipun datanya telah ada, Victory tetap harus memastikan lagi, supaya kelak tidak ada masalah.

“Pak Lurah, harga rumah ini beserta tanahnya kenapa sangat rendah?" tanya Cani.

"Dulu, Pak Lurah bilang jika rumah beserta tanahnya dijual, bisa tembus enam ratus juta.” Wajar, apabila Cani mempertanyakan perkataan Pak Lurah yang dia ingat di masa lalu, ketika ayahnya masih hidup.

Pak Lurah menatap Cani dengan tatapan aneh.

“Di mana suamimu?” Bukannya menjawab pertanyaan Cani. Pak Lurah malah balik bertanya, seakan mengalihkan pembahasan Cani.

“Suamiku lagi kerja, Pak. Masuk sore,” jawab Cani.

“Pak Lurah belum menjawab pertanyaanku. Harga rumah ayahku kok sekarang murah?” Cani mendesak Pak Lurah suapaya lekas memberi jawaban.

“Mbak Cani ini tanya mulu! Mending bikinin Pak Lurah minuman!” sosor Victory.

Victory mengeluarkan dompetnya, sengaja menunjukkan betapa banyak lembar ratusan ribu di dombet kulit itu. Victory menyerahkan uang kepada Cani, lalu menyuruh Cani membeli beberapa gelas kopi dan makanan ringan untuk Pak Lurah, dan anak buah Pak Lurah.

“Kembaliannya buat kamu saja, Mbak,” kata Victory.

Cani menurut seperti kerbau yang diperintahkan untuk membajak sawah. Kaki pendeknya berjalan menuju ke warung terdekat untuk membeli pesanan Victory. Setelah menunggu beberapa menit. Akhirnya pesanan siap diantar. Cani pun segera kembali pulang.

Namun, ketika dia sudah berada di halaman rumah, ternyata Pak Lurah dan Victory sudah pergi tanpa berpamitan terlebih dahulu pada Cani.

Cani terduduk di kursi kayu depan rumah. Ia mulai mengingat bagaimana kehidupannya terdahulu, sebelum ayahnya meninggal.

Cani menyadari satu hal, sejak awal, ibu tirinya sudah tidak menyukainya. Cani dulu sering diperlakukan tidak adil oleh Bu Helena. Bahkan Cani kerap dihukum tidak boleh makan selama seharian penuh.

“Apa yang dilakukan istriku di depan rumah? Melamun itu tidak baik loh ....” ucap Han.

Cani terperanjat melihat kehadiran sang suami. Wajah terkejutnya tak bisa ia tutupi.

“Mas Han kok sudah pulang? Bukannya, Mas nanti pulang malam?” tanya Cani kebingungan.

Mata Cani beralih pada koper berukuran sedang yang dibawa oleh suaminya.

“Ayo kita ngobrol di dalam rumah saja,” ajak Han.

Han menuntun Cani agar masuk ke dalam rumah. Tak lupa, Han juga mengunci pintu rumah.

“Ada apa, Mas? Tadi, Mas pulang nggak bawa motor ya? Motor, Mas ke mana?” tanya Cani panik.

Han tersenyum sambil menenangkan Cani. “Tadi aku diantar temanku pulang. Motornya aku tinggal di pabrik,” jawab Han.

“Loh? Kenapa kok ditinggal di pabrik? Kalau ada yang ambil gimana, Mas?” Cani makin panik.

“Enggak ada yang mau ambil, Sayangku.” Han gemas melihat tingkah lucu Cani.

Han meletakkan koper yang dia bawa di atas meja. Han meminta Cani untuk membuka koper tersebut. Dan ketika koper itu terbuka, tubuh Cani langsung lemas.

“Mas? Ini duit siapa sebanyak ini?”

Bersambung ...

