Yoona terbuai mendengar tawaran Dante. Jika saja tamu bulanan itu tidak datang, dengan senang hati dia akan menerima tawaran suaminya yang bisa di pastikan dia akan mendesah karena nikmat.
"Mana bisa, Dante. Ini soal hari merah," lirihnya hampir saja menangis.
Sakit di perutnya yang menyerupai sayatan kecil semakin dia rasakan hingga menghasilkan butiran keringat sehingga membuatnya tidak nyaman.
Dante memeluk Istrinya dengan erat. "Aku tidak peduli, Yoona. Suatu saat kamu pasti akan melahirkan anakku, dan aku akan membantumu membersihkan diri setiap hari."
"Aku akan mandi sebentar, setelah itu minum obat pereda nyeri," ucap Yoona akhirnya. Dia sama sekali tidak ingin merepotkan suaminya, apalagi disaat seperti ini.
Dante sudah merasa kecewa karena honeymoon mereka yang berantakan dan dia tidak ingin semakin membuat repot pria itu. Tapi, kenapa tamu itu harus datang sekarang, tidak bisakah menunggu seminggu lagi? Ahh, kenapa semuanya menjadi
Udara begitu dingin saat Dante menunggu kedatangan seseorang yang begitu dia sayang di sebuah landasan helipad.Angin laut yang begitu kencang tak membuatnya mengeluh. Malam ini untuk yang pertama kali dalam hidupnya Dante begitu bersemangat. Jantungnya bahkan berdebar lebih cepat dari biasanya."Daddy!"Suara itu begitu nyaring di tengah sunyi malam. Dengan gerakan cepat Dante membalik tubuhnya dan mendongakan kepala.Gadis kecil dengan mental bulunya melambai dari jendela helikopter, memberitahu bahwa dia ada di atas sana.Dante melambaikan tangan dengan senyum yang begitu lebar. Dia begitu tidak sabar ingin memeluk bidadarinya, ok putrinya, Putri Priyanka Drupadi Guillermo. Anaknya dengan Anita, wanita kelahiran Bali.Saat heli itu mendarat dengan sempurna, Dante langsung berlari menuju putrinya berada dan membantunya turun dari helikopter."Hai! Sweety … bagaimana perjalanan malammu?" tanya Dante saat putrinya sudah dalam g
"Ya, Daddy," ulang Dante dengan nada sedikit bergetar, "dia bidadariku Yoona, yang ingin aku perkenalkan padamu," ungkap Dante mulai merasa cemas. Apa kedua wanita ini bisa berdamai? Dante harap, ya."Daddy!" panggil Priyanka yang sudah berdiri tepat di ambang pintu. Kekesalan terlihat diwajah cantiknya.Yoona memiringkan kepalanya melihat sosok yang memanggil suaminya dengan sebutan Daddy. Entah sejak kapan tangannya sudah melingkar manis di leher suaminya.Pandangan mereka bertemu dan saling mengunci, keduanya sama-sama menyelidiki satu sama lain.Gadis kecil di hadapan Yoona sangat cantik dengan rambut ikalnya yang sedikit berantakan karena bangun tidur, garis bantal masih tercetak di pipinya. Apalagi anak sungai yang mengering juga ada di sudut kanan bibir.Namun, pengamatan Yoona langsung buyar ketika mendengar suara cempreng gadis berambut ikal itu. Sama sekali tidak menarik."Lepaskan tanganmu dari leher Daddyku!"Suarany
Stepmother"Kemarilah, Sweety … Kamu akan mendapatkan sarapanmu segera. Tapi sebelum itu, kamu harus berkenalan dulu dengan Ibu barumu," pinta Dante lambat.Dalam hati dia merapalkan doa semoga paginya damai, dan dua wanita cantik ini bisa bersahabat."She is not my new mother, but she is my stepmother!" (Dia bukan ibu baruku, tapi ibu tiriku. Priyanka duduk di samping Dante, memberi jarak antara Yoona dan Daddy-nya. "And the stepmother I know is all cruel, I saw her on the Disney channel, and my friend also said the same thing. (Dan ibu tiri yang aku tahu itu jahat, aku tahu itu di acara Disney channel, dan temanku juga mengatakan hal sama." ucapnya lagi sambil minum susu hangatnya.Wajah gadis itu terlihat begitu tenang ketika mengatakannya, seolah sedang bercerita acara favoritnya yang buruk.Dante muai dag dig dug, takut Yoona mengeluarkan racunnya lagi. Dia melirik istrinya yang masih asik dengan koran. Tapi, itu tidak berlangsung
