"Lo bisa ambil semuanya Yoora, gue gak butuh semua barang itu. Jika dengan ngambil semua perhatian mereka bisa buat Lo bahagia maka ambillah, gue rela asal Lo balik kayak dulu. Jadi kakak terbaik gue, tapi sayangnya Lo gak pernah puas. Lo jahat Yoora!"
Yoona mendorong tubuh Yoora dengan kasar sampai keluar kamar dan membanting pintu setelahnya.
"Apa Aku benar-benar anak pungut yang memang tidak pernah diinginkan oleh Bunda. Jika memang Bunda tidak menginginkanku untuk apa dia mengambil aku dari tempat itu?"
Yoona benar-benar tidak tidak tahu kenapa semua bisa berubah. Sikap Yoora semakin menyebalkan, dan Bunda seolah percaya dengan ucapan Yoora, apapun itu.
Sejak hari itu Yoona bertekad dalam hatinya untuk selalu membuat ulah dan membuat semua orang marah bahkan membenci dirinya agar Yoora tidak pernah mengganggunya lagi, dan itu berhasil.
Ingatan Yoona di masa lalu mengalihkan semua pikirannya sampai dia tidak sadar telah menuangk
Dante memberikan cangkir kepada Yoona dan duduk disamping Istrinya. Harusnya dia sakit hati disamakan dengan barang yang di campakkan. Tapi, mendengar Yoona mengatakan dirinya sangatlah berharga dari emas yang adalah Demian, hati Dante menghangat. "Ya, Kamu benar Sayang. Barang yang sudah dibuang tidak bisa di minta lagi. Walau yang meminta malaikat pencabut nyawa sekalipun. Sekarang si pemilik barang adalah si pemulung yang sedang menyamar. Sebenarnya dia adalah peri cantik yang diutus Tuhan untuk menunjukkan jalan pada si barang bahwa dia sangat berharga." Ana dan Malik yang tidak tahu apapun hanya saling pandang, merasa bingung dengan apa yang sedang dibahas empat orang ini, dan mengapa hanya mereka berdua saja tidak mengerti dengan semua pembicaraan ini. "Jadi yang beruntung ini si pemulung atau barang yang di pulung?" tanya Malik semakin bingung. Yoona menatap cangkirnya yang baru dia sesap, "Seharusnya mereka saling melengkapi dan menutup luka m
Dengan wajah merengut Yoona menghadap suaminya. "Sayang, Aku mau cumi itu lengkap dengan tintanya, tidak pakai sayur dan aku maunya makan pakai tangan." Ucapan manja Yoona sangat kontras dengan wajahnya yang merengut. Dia ingin menunjukkan pada semua orang bahwa dia baik-baik saja, terutama pada Demian dan Yoora. Yoona yakin bahwa Yoora tahu dirinya sudah mengetahui hubungan masa lalu mereka, dan Yoona ingin saudara kembarnya itu berasumsi bahwa apapun yang dia lakukan tidak akan berpengaruh besar terhadap hubungannya dengan Dante. "Sebentar Honey, aku cuci tangan dulu." Saat Dante membersihkan tangan, Yoora mulai mengeluarkan racunnya yang sama pekatnya dengan tinta cumi yang berwarna menyerupai lumpur. "Memang nikmat makan dari suapan tangan seseorang yang begitu mencintai kita. Tapi, akan sangat pahit jika pria itu masih memiliki rasa pada orang lain," sindir Yoora. Sial, ternyata benar apa dilakukan oleh Yoona untuk berpura-pur
"Dante tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi di sini, dan Dante harap kedepannya tidak ada lagi hati yang akan terluka atas keegoisan seseorang." ucap Dante penuh dengan penekanan. Dante menyusul istrinya dan membantu mengemasi barang-barang Yoona tapa berani mengatakan sepatah katapun. Dante tahu luka di hati istrinya benar-benar sudah menganga lebar, ditambah dengan dirinya. Yoora bangun dari duduknya, tapi dengan cepat Hasan melontarkan pertanyaan yang membuat Yoora diam mematung. "Apa benar Kamu yang sudah menggunting rambut Yoona, Yoora. Dan apa alasannya?" Ini sudah 13 tahun, tapi rasanya baru terjadi kemarin. Pertanyaan ini timbul kembali setelah lama mengendap. Yoora sama sekali tidak berani menatap wajah Hasan yang sedang menatapnya lekat. "Menurut Ayah, apa aku bisa melakukan hal itu? Saat itu bukankah aku tidak ada dirumah, aku menginap dirumah Marni, dan baru pulang saat siang hari. Aku tidak tahu apapun soal itu. Untuk masalah Yoon
