Home / Romansa / Suami Mutualisme / Bab 4 Bertemu Calon Suami

Share

Bab 4 Bertemu Calon Suami

Author: Buenda Vania
last update Last Updated: 2021-06-04 09:46:35

Sore itu Yoona yang baru saja tiba di Villa milik keluarganya yang berada di Bandung, dengan penuh amarah ia kembali menghentak-hentakkan kaki karena merasa jengkel setelah dijemput paksa oleh kakak laki-lakinya.

Yoona memasuki Villa dengan memasang wajah merengut, ia tak ingin memandang siapapun yang ada di sana. Sulistiana Malik ibunda dari Yoona hanya bisa menatap kemarahan Putri bungsunya yang selalu saja bersikap semaunya.

Sudah beberapa kali Sulistiana menjodohkan putrinya namun selalu saja ditolak oleh gadis bungsunya itu. Umur Yoona yang sudah terbilang sudah sangat dewasa membuatnya sangat khawatir, di tambah lagi kegagalan dalam asmara putrinya yang selalu saja kandas di tengah jalan membuat Bunda Sulis sangat khawatir.

Sulis melihat putranya memasuki rumah dengan koper milik Yoona. "Si Ade masih marah ya, Bang?" tanaya bunda Sulis merasa khawatir.

 Malik Nauval Sidiki putra sulung dari Sulis dan Hasan, hanya bisa menghembuskan nafas kasarnya. "Sepanjang perjalanan sama sekali gak mau bicara, Bun. Bajunya saja Abang yang masukin kedalam koper. Mandi juga nggak tuh, Ade." Nouval hanya bisa pasrah jika adiknya sudah merajuk pasti akan sangat sulit untuk dibujuk.

"Ya sudah, Abang istirahat saja. Biar nanti ayah yang bujuk. Adek 'kan nurutnya cuma sama ayah!" Sulis sendiri terkadang menyerah jika sudah menghadapi sikap kekeraskepalaan putri bungsunya.

Menurut Sulis sikap Yoona terlalu berlebihan untuk mencari sensasi. Namun di dasar lubuk hatinya Sulis tahu putrinya itu pasti memiliki alasan sendiri untuk semua pemberontakan yang dilakukannya.

Sepanjang malam Hasan membujuk putrinya untuk makan, karena yang ia dengar dari Malik semenjak putra sulungnya itu menjemput Yoona sama sekali tidak mau mau menerima makanan apapun yang ditawarkan oleh ibunya.

"Adek, ayo makan dong! Masa marah sama makanan sih ... 'kan berdosa, Dek?" Bujuk ayah Hasan dengan nada suara yang begitu lembut.

"Aku nggak mau makan, Kalau masih dipaksa nikah!" tolak Yoona padahal perutnya sendiri sudah lama berbunyi, Namun karena gengsi dan dalam mode merajuk akhirnya ia menahan kesakitan itu.

"Gini deh, Yoona lihat dulu calonnya seperti apa, kalau suka Yoona lanjutkan. Kalaupun tidak cocok, tidak apa-apa kalau Yoona memang menolaknya." Ayah Hasan menengahi antara kegigihan dua wanita kesayangannya.

Istrinya Sulistiana Malik kerap kali mendapat cibiran dari ibu-ibu arisannya yang salah satu dari putranya pernah menjadi mantan kekasih Yoona saat SMA dan kini putranya itu sudah menikah dan memiliki keluarga yang bahagia. Sedangkan Yoona Sudah beberapa kali pacaran namun selalu gagal. Hal itulah yang seringkali menjadi cibiran para ibu-ibu pengajian dan arisan ibundanya.

Sulis sendiri sebenarnya tidak ingin begitu memaksakan kehendaknya jika bukan karena sudah muak dengan omongan para tetangga yang lebih pedas dari komentar netizen.

"Ayah janji?" Yoona memberikan kelingkingnya kepada Hasan.

"Janji, Dek! Udah tua juga masih pake janji kelingking aja, malu atuh?"

"Abis Ayah kalau enggak begitu pasti suka ingkar! Aku mau Ayah tepati omongan Ayah." Yoona berharap ayahnya itu benar-benar akan menepati ucapannya.

