Share

Bab 3 Orang Sinting yang Mabuk

"Aku menyalakan musik sudah jam 8 pagi, di mana orang Indonesia sudah terbangun ... dan bukan mengetuk-ngetuk dinding rumah jam dua dini hari seolah besok akan terjadi kiamat, sehingga, Kau." Yoona menunjuk dada pria aneh itu dengan ujung telunjuknya, Ia pun menengadahkan kepalanya dan menatap wajah pria di hadapannya yang ternyata sangat tinggi dengan bola mata yang yang ingin keluar. "harus menyelesaikan pekerjaanmu saat itu juga." hardik Yoona geram. 

Dengan cepat Yoona menarik jarinya dan tanpa sadar ia mengelapnya di celana yang ia kenakan.

Pria aneh itu melipat tangan di bawah dadanya. Menatap Yoona dengan lekat. "Well, Aku memang harus melakukannya. Pipa ledeng bocor jika tidak langsung dibetulkan akan membanjiri seluruh rumahku, sementara Aku butuh air untuk mandi, malam itu juga."

"Cih, alasan," sangkal Yoona masih tidak terima, terutama pada kenyataan bahwa pria di hadapannya ini adalah tetangganya

"Jika, saya masih mendengar suara musik sialan itu, akan saya bakar bokongku itu." Ancamnya sarkas dan berbalik ke arah rumahnya.

"Cik, mengganggu kesenangan orang saja, dasar pemabuk! Seharusnya aku 'kan yang marah." Makinya setelah pria itu keluar dari halaman rumahnya.

Yoona hendak berbalik dan masuk ke dalam rumah, namun langkahnya terhenti saat ia mendengar suara tetangganya yang menyapa seseorang.

"Pagi, Mr Dante!"

"Pagi, Mrs Yunus!" ucpa pria yang disebut sinting oleh Yoona.

"Oh, pria menyebalkan itu bernama Dante. Sepertinya, Bu Marisa sangat akrab dengan pria aneh itu! Ahhh… masa bodoh lah, lebih baik Kamu jauhi pria pemabuk dan menyeramkan itu Yoona, atau bisa jadi dia pengedar bubuk setan!" Yoona menutup pintu dengan sangat kencang sehingga membuat dua orang tetangganya itu menoleh ke arah rumah Yoona.

Kedua orang tetangga Yoona menoleh ke arah pekarangan Yoona saat hentakan keras mereka dengarkan.

"Apa Mr ada masalah dengan nona Yoona?" tanya Marisa istri dari pak Yunus dengan rasa keingintahuan yang terlihat nyata.

"Tidak, hanya ada sedikit kesalahpahaman Mrs. Kalau begitu saya permisi." Dante menganggukkan kepala dan berlalu kearah rumahnya.

Di dalam rumah, Yoona yang masih merasa jengkel hanya bisa menghentak-hentakkan kaki seraya mengganti channel televisi. "Dasar tetangga aneh, pecundang, pemabuk, sinting pula." Mekinya tanpa henti.

"Memangnya aku tahu dia sedang tidur. Cih, menyebalkan!" Bibir Yoona benar-benar mengerucut merasa kesal karena kesenangannya terhenti.

Tak lama dari itu Yoona mendengar suara mobil yang berhenti tepat di depan rumahnya, lalu terdengar bunyi ketukan di pintunya. "Yoona, buka pintunya, ini Abang Dek!"

Mendengar Abangnya datang kejengkelan Yoona makin bertambah. "Cik, pasti disuruh Bunda. Sial, sial, sial, Aarrgghh...! Kenapa hari ini gue sial banget sih!" Masih dengan menghentakkan kaki Yoona berjalan ke arah pintu utama dan membukakan pintu dengan hentakan keras.

Pria yang mengatakan Abang pada dirinya sendiri hanya bisa mengerutkan kening melihat penampilan Yoona yang mengenakan tank top sebatas bawah dadanya dan celana kargo lengkap dengan sepatu, jangan lupa bandana dan topi yang berserakan di lantai.

Yoona membaringkan tubuhnya di sofa tanpa melepaskan sepatu, terlihat jelas wajah cantiknya yang tidak bersahabat. Tangannya terus menekan-nekan tombol remote control tanpa tujuan yang pasti.

Melihat itu Abangnya hanya bisa menghembuskan napas dengan perlahan, pasalnya wanita yang dewasa secara umur ini jika sudah merajuk akan sangat sulit dikendalikan.