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Suami Miskinku Ternyata Mafia Kaya   Bab. 161. Awal Dari Kehidupan Baru

    Setelah menghancurkan tablet tersebut hingga tak berbentuk, tiba-tiba layar televisi di sampingnya menyala sendiri, menampilkan adegan di mana Hime mengakui segala kebohongannya mengenai kemandulan Han. Seketika tubuh Hime melorot dan terjatuh di atas lantai.Perhatian Hime kembali fokus pada layar televisi ketika sosok Han tampil di sana. Han menyatakan jika kini ia sudah tidak peduli kepada Hime. Han juga telah mengeluarkan Hime dari Black Ice. Han mencabut segala fasilitas yang ia berikan pada Hime.Di akhir ocehan Han, pria itu tersenyum dan berterima kasih pada Hime. Namun Han berjanji akan menjaga keselamatan Hime.“Sialan! Beraninya kamu membuangku setelah semua yang aku lakukan untukmu!” geram Hime melempar piring berisi makanan ke layar telivi yang masih menyala.Hime berteriak seperti orang kehilangan akal. Semua rencanya berantakan, dan sekarang justru rencana itu berbalik menusuknya. Dia sama sekali tak menyangka jika Han aka

  • Suami Miskinku Ternyata Mafia Kaya   Bab. 160. Penjebakan Kejam

    Setelah makan malam romantis, Han mengajak Hime ke sebuah hotel bintang lima yang sangat terkenal di kota. Keduanya menikmati suasana nyaman yang tersaji dari balkon kamar, dengan Han yang memeluk Hime dari belakang.“Han ... Apa kamu benar-benar menyukaiku?” tanya Hime mamastikan.“Tak hanya menyukaimu, aku juga mencintaimu,” jawab Han cepat.Hime tertawa kecil. “Tapi ... Kita tidak bisa bersama.”“Kenapa?” Han membalik tubuh Hime agar menghadap dirinya.“Karena ada Cani,” bisik Hime menenggerkan kedua lengannya pada pundak lebar Han.Han tertawa renyah, ia berkata, “Itu bisa diatur.”“Jadi, kamu akan menceraikan wanita kampung itu?”Han tidak menjawab, ia justru menggendong Hime, dan membawa tubuh sexy Hime menuju ranjang. Han melempar tubuh Hime di atas kasur, lalu menindihnya.“Han? Kamu serius?” Hime melototkan kedua matanya. Apalagi saat Han merobek gaun indah yang dikenakan Hime.“Hime, apa kamu tahu? Cani sedang hami sekarang,” ucap Han bernada rendah.Sontak Hime terkejut, na

  • Suami Miskinku Ternyata Mafia Kaya   Bab. 159. Rencana Han

    Jika memang benar Cani hamil sebelum diculik oleh Rio, maka bayi yang dikandung Cani merupakan darah daging Han. Demi membuktikan, dan meluruskan segalanya, hari ini juga Han mengunjungi klinik dokter kenalan Hime yang menyatakan bahwa ia mandul.Begitu sampai di klinik, Han langsung mengobrak-abrik tempat praktik dokter tersebut. bahkan Han juga menyandera para asisten dokter guna makin memberi tekanan.Han memaksa Dokter untuk mengatakan yang sebenarnya, jika tidak, Han akan melubangi kepala Dokter dengan peluru. Tak hanya itu, Han juga mengancam akan membuat kematian Dokter terasa sangat menyakitkan. Dalam kata lain, Han tak ‘kan begitu saja melenyapkan nyawa Sang Dokter.Dengan ekspresi penuh ketakutan, Dokter akhirnya mengaku jika ia dibayar Hime untuk membohongi Han mengenai kesuburan. Darah Han seketika mendidih ketika Dokter mengungkapkan segalanya.Han yang berada dalam kendali amarah, langsung memasukkan ujung pistol ke dalam mulut Dokter, dan melepas peluru yang membuat kep