"Iya, Sayang ... Ayah janji." ucap Hasan yang merasa yakin Yoona akan menyukai pria pilihan istrinya itu, menerima tantangan dari Yoona.

Yoona langsung menghambur memeluk ayahnya dan menghujani seluruh wajah ayahnya seolah ia masih anak berumur 5 tahun yang tengah diberi hadiah oleh orang tuanya.

Yoona bergegas turun dan berlari ke ruang makan dimana berbagai makanan sudah tersaji untuk membujuknya dari mogok makan yang ia lakukan.

"Aku harus banyak makan untuk menghadapi kenyataan besok, hahaha!"

Terdengar tawa mengerikan dari Yoona yang tengah menyantap makanannya. Malik, Hana istrinya dan Sulis bergidik ngeri melihat adik dan Putri bungsunya seolah memiliki kepribadian ganda.

"Ante Ona, kenapa Umi?" tanya Ariana putri dari Malik dan Hana.

"Ante, Ona suka sama makanannya. Jadinya ketawanya gak bisa ditahan, Ariana gak boleh tertawa ya kalau sedang makan, nanti tersedak." Hana menjelaskan pada putrinya agar tidak meniru bibinya itu, dan bener saja tak lama mereka mendengar Yoona yang terbatuk-batuk karena makan dengan terburu-buru.

"Huk! Huk! Ahhh… ini menyebalkan!" erang Yoona merasa perih di tenggorokannya.

**

Keesokan harinya, Yoona sudah di make over habis-habisan oleh MUA. Yoona yang tomboy sudah benar-benar tidak terlihat. Rambutnya yang di gerai dengan sebagian diikat menyerupai bentuk pita. Wajah Yoona menggunakan makeup yang tak sekadar natural namun juga soft. Yoona begitu terlihat cantik dengan lipstik berwarna fuschia dan sedikit polesan maskara. Tidak butuh banyak makeup untuk menampilkan wajah cantik Yoona, karena gadis itu memang sudah terlihat cantik meski tanpa makeup.

Yoona mengenakan mini dress model Sabrina berwarna pic tua dengan panjang sebatas dengkul. Kakinya dibalut Peep toe heels dengan pita tepat di mata kaki dengan warna senada dengan mini dressnya.

Siang itu Yoona duduk dengan tidak sabar untuk mengatakan tidak pada keluarganya dan calon suaminya.

Namun, ketika ia melihat siapa yang akan meminangnya, tubuhnya tiba-tiba saja mematung melihat sosok laki-laki yang berdiri tepat di depan keluarganya

Mendadak restoran yang sebelumnya terasa ramai oleh pengunjung, kini terasa sunyi dan senyap ketika Yoona menatap laki-laki yang ada di hadapannya.

"Mr Barack Merchant!" gumamnya yang hanya bisa didengar oleh dirinya sendiri.

Barack Merchant adalah pemilik dari MJM Teknologi di mana Yoona bekerja sebagai pendataan gaji karyawan di bawah naungan pengawas yang menganggap dirinya Mommy dari seluruh pegawai di MJM Teknologi yang hampir 70% pegawainya adalah laki-laki.

Barack Merchant pria keturunan Amerika Asia yang sudah campur aduk dengan beberapa negara lainya. Barack memiliki rambut coklat keemasan dengan mata biru lautnya dan postur tubuh nyaris sempurna dengan jas mahal yang membalut tubuhnya.

Barack sudah lebih dari Lima kali mengajak Yoona untuk berkencan dan selalu mendapat penolakan. Barack yang tanpa sengaja mengenal ayah dari Yoona di sebuah bengkel mobil dan berlangsung hingga saling bertukar nomor. Barack yang tidak tahu Hasan adalah ayahnya Yoona, ketika pria paruh baya itu mengundangnya makan, tanpa sengaja melihat foto keluarga yang terdapat Yoona di dalamnya.

Hasan yang melihat ketertarikan Barack pada putrinya langsung berniat menjodohkan mereka, apalagi Hasan tahu Barack masih single di usianya yang sudah matang. Akhirnya Hasan mengatur pertemuan ini.