Hasan hanya menggeleng-gelengkan kepalanya tidak percaya atas pengakuan Sulis, kesedihan dan kecemasan jelas terlihat di wajah istrinya. Namun, semua bertolak belakang dengan kenyataan selama kurang lebih 16 tahun ini. Dimana semuanya berubah saat anak-anak itu berusia dibangku sekolah dasar. Di mana Sulis lebih sering mengunjungi kamar Yoora dibanding Kamar Yoona. "Jika dia memang benar putriku, lantas kenapa kamu selalu memperlakukannya dengan tidak adil. Aku tahu memang Yoona seringkali membuat ulah hanya untuk mencari perhatian, ingin mendengarkan ucapan sayang dari bibirmu. Tapi apa yang dia dapat, penolakan. Kamu selalu menolaknya berulang kali, selalu mendahulukan saudara kembarnya. Padahal mereka tumbuh di rahim yang sama. Jadi katakan Apa alasanmu dibalik semua ini? Kamu telah melukainya begitu dalam." Hasan melepaskan cengkraman tangannya, duduk bersimpuh di bawah kaki istrinya. "Beribu kata maafku tidak akan pernah cukup untuk menebus semua luka hatinya, tidak, Yo
"Tapi nyatanya dia selalu meminta apapun yang menjadi milikku, yang kini aku tahu bawa semua yang aku miliki memang miliknya. Aku tidak memiliki apapun Dante, mungkin termasuk Kamu. Aku hanya seorang anak yatim yang mereka pungut, yang mereka berikan namanya sebagai putri dari Malik Sidiki. Lebih dari itu ... aku bukan siapa-siapa, Aku bukan apa-apa Dante. Aku bahkan tidak tahu siapa orang yang membuangku, siapa yang sudah membuat aku terlahir dan tumbuh di keluarga itu? Bahkan dia yang menyebut dirinya sebagai Bunda setiap kali bicara padaku nyatanya bukan ibu kandungku, yang nyatanya aku tidak pernah mendapatkan kasih sayangnya, nyatanya aku tidak memili—" "Kamu memiliki Mommy Yoona, ada Mommy Nak, kamu Putri Mommy. Walaupun anak Mommy tidak menginginkanmu lagi Kamu tetap menjadi bagian dari diri Guillermo. Putri Mommy." Yoona berlari kencang ke arah Ibu mertuanya, yang selalu memberikan kasih sayang yang dia tidak pernah rasakan seperti apa belaian seorang i
Sarah mengambil ponselnya dan langsung menghubungi Yoona dan diangkat oleh wanita itu dalam dering kedua. "Lo nggak ada kerjaan ya, Na? Bukannya laporan Lo lagi ditunggu sama Mr Merchant?" "Hah, iya! Tapi, gue lagi males ngirim berkas ke ruangannya. Gue takut ditahan sama dia. Gimana kalau kalau minta tolong sama Mommy ya?" tanya Yoona bingung. "Coba—" Ucapan suara terhenti saat tiba-tiba matanya menangkap buket besar mawar merah yang dibawa oleh dua security dan meneriakkan nama sahabatnya. "Nyonya Yoona Hernando Guillermo!" ujar salah satu security dengan suara yang melengking tinggi hingga mampu membuat seluruh pegawai yang berjumlah sepuluh orang di kubikal nya berdiri dengan spontan. "Na, itu bunga dari Mr Dante? Banyak banget! Mau buka kios bunga di sini?" pekik Sarah sambil berjalan ke arah kubikal milik Yoona dan sahabatnya itu sedang menarik kartu ucapan yang yang disematkan di tengah-tengah bunga mawar merah.
Dante bersiul dengan suara menggema di ruangan yang sangat sunyi, meletakkan tasnya di atas meja makan, membuka beberapa kancing kemejanya, menggulung lengan bajunya sampai ke siku sambil terus berjalan ke arah dapur dan melihat istrinya sedang mengaduk-aduk isi kulkas mencari sesuatu yang sepertinya tidak ditemukan, karena Yoona memang tidak mencari apapun. "Apa yang kamu cari Honey? Apa kamu berencana untuk masak dan membuatkanku makan malam? Percayalah suamimu ini sangat lapar," ujar Dante dengan menahan senyum dan melipat di bibirnya ke dalam. Dante menelan salivanya kasar saat melihat Yoona hanya mengenakan kaosnya yang hanya sebatas atas pahanya dengan segitiga yang terlihat jelas. Yoona membalikan tubuhnya dengan sebotol air mineral dan apel dalam genggaman tangannya lalu memberikan botol air mineral kepada Dante dengan cara melempar tinggi-tinggi dan pria itu menangkapnya dengan sangat mantap hanya dengan menggunakan satu tangan yang tergantung di uda
Yoona dan Sarah hanya terkekeh melihat Alandra senora itu. Tapi Dion memang terlihat sangat berbeda."Kalau Yoona klepek-klepek sama Dia, gak mungkin Yoona nikah sama aku sekarang. Karena Yoona memang jodoh aku, apapun yang terjadi di masa lalu itu nggak akan mengubah apapun!" tegas pria bermata hazel pada Alandra. Siapa lagi kalau bukan tuan rumahnya, Dante Hernando Guillermo."Cik, iya tau. Gue nggak nyangka kalau Mr Dante sebucin ini!" ujar Alandra dengan wajah merengut, merasa prihatin pada Yoona yang pasti akan sangat direpotkan oleh mantan duda ini."Loh, Bang. Angga-nya mana?" tanya Dion saat melihat Dante hanya masuk seorang diri, karena tadi mereka datang bertiga.Dante berjalan ke arah sofa dan duduk dengan gayanya yang elegan. "Di luar, lagi terima telpon.""Lo gak berubah ya Al, tetep cantik. Kalau dulu gue nggak ngefans sama kakak ipar gue. Gue pasti jatuh cinta sama lo, pasti gue juga langsung patah hati, soalnya kan Lo sama Sha