Di kantor Yoona sedikit berlari kencang saat melihat pintu lift terbuka dan hampir menutup kembali.. "Tunggu!" teriak Yoona berbicara pada siapapun agar bisa menahan pintu lebih lama sampai dirinya masuk.
Dengan nafas yang memburu Yona masuk ke dalam lift tanpa memandang sekitarnya. "Wow … sepertinya pengantin baru kita sangat energik setelah kemarin terdengar sangat kelelahan!"
Yoona membalikkan tubuhnya dan melihat wajah Alandra dan Sarah dengan wajah yang mengejek dirinya. Tentu saja wajahnya langsung memerah sempurna karena membayangkan kembali adegan kemarin malam di mana dirinya merasakan benda asing yang tidak pernah dia pegang. Keras dan terasa sangat berotot.
"Hahha! Benarkan, Yoona kita telah membakar ranjangnya yang dingin!" Ledek Alandra yang langsung mendapatkan sikutan di lengannya dari Sarah yang berdiri tepat di samping.
"Hussst! Ini hanya gosip untuk kita. Jangan sampai menjadi konsumsi publik," ucap Sarah yang ditujukan pada Al
"Belum, Mr. Tinggal memeriksa berkas pengeluaran dana saat perusahaan sedang menangani kerusakan sistem di bandar udara Jawa barat dan salah satu stasiun televisi swasta CTV." jawab Yoona masih terus menatap layar laptop dan berkas di tangannya bergantian. (CTV Cahaya Totalitas Televisi) "Baguslah ... aku tunggu hasilnya Yoona." uajar Barack sambil mengitari mejanya. Sambil duduk dan memainkan bolpoinnya Barack terus menatap wajah Yoona yang terlihat begitu serius. Sementara Yoona yang sedang diperhatikan hanya fokus pada pekerjaan dan ber-chatting ria dengan ketiga sahabatnya. Yoona : Tenang, jam makan siang Lo pada langsung meluncur aja ke TKP. Pesenin gue soto pake lontong. Alandra : Gue gak nemu selisih pengeluaran di PT Makmur Abadi. Alandra memang sedang membantu Yoona mencari selisih antara dana yang terselip. Sarah : Gue juga sama. Di PT Abadi Jaya gak ada. Yoona : Tenang udah ketemu. Dia sendiri yang ngasih kode.
"Kalo gitu Lo masih aman dan telor-telor Lo yang mateng itu masih terjaga." ujar Sarah sambil menyendokkan makanan kedalam mulutnya. "Tapi kenapa gue tiba-tiba tidur ya? Dia punya sihir apa?" tanya Yoona lebih kepada dirinya sendiri. Siang itu keempatnya sama-sama berfikir bagaimana bisa Yoona terlelap disaat sahabatnya sendiri mulai terhanyut dalam debaran jantung yang menggila karena ulah bibir Dante. ** Yona memasuki rumahnya saat hari sudah benar-benar gelap. Yoona sudah tidak peduli dengan keberadaan tetangga sebelahnya setelah sedikit mendapat pencerahan dari Sarah dan Elsa yang lebih berpengalaman masalah ranjang. Yoona dan Alandra memang tergolong wanita yang menjaga kesucian mereka walaupun sudah berkali-kali menjalin hubungan dengan kaum bernama pria. Setelah memastikan pintu terkunci rapat Yoona berjalan dengan malas ke arah ruang tamunya dan menghempaskan tubuhnya di sofa. Hari ini
"Ok." sahut Yoona sambil menarik tangan Dante masuk kedalam kamar pria itu. Yoona terus menarik tangan kekar Dante hingga mereka masuk kedalam kamar dengan langkah lebar. "Apa Kamu sudah sangat tidak sabar untuk menikmati ranjangku lagi?" tanya Dante dengan seringai licik. Yoona sudah membalikkan tubuhnya dan melipat kedua tangannya dibawa dada. "Ya, aku sudah sangat tidak sabar untuk menikmati ranjangmu setelah apa yang kamu lakukan kemarin malam!" Dante mengangkat alisnya tinggi. "Kenapa? Apa kamu kecewa?" 'Oh Tuhan! Apa katanya aku kecewa?' erang Yoona dalam sanubarinya. "Aku tidak kecewa. Tapi aku marah karena harus terkurung di rumahmu tanpa sehelai benangpun! Dan itu semua karena Kamu. Seharusnya kamu membawaku langsung ke rumahku alih-alih malah bersembunyi dibalik selimutmu!" ujar Yoona dengan sesekali menunjuk dada Dante. "Siapa suruh sulit dibangunkan, dan kebiasaanmu itu yang mengundangku untuk menyentuh setiap inci tu
"Aku akan memastikan Yoona pergi ke butik langganan Mom. Mom hanya butuh itu, kan?" tanya Dante. "Ya, dan sepatu atau heels yang cocok untuk dikenakan dengan gaun pengantinnya," ujar Ainun. "Yoona akan mencari sepatu itu sendiri setelah melihat gaun yang sudah ditentukan." Ujar Yoona berusaha tersenyum. "Thank, Honey. Mom janji ini tidak akan lama." ucap Ainun dengan menggenggam tangan Yoona. "Habiskan susumu, setelah itu istirahatlah," ucap Ainun lagi "Terima kasih, Mom." ** "Yoona, sudah berapa lama kamu bekerja di JM Teknologi? tanya Ainun. Pagi ini Ainun memang memaksa Yoona agar diantar jemput oleh Dante karena melihat Yoona yang akan pergi pagi-pagi sekali dengan beralasan banyak pekerjaan. Ainun bahkan membawakan bekal untuk Yoona karena tahu menantunya itu punya penyakit asam lambung tinggi. "Hampir empat tahun dengan dua kali ganti pemimpin." jawab Yoona dengan menatap jalana
