"Aku akan memastikan Yoona pergi ke butik langganan Mom. Mom hanya butuh itu, kan?" tanya Dante.
"Ya, dan sepatu atau heels yang cocok untuk dikenakan dengan gaun pengantinnya," ujar Ainun.
"Yoona akan mencari sepatu itu sendiri setelah melihat gaun yang sudah ditentukan." Ujar Yoona berusaha tersenyum.
"Thank, Honey. Mom janji ini tidak akan lama." ucap Ainun dengan menggenggam tangan Yoona. "Habiskan susumu, setelah itu istirahatlah," ucap Ainun lagi
"Terima kasih, Mom."
**
"Yoona, sudah berapa lama kamu bekerja di JM Teknologi? tanya Ainun.
Pagi ini Ainun memang memaksa Yoona agar diantar jemput oleh Dante karena melihat Yoona yang akan pergi pagi-pagi sekali dengan beralasan banyak pekerjaan. Ainun bahkan membawakan bekal untuk Yoona karena tahu menantunya itu punya penyakit asam lambung tinggi.
"Hampir empat tahun dengan dua kali ganti pemimpin." jawab Yoona dengan menatap jalana
Dengan gerakan kasar yoona meninggalkan ruangan Barack dan bergegas menuju ruangannya untuk mengambil tas. Yoona sama sekali tidak tahu apa peranannya dalam rapat itu. Jika dia dibutuhkan lantas untuk apa sekretaris dan asisten pribadi dari Barack Merchant berada di belakang pria itu? "Yoona, aku ingin kamu mempelajari ini selama dalam perjalanan." ujar Dinda menyerahkan beberapa berkas dan langsung masuk kedalam mobil. Yoona membolak-balikkan berkas yang baru saja dia terima. "Hah! Ini kan kerjaan Alandra!" Yoona menatap tajam sekertaris seksi di sebelahnya. Sementara Wanita itu hanya mengangkat bahu acuh dan berpura-pura tidak tahu. "Cik. Ada apa dengan semua orang ini. Tidak cukupkah malam yang terasa panjang di kamar Dante dan sekarang aku harus menghabiskan hari dengan orang-orang menyebalkan ini!" "Yoona! Sampai kapan kamu akan berdiri disana? Apa aku harus menggendongmu?" tanya Barack dari dalam mobil. Dengan hembusan nafas kasar
"A-apa maksudnya Tante? Yoona tidak mengerti! Waktu itu Om bilang bahwa Alan meno—" Yoona membekap mulutnya tidak percaya dengan kenyataan yang terjadi dan mengurungkan niatnya untuk mengatakan menolaknya. "Aku kecelakaan, Yoona … dan maaf telah meninggalkanmu di pelaminan. Aku tidak berani menemuimu setelah aku sadar," jelas Alan. "Apa aku tidak pernah berarti sedikitpun dalam hidupmu sampai kalian tidak ada yang memberitahuku? Aku menunggumu … bukan hanya di pelaminan, tapi juga di depan pintu rumahmu. Kalian seperti hilang ditelan bumi …." Yoona sudah tidak kuasa menahan derai air matanya. Bagaimana tidak, di hari bahagianya Yoona ditinggal seorang diri disaat penghulu sudah siap menjabat tangan Alan. Berjam-jam keluarga Malik Sidik menunggu kedatangan Alan dan keluarganya yang tak kunjung datang sampai matahari benar-benar tenggelam. Di tengah hujan lebat dengan kebayanya Yoona berlari mengabaikan teriakan Sulis dan Hasan demi mendengar alasan dar
"Mommy emang cuti, Na?" tanya Sarah. "Gue gak tahun, Sha—" ucapan Yoona terhenti karena ponselnya bergetar. "Dante telpon, gue duluan ya? Bye, Sha …." "Ya! Hati-hati Na!" seru Sarah pada Yoona yang sudah sampai di lobby. Yoona sedikit berlari kecil saat keluar dari gedung di mana dirinya kerja dan menemui Dante yang sudah menunggunya di depan dengan motornya. Masih tanpa kata Yoona langsung duduk dan mengenakan helm yang diberikan oleh Dante. Dante melepas jaket kulitnya karena Yoona hanya mengenakan kemeja tipis tanpa blazer. Dante membalikkan badannya dan memakaikan jaket pada Yoona. Saat motor sudah berjalan Yoona langsung melingkarkan tangannya pada pinggang Dante dan menyandarkan kepalanya di punggung pria itu. Yoona memejamkan matanya dan kembali menghirup dalam udara yang lewat di hadapannya. Kenangan tiga tahun silam kembali tergambar nyata di dalam benak Yoona, di mana Alan seringkali mengantar jemput dir
"Da—" "Ya, Yoona." Pangkas Dante saat Yoona akan memanggil namanya dengan suara yang sedikit serak dan kembalikan mengarahkan bibirnya pada puncak bukit yang sudah sangat merah akibat ulahnya. "Dan—" "Dante!" Dug! Dug! "Dante! Apa Yoona sudah pulang?!" Ceklek! tanya Ainun membuka pintu dan masuk kedalam kamar Dante dan Yoona. "Sebentar, Mom!" sahut Dante dari balik pintu dengan nafas yang memburu. "Apa kamu pulang dengan Yoona?" tanya Ainun. "Ya, aku sedang bersama Yoona!" jawab Dante dengan mendekap erat tubuh Yoona yang disandarkan pada dadanya yang berdegup kencang. Detak jantung Yoona Dante saling menyahut dengan debaran jantung sangat kuat karena hampir saja aksi mereka diketahui. "Pergilah, aku butuh mandi," ujar Yoona tanpa berani menatap wajah Dante. "Mom akan turun. Segeralah turun untuk makan! Mom sudah masak makanan kesukaanmu!" teriak Ainun disertai dengan suara pintu yang tertutup. "Ya