Yoona melihat kukunya dengan satu tangan terlipat di dada, bibirnya terus bergerak bingung."Aku tidak menggodanya, hanya membujuknya saja," ujarnya sungguh-sungguh.Yoona masih terus melihat cat kukunya, dia berpikir seharusnya melepaskan semua manik-manik kecil yang ada diatasnya sebelum tidur, dan Yoona memang tidak bermaksud menggoda suaminya, Yoona tahu resiko jika dia melakukan hal itu ditengah hari merahnya. Itu sama saja membuatnya menderita.Yoona memalingkan wajah ke arah Priyanka, gadis itu tengah menatapnya penuh tanya. Yoona tahu … Priyanka pasti tidak percaya dengan semua ucapanya."Kamu tahu, di panggil dengan sebutan yang tidak kita suka itu sangat menyebalkan!" Yoona mencondongkan tubuh ke arah Priyanka, "Apa kamu suka jika di sekolahmu, kamu dipanggil dengan sebutan kriting bahkan kriwil?" Priyanka menggeleng cepat, "Ya … walaupun memang penampilan kita seperti itu, aku juga. Aku tidak ingin menjadi ibu tiri dari siap
Yoona memeluk dua mangkuk besar saat menaiki dak dimana Dante mengemudi dan masih memeluk dua mangkuk itu posesif saat duduk di sofa, mulai memakannya dengan mulut penuh."Kamu mau ini, Mr Dante? Udang tempura ini sangat skripsi dan hancur di mulutku," tawarnya, Yoona terus menatap dua mangkuk besar itu penuh nafsu.Dante menoleh, tidak yakin apa yang dibuat oleh Istrinya itu enak walau penampilannya begitu menggoda."Kamu curang, Honey … aku 'kan sedang menyetir, mana bisa memakannya?" keluh Dante."Memang kamu mau mencicipi yang mana, Mr? Aku punya dua menu, dan keduanya sama lezatnya," tanya Yoona lagi.Kali ini Yoona menyusun potongan udang ke dalam kubis ungu dan selada, mengunyahnya dengan kasar, dan Priyanka menatap dengan takjub cara makan ibu tirinya yang sama sekali tidak elegan. Sangat berbeda dengan ibunya."Berikan apapun, dan kemarilah," pinta Dante tanpa menoleh. Kapan lagi bisa menikmati makan Yoona hahhaa!Yoon
"Mr Dante, jika seenak itu, aku akan membuatkannya lagi nanti, tapi ayo kita pergi sekarang!" desak Yoona sedikit kesal.Padahal, kakinya sudah gatal untuk mengelilingi pulau dan gedung-gedung cantik di hadapannya. Dia ingin membeli beberapa cinderamata untuk semua orang."Oke, oke … sekarang kamu lebih berisik dari Priyanka." Dengan terpaksa Dante meletakkan makanan yang lezat itu. Padahal jika dimakan nanti tidak akan seenak sekarang.Dante menggendong putrinya dengan tangan satu lagi memeluk erat pinggang Istrinya. Momen seperti ini entah kapan lagi bisa dia temukan. Untuk jalan-jalan dengan putrinya saja, Dante hanya dapat bermimpi dan sekarang mimpi itu menjadi nyata, bahkan lebih indah.Dalam diam Priyanka juga merasakan hal yang sama, hanya saja dia berharap bisa seperti ini bersama ibunya, bukan dengan Yoona yang terlihat sangat acuh kepada dirinya.Untuk ketempat yang diinginkan oleh Dante, mereka hanya membutuhkan waktu lima
"Yoona! Apa kamu di dalam sana?" teriak Dante memandang daun pintu kamar mandi.Pria itu mulai panik setelah tidak mendapatkan Istrinya dimanapun.Seharusnya Yoona memberitahu dirinya jika ingin mampir ke suatu tempat, bukan? Tapi tidak, Yoona malah pergi begitu saja tanpa kabar sampai sekarang."Dad!" teriak Priyanka dari dak.Berharap putrinya menemukan keberadaan istrinya, Dante langsung langkah lebar menuju dimana Priyanka berada."Apa kamu menemukan ibumu, Sweety?" tanya Dante sambil mengedarkan pandangannya, tapi dia tidak menemukan Yoona."No, Dad. Aku tidak melihat dia dimanapun," jawab Priyanka acuh.Gadis kecil itu begitu asyik membuka semua belanjaannya seolah bukan hal besar mereka telah kehilangan wanita yang beberapa saat lalu pergi bersama."Ahh! Sebenarnya kamu pergi kemana, sihh?!" tanya Dante geram.Priyanka melirik ayahnya sekilas, ada rasa senang mendengar wanita yang mengganggu ayahnya pergi da
Bagaimana ini, jika dirinya mati disini apa Dante akan menemukan jasanya? Yoona berpikir keras bagaimana cara membebaskan diri dari Si kurus dengan pisau lipatnya. Tubuh Yoona terus mundur ke belakang menghindari Si kurus yang sudah mulai mengayunkan pisaunya tepat pada arah dadanya. Yoona terus menggeleng, mencoba bernegosiasi. "Lepaskan aku, aku akan memberikan berapapun yang kamu mau! Tapi tolong, menjauhlah dan buang pisau itu!" pinta Yoona dengan begitu mengiba. Dia tidak tahu apa ini saatnya untuk pergi? Dia menyesal, seharusnya dia memberitahu Dante bahwa dia juga mencintai pria itu, walaupun nantinya dia yang akan terluka. "Bagaimana jika aku menginginkan tubuhmu, Manis?" Si kurus terus mendekat kearah Yoona. Sorot matanya terlihat begitu mematikan. Yoona mundur selangkah demi selangkah hingga sesuatu yang keras dan berbau menyengat menyentuh punggung belakangnya. Untuk sesaat Yoona b