Barack menatap Yoona dengan senyum yang bisa membuat hati sekeras apapun meleleh, tapi tidak dengan Yoona. Wanita itu menatap Barack dengan tatapan marah, bahkan benci karena tahu pria itu menghalalkan segala cara untuk mendekatinya.

Kenapa dia! Seperti tidak ada pria lain di muka bumi ini?' Yoona menundukkan kepalanya seolah sedang mengheningkan cipta dan mencari kekuatan dibalik ucapannya kelak.

Yoona berdiri dari duduknya dan menatap kedua orang tuanya dengan tatapan seolah mengatakan maafkan Aku.

"Maaf, Ayah, Bunda. Yoona menolaknya ...."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Suami Mutualisme   Bab 147 I Love You Yoona Guillermo

    Anita membeku, menghentikan langkahnya dan berputar dengan cepat ke hadapan tiga orang yang sedang duduk santai di ruang tengah.Pengakuan Dante baru saja mampu membuat jantungnya berhenti berdetak lalu kembali memompa sangat kuat. 'Apa maksud Dante?'"Maksudnya gimana? Dia—" kini Dimas melihat ke arah Anita yang wajahnya semakin pucat dan tubuhnya gemetar hebat. Namun, tatapannya menusuk Dante dengan tajam.Yoona membekap mulutnya. Wajahnya tak kalah pucat dengan Anita. Jadi Priyanka—benarkah dia bukan anak Dante? Tapi suaminya memperlakukan anak itu seperti darah dagingnya sendiri. Yoona sama sekali tidak menyangka akan hal ini. Apa mommy Ainun tahu?"Ya? Dia wanita yang kamu cari. Yang sudah mencuri benihmu diam-diam dan melahirkannya."  Apa? ( …. ) Yoona dan Dimas melihat kearah Anita, lalu berpaling pada DanteDengan sisa tenaga yang masih bersemayam di tubuhnya, Anita menghampiri Dante dan mengkonfirmas

  • Suami Mutualisme   Bab 146

    "Kamu siap untuk malam ini Yoona?" tanya Dante saat masuk kedalam kamar dan melihat Yoona duduk dengan santai di sofa.Dante tahu Yoona melihat dan mendengar apa yang diinginkan oleh putrinya. Yoona tersenyum lebar, bengun dari duduknya dan mengitari Dante. Telunjuk wanita itu menusuk tubuh pria itu sedang tangan satunya bersembunyi di balik tubuhnya sendiri."Kamu ingin aku berperan menjadi istri yang pencemburu atau ibu tiri yang jahat?" Merasakan jarak sedekat ini dengan sentuhan jemari Yoona membuat tubuh pria itu memanas. Jika saja ia punya banyak waktu saat ini juga pasti sudah langsung membopong tubuh Yoona dan menenggelamkannya di ranjang. Tapi sial, Anita dan anaknya sedang bermain drama yang menarik, yang tidak bisa ia lewatkan begitu saja.Tidak tahan lagi akan ulah istri yang terus berputar dan saat telunjuk wanita itu menyentuh titik sensitifnya, Dante langsung menggenggam jemari Yoona dan menarik tubuh wanita itu hingga be

  • Suami Mutualisme   Bab 145 I Want You To Sleep With Us

    Ini pertama kalinya ia melayani Dante. Selama menikah dengan pria itu tidak satu kali pun Dante mau makan di meja yang sama walau dengan desakan Ainun."Nanti saja. Aku mau menyuapi putriku dulu?" Ini jelas penolakan.Akan tetapi Anita dan Priyanka tidak melihat hal itu. Mereka terlalu bahagia karena bisa makan bersama setelah sekian lama.Priyanka makan dengan lahap. Sementara Anita terus menatap Dante penuh minat. Bagaimana pria itu dengan piawainya mengurus putrinya, lengannya yang berotot dapat menggendong tubuhnya yang ramping, memeluknya erat. Ah, imajinasinya pun mulai berkelana jauh dimana Dante memanjakan dirinya dengan penuh cinta. "Dad," panggil gadis itu penuh harap. Suara Priyanka juga mampu membangunkan Anita dari lamunannya."Ya, honey. Mau tambah sesuatu?" Dante menghentikan suapannya, menatap putrinya dan menunggu apa yang ingin dikatakan gadis itu dengan sabar.Priyanka menunduk, rasa takut mulai menyelimutinya, tapi ia harus mengatakannya segera sebelum Daddy-nya