Dengan gerakan kasar yoona meninggalkan ruangan Barack dan bergegas menuju ruangannya untuk mengambil tas. Yoona sama sekali tidak tahu apa peranannya dalam rapat itu. Jika dia dibutuhkan lantas untuk apa sekretaris dan asisten pribadi dari Barack Merchant berada di belakang pria itu? "Yoona, aku ingin kamu mempelajari ini selama dalam perjalanan." ujar Dinda menyerahkan beberapa berkas dan langsung masuk kedalam mobil. Yoona membolak-balikkan berkas yang baru saja dia terima. "Hah! Ini kan kerjaan Alandra!" Yoona menatap tajam sekertaris seksi di sebelahnya. Sementara Wanita itu hanya mengangkat bahu acuh dan berpura-pura tidak tahu. "Cik. Ada apa dengan semua orang ini. Tidak cukupkah malam yang terasa panjang di kamar Dante dan sekarang aku harus menghabiskan hari dengan orang-orang menyebalkan ini!" "Yoona! Sampai kapan kamu akan berdiri disana? Apa aku harus menggendongmu?" tanya Barack dari dalam mobil. Dengan hembusan nafas kasar
"A-apa maksudnya Tante? Yoona tidak mengerti! Waktu itu Om bilang bahwa Alan meno—" Yoona membekap mulutnya tidak percaya dengan kenyataan yang terjadi dan mengurungkan niatnya untuk mengatakan menolaknya. "Aku kecelakaan, Yoona … dan maaf telah meninggalkanmu di pelaminan. Aku tidak berani menemuimu setelah aku sadar," jelas Alan. "Apa aku tidak pernah berarti sedikitpun dalam hidupmu sampai kalian tidak ada yang memberitahuku? Aku menunggumu … bukan hanya di pelaminan, tapi juga di depan pintu rumahmu. Kalian seperti hilang ditelan bumi …." Yoona sudah tidak kuasa menahan derai air matanya. Bagaimana tidak, di hari bahagianya Yoona ditinggal seorang diri disaat penghulu sudah siap menjabat tangan Alan. Berjam-jam keluarga Malik Sidik menunggu kedatangan Alan dan keluarganya yang tak kunjung datang sampai matahari benar-benar tenggelam. Di tengah hujan lebat dengan kebayanya Yoona berlari mengabaikan teriakan Sulis dan Hasan demi mendengar alasan dar
"Mommy emang cuti, Na?" tanya Sarah. "Gue gak tahun, Sha—" ucapan Yoona terhenti karena ponselnya bergetar. "Dante telpon, gue duluan ya? Bye, Sha …." "Ya! Hati-hati Na!" seru Sarah pada Yoona yang sudah sampai di lobby. Yoona sedikit berlari kecil saat keluar dari gedung di mana dirinya kerja dan menemui Dante yang sudah menunggunya di depan dengan motornya. Masih tanpa kata Yoona langsung duduk dan mengenakan helm yang diberikan oleh Dante. Dante melepas jaket kulitnya karena Yoona hanya mengenakan kemeja tipis tanpa blazer. Dante membalikkan badannya dan memakaikan jaket pada Yoona. Saat motor sudah berjalan Yoona langsung melingkarkan tangannya pada pinggang Dante dan menyandarkan kepalanya di punggung pria itu. Yoona memejamkan matanya dan kembali menghirup dalam udara yang lewat di hadapannya. Kenangan tiga tahun silam kembali tergambar nyata di dalam benak Yoona, di mana Alan seringkali mengantar jemput dir
"Da—" "Ya, Yoona." Pangkas Dante saat Yoona akan memanggil namanya dengan suara yang sedikit serak dan kembalikan mengarahkan bibirnya pada puncak bukit yang sudah sangat merah akibat ulahnya. "Dan—" "Dante!" Dug! Dug! "Dante! Apa Yoona sudah pulang?!" Ceklek! tanya Ainun membuka pintu dan masuk kedalam kamar Dante dan Yoona. "Sebentar, Mom!" sahut Dante dari balik pintu dengan nafas yang memburu. "Apa kamu pulang dengan Yoona?" tanya Ainun. "Ya, aku sedang bersama Yoona!" jawab Dante dengan mendekap erat tubuh Yoona yang disandarkan pada dadanya yang berdegup kencang. Detak jantung Yoona Dante saling menyahut dengan debaran jantung sangat kuat karena hampir saja aksi mereka diketahui. "Pergilah, aku butuh mandi," ujar Yoona tanpa berani menatap wajah Dante. "Mom akan turun. Segeralah turun untuk makan! Mom sudah masak makanan kesukaanmu!" teriak Ainun disertai dengan suara pintu yang tertutup. "Ya