Yoona mencoba gaun pengantin yang berwarna kuning gading tanpa lengan yang memperlihatkan sedikit belahan dadanya. Yoona suka dengan gaun model pinguin itu tapi bagian bawahnya terlihat sangat tidak sesuai dengan keinginannya. Yoona memutuskan keluar dan menunjukkan apa yang dia kenakan kepada Bunda dan mertuanya. "Mom. Aku suka dengan yang ini, tapi aku tidak suka dengan bagian depannya yang terlihat sangat tidak enak dipandang. Bisakah kita sedikit meninggikan bagian ini." Yoona sedikit menunduk dan menunjuk bagian yang ingin dipotong. "Kamu benar Sayang itu sangat bagus, apalagi jika sedikit lebih pendek sekitar di bawah dengkul," ujar Ainun yang setuju dengan pendapat Yona. "Ini bisa di potong kan, Koko?" tanya Ainun. "Bisa, Sangat bisa. Tapi masalahnya kami tidak bisa menyelesaikannya dalam waktu satu minggu ini. Ini akan digunakan untuk pemotretan Minggu depan bukan?" tanya pria gemulai itu. "Tapi aku ingin ini tetap dipotong!" desak Yoo
Kenapa jika kaum hawa marah selalu disangkut pautkan dengan datang bulan. Sedangkan kaum Adam selalu dibilang emosi! Ohh ini benar-benar tidak adil untuk Yoona. "Memang biasanya seperti itukan? Jika tidak sedang datang bulan pasti sedang hamil. Sedang kamu tidak sedang hamil," ujar Dante semakin gemas dengan wanita dihadapannya ini. Yoona berusaha melepaskan diri dari cengkraman tangan Dante dengan menghentakkan tangannya beberapa kali. Tapi sial tangan pria itu begitu kokoh. "Aku ingin pulang, lepaskan aku!" "Tidak dalam keadaan marah seperti ini," bujuk Dante berusaha untuk bersabar. "Pergilah aku membencimu, Dante! Kamu sudah ingkar janji hikss… aku benci kamu!" Yoona berusaha memukul dada Dante dengan kepalan tangannya. Namun pria itu begitu kuat sehingga tangannya terasa begitu sakit. Dante menarik tubuh Yoona dan mendekapnya. "Maaf … oke. Aku tidak bermaksud untuk ingkar janji. Sungguh Yoona … aku tidak tahu kamu akan semarah ini."
Mendapat perhatian seperti itu membuat hati Yoona bergetar dan merasa hangat. Lagi-lagi bayangan akan Alan yang selalu menemani dirinya saat makan terlintas dalam benak Yoona. "Apakah kamu akan meninggalkanku seperti pria-pria itu?" tanya Yoona tanpa sadar dengan mata yang memerah dan terasa panas lalu muncullah genangan di dalam pelupuk mata yang siap jatuh kapanpun ketika Yoona mengerjapkan matanya. Dante mengusap air mata Yoona. "Tidak! Aku tidak akan melakukan itu selagi kamu sendiri yang masih mau tinggal bersamaku." Dante ingat semua perkataan yang diucapkan oleh Sarah di cafe kemarin malam dan ibu mertuanya yang mengatakan kegagalan hubungan yang dibina oleh Yoona dengan pria yang bernama Alan dan ada sesuatu antara Yoona dan Demian. Suami dari Yoora. "Maukah kamu melupakan perjanjian sialan itu? Aku memang belum bisa mengatakan Aku mencintaimu Yoona, tapi jujur, Aku laki-laki normal yang sangat tertarik padamu saat kita pertama bertemu.
Yona menghembuskan nafasnya panjang. "Dia minta gue buat lepas ikat rambut. Beberapa hari yang lalu juga emang dia bilang supaya gue nggak iket rambut gue. Cuman kan gue risih aja, ganggu banget kalau lagi kerja." "Oh pantes, setiap kali keluar dari cubicle Lo pasti lepas ikat rambut Lo, jadi ini alasannya?!" ujar Alandra. "Cinta berat kayaknya laki lo!" ujar Elsa. "Terus gimana, lo mau itu dilihat banyak orang?" tanya Alandra. "Hari ini panas banget. Gue pikir dia tadi udah pergi, makanya gue iket rambut. Tahunya masih ada," desah Yoona. "Tutup pakai foundation aja deh. Hari ini memang gerah banget. Walaupun kita bakal keluar masuk mall," usul Elsa. Dengan dibantu oleh Alandra leher jenjang Yoona yang terdapat kissmark bisa terselamatkan dan Yoona dapat kembali mengikat rambutnya. Sesampainya mereka di mall Gandaria city, ketiganya langsung menuju brand sepatu ternama. "Na yang ini bagus deh buat buat pemotretan