  • Suami Mutualisme   Bab 144 Aku Percaya Padamu

    Dokter itu segera meraih tangan Sulis dan membimbing agar wanita itu duduk."Bunda tidak sengaja terkena pisau Dok. Ini semua salah saya. Saya mencoba—Yoora hendak turun dari ranjang, tapi segera ditahan oleh suster. "Anda di sini saja, biar kami yang obati luka beliau.""Tapi bunda saya?" Yoora benar-benar cemas pada luka tangan Sulis."Tidak apa-apa, sayang ini sudah ditangani dokter tadi." Sulis meyakinkan. Sulis dan dokter di hadapannya saling pandang, memberi isyarat agar dokter yang adalah sahabatnya mau bekerja sama dengannya. Sekali ini lagi.Sebelum Sulis masuk ke ruang perawatan Yoora, wanita itu lebih dulu menemui dokter yang adalah sahabatnya saat masih SMA dulu. Sulis yang tahu temennya juga praktek di rumah sakit yang sama meminta bantuan padanya untuk drama yang mereka mainkan sekarang. "Saya sudah ke klinik dokter, ini sudah ditangani dengan baik," ujar Sulis sambil sesekali melihat ke arah p

  • Suami Mutualisme   Bab 143 Alandara Hamil

    Brak!Keduanya tersentak. Tubuh Yoona dengan sorot kesal terlihat jelas. Wanita itu melangkah lebar semakin masuk kedalam toilet dan berhenti tepat di hadapan Alandara yang masih diam mematung.Yoona langsung merengkuh tubuh sahabatnya. Memeluknya erat dengan elusan lembut di punggung wanita itu.Sedangkan Sarah masih kaget dengan kedatangan Yoona dan gebrakkan kuat tangannya pada daun pintu. Pandangan Sarah hanya mengikuti langkah Yoona hingga wanita itu berhenti tepat di depannya, dimana Alandara berdiri dengan tubuh gemetar."Lo gak usah khawatir. Gue bakalan minta bang Dante buat nyeret laki-laki itu ke hadapan Lo, Al?""Hah? Tapi—" Sarah kehilangan kata-katanya. Yoona kan baru datang bagaimana bisa Yoona tahu bahwa Alandara saat ini tengah mengandung dan menjanjikan Alandara bahwa Dante akan menyeret Anggara?Yoona melepaskan pelukannya, menghapus air mata yang sudah banyak keluar. "Semua bakalan baik-bai

  • Suami Mutualisme   Bab 142 Bagaimana Keadaan Yoora?

    "Kita sama-sama bodoh. Padahal kita bisa seperti ini diam-diam, kan?" Sulis berusaha tersenyum walaupun hatinya sakit.Sulis meminta Yoona untuk duduk, meletakkan paper bag berwarna coklat muda diatas meja.Yoona melongok sedikit melihat isi dalam tas itu, yang terlihat hanya beberapa bungkus plastik putih dengan stempel alamat sebuah apotek. "Bunda bawa apa? Dari mana?" Yoona kembali mendorong paper bag dan kembali fokus pada bundanya yang enggan menjawab pertanyaannya.Sulis memang mengabaikan pertanyaan putrinya, wanita itu malah bertanya apa yang mau dimakan Yoona."Apa aja, Bun. Aku, kan pemakan segalanya." Yoona menjawab dengan sedikit cengiran."Sup iga sapi kayaknya enak di sini." Yoona mengangguk setuju. Menu iga sapi memang menjadi bintangnya di cafe itu.Selama menunggu makanan datang. Sulis bertanya berbagai hal. Apa yang dilakukan Yoona, seperti apa Dante dan apa Yoona bahagia dengan pernikahannya. Sulis ju

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status