Malik menghampiri adiknya yang memasang muka sangat masam, seasam buah lemon tanpa gula. "Adek Abang, kenapa sih? Kok mukanya kecut gitu?" tanya Malik yang duduk di kursi tunggal yang tak jauh dari Yoona berbaring.

Malik kembali melirik adiknya dan berharap mendapat jawaban. Nyatanya, jangankan menjawab melirik saja tidak. Yoona tetap fokus pada layar televisi dan terus mengganti channel-nya. "Dek, ayo mandi dong! Terus kemasi pakaiannya. Bunda pasti sudah nunggu!" Yoona tetap saja diam.

Yoona sendiri tahu apa tujuan Abangnya itu datang ke rumahnya, ia benar-benar tidak ingin dijodohkan oleh ibunya apalagi pria itu seorang duda. 

Sebenarnya bukan masalah statusnya, melainkan Yoona sudah tidak tertarik pada laki-laki. Menurut Yoona, yang sudah berpacaran lama dan cukup saling mengenal saja hubungannya kandas bahkan sebelum kata sah terucap, apalagi yang sama sekali tidak ia kenal. Bisa seperti apa nanti pernikahannya, yang ada lebih mengerikan daripada di neraka.

"Dek, ayo dong!" Bujuk Abangnya lagi. Malik menghela nafasnya pasrah melihat Yoona yang sama sekali tidak bergerak dan menyahuti ucapannya. "Ya sudah, Abang bantu kemas ya, pakaiannya? Adek mandi saja dulu, gih!" pintanya pada adik yang begitu keras kepala.

Malik bangkit dari duduknya dan pergi ke kamar Yoona untuk memasukkan beberapa pakaian yang akan dikenakan oleh adiknya selama di Bandung. Malik yang sudah selesai mengepak keperluan Yoona pun keluar dari kamar. Namun adiknya itu masih tetap berbaring di sofa bahkan belum bergerak sama sekali dari sana.

"Dek, Abang 'kan minta Kamu untuk mandi! Kok belum mandi juga sih?!" Malik memejamkan matanya guna meredakan emosinya. Kali ini sikap Yoona benar-benar keterlaluan, gadis itu benar-benar mendiamkannya. 

"Kamu mau jalan sendiri ke dalam mobil, atau Abang yang gendong?" Ancam Malik dengan nada yang naik satu oktaf dari sebelumnya karena geram melihat Yoona yang masih saja mengacuhkannya.

Malik menarik koper Yoona dan meletakkannya di bagasi, kemudian ia kembali masuk ke dalam rumah untuk mengecek semua pintu dan jendela dalam keadaan terkunci. "Dek ayo! Nanti keburu sore sampai di Bandung-nya!" 

Masih tetap tidak ada pergerakan dari Yoon. Malik yang sudah tidak bisa menahan kemarahannya lagi akhirnya mematikan televisi dengan cara merampas paksa remote dari tangan adiknya itu.

"Kamu, mau, jalan sendiri, atau—mau benar-benar Abang gendong?!" Mendengar nada bicara Malik yang sudah naik menjadi lima oktaf, Yoona bangun dari posisi nyamannya.

"Aku benci sama Abang Nouval! Memangnya kenapa kalau wanita tidak menikah, hem? Bukankah tidak ada larangan dan undang-undangnya?!" ucapnya sinis penuh dengan kebencian.

Yona menghentak hentakan kaki masih dengan mulut bergumam penuh dengan umpatan dan sumpah serapah, bahkan ia sudah tidak peduli lagi dengan apa yang ia pakai. Yoona menjejalkan tubuhnya ke dalam mobil dan membantingnya sangat keras.

'Aduh … gimana cara menghindari dari ini semua ya? Gue kasih alasan apa sama Bunda dan Ayah. Udah gak bisa kabur lagi ini. Cek, ada-ada saja', monolog Yoona dalam benaknya.

Malik kembali masuk ke dalam kamar dan mengambil jaket hoodie milik adiknya. Sesampainya di mobil, Malik membuka pintu dan memakaikan jaket kepada Yoona dengan paksa.

Pergerakan itu tidak luput dari tetangga menyebalkan Yoona yang tepat tinggal di sebelahnya. "Apakah pria itu kekasihnya? kasar sekal."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status