  • Suami Miskinku Ternyata Mafia Kaya   Bab. 158. Kebenaran Mulai Terbuka

    Hime tersenyum tipis. “Yang memintaku tinggal di sini adalah Han. Tapi, jika Kepala Keluarga Ditmer mengusirku, aku akan hengkang.”Albert mencengkeram pergelangan tangan Hime ketika wanita itu hendak beranjak meninggalkannya. Ia sangat ingin membahas mengenai dokter perkebunan yang meninggal mengenaskan, namun Albert menundanya. Entah mengapa, perasaannya tidak enak.“Kembalilah mengurus Kartel, aku membutuhkan bantuanmu,” pinta Albert.Hime melipat kedua tangan pada dada. Ia menghela napas sebelum berkata, “Kamu masih membutuhkan bantuanku untuk mengurus Kartel? Bukankah aku di sini untuk membantu Cani?” Hime mengernyitkan dahi.“Sudah banyak pelayan yang membantu Cani,” sahut Albert. “Biarkan Cani mengurus segala urusan di rumah ini sendirian,” tandasnya menatap lurus Hime.Dengan amat sangat terpaksa, Hime menyetujui permintaan Albert.“Aku menurutimu karenam neghomatimu sebagai Pemimpin Black Ice,” pungkas Hime berlalu meninggalkan Albert yang terdiam.Dari sekian banyak pria di

  • Suami Miskinku Ternyata Mafia Kaya   Bab. 157. Tak Goyah Sedikitpun

    Beberapa hari berlalu, Han melangkah pelan ke sisi ranjang, tangannya terulur untuk meraih tangan Cani yang dingin. Han tahu istrinya masih bersedih, masih terombang-ambing dalam kenyataan pahit tentang siapa ayah dari bayi di perutnya.Tanpa berkata apa pun, Han menggenggam tangan Cani, memberikan ketenangan yang hanya bisa diberikan oleh sentuhan lembut seorang suami.Cani terisak, sesekali mengusap perutnya yang masih tampak rata. Kehamilannya, seharusnya menjadi kabar gembira, namun malah membuatnya hancur."Sayang ...." bisik Han lembut. "Percayalah, aku tak peduli siapa ayah bayi kita. Yang penting, bayi ini akan tumbuh dalam keluarga kita, dengan cinta dan kasih sayang kita berdua. Aku akan menjadi ayahnya, aku akan bertanggung jawab sepenuhnya."Air mata Cani kembali menetes, kali ini bukan air mata kesedihan, melainkan haru. Han bersungguh-sungguh, Cani dapat melihatnya dari sorot mata Han yang penuh kasih sayang."Kenapa? Aku telah mengkhianatimu, Mas," lirih Cani mengalihka

  • Suami Miskinku Ternyata Mafia Kaya   Bab. 156. Kenyataan Pahit Dari Hime

    Senja menyelimuti kediaman keluarga Albert. Di ruang kerjanya yang luas, Albert, kepala keluarga yang disegani, duduk termenung dengan ditemani secangkir kopi yang masih hangat di tangannya. Pikiran Albert dipenuhi oleh cerita Eila, pelayan pribadi sekaligus sahabat Nyonya Ditmer, tentang kecurigaan Eila terhadap sikap aneh Hime.Setelah beberapa saat berpikir, Albert mengambil keputusan. Ia bangkit dari kursinya, wajahnya dipenuhi dengan keraguan. Ia memanggil anak buahnya yang berada tak jauh darinya. "Ya, Tuan?"“Aku perlu kau melakukan sesuatu. Awasi Hime. Laporkan setiap gerak-geriknya kepadaku. Lakukan dengan hati-hati, jangan sampai ia menyadari hal ini.” Suara Albert terdengar tegas. Pria tinggi tegap itu mengangguk hormat, menerima perintah tanpa bantahan.***Di sisi lain, angin yang berhembus sepoi-sepoi, membawa aroma tanah basah dan sedikit bau anyir dari kandang buaya raksasa.Hime memandang Han yang berdiri sambil memperhatikan buaya peliharaannya, beberapa ekor